PART 8

192 17 13
                                    


Siang pun menjelang,kini Donghae sudah diperbolehkan untuk pulang. Sebelum ia pergi ke rumah barunya,ia menyempatkan melakukan penghormatan yang terakhir kalinya untuk sang ibu dan melaksanakan pemakaman.

Tidak banyak yang hadir hanya beberapa orang saja. Karna tak banya yang mengenal mendiang ibu Donghae. Setelah acara pemakaman selesai,Donghae kembali ke rumah sang nenek terlebih dahulu untuk mengambil barang-barangnya. Dia mengambil beberapa baju,buku sekolah juga sesuatu yang di tinggalkan sang ibu berupa sebuah kotak yang hanya boleh ia buka saat ulang tahunnya.

Karna kebetulan hari ini bertepatan dengan ulang tahunnya,mereka mengadakan sebuah acara kecil. Meski terasa aneh mengelar acara setelah acara pemakaman meski itu hanya acara makan bersama.

"Apa tidak masalah jika kita mengelar acara ulang tahun sehabis upacara pemakaman?"tanya Heechul.

"Kita mengadakan acara ini bukan hanya untuk ulang tahun Donghae saja tapi juga untuk mendoakan mendiang Yuri-sshi. Semoga Yuri-sshi berada di tempat yang terindah"jawab tuan Kim.

"Masakan sudah siap. Ayo kita makan. Dimana Donghae?"tanya Nyonya Kim.

"Di kamarnya,eomma"jawab Leeteuk.

"Kalian ke meja makan dulu saja biar aku memanggil Donghae terlebih dahulu"ujar nyonya Kim.

"Baiklah. Ayo"ajak tuan Kim.

Tuan kim,Leeteuk dan Heechul pun pergi ke meja makan. Disana sudah ada nyonya Park yang tengah menyiapkan hidangan yang telah ia dan nyonya Kim masak.

"Dimana nyonya Kim?"tanya nyonya Park.

"Eomma sedang memanggil Donghae,nyonya"jawab Leeteuk.

"Apa Donghae di kamarnya?"tanya nyonya Park lagi.

"Nee. Tadi dia meminta ijin untuk membereskan barang-barangnya tapi sampai sekarang belum keluar"jawab Heechul.

"Anak itu pasti sedang menangis. Aku hafal betul kebiasaannya. Dia selalu menyembunyikan kesedihannya dari kami. Saat ia tengah sendiri,saat itulah dia akan menumpahkan kesedihannya. Setelah merasa baikan baru akan keluar dengan memasang wajah yang ceria. Ku harap dia bisa lebih terbuka lagi"ujar nyonya Park sambil mengingat kebiasaan sang cucu.

"Kami janji akan selalu membuatnya bahagia nyonya. Tak akan kami biarkan dia bersedih."ujar tuan Kim menenangkan.

"Terimakasih tuan"sahut nyonya Park.

"Emm...apa kita tidak ada niatan untuk merubah panggilan kita?bukankah sekarang kita keluarga?bagaimana jika hilangkan panggilan formal kita?agak aneh jika kita memanggil dengan panggilan formal. Aku agak sedikit tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang membatasi"komentar Heechul.

"Benar. Sepertinya kita memang harus mengganti panggilan kita. Bagaimana jika. Sekarang aku memanggil nyonya dengan sebutan eomma dan kalian memanggilnya dengan sebutan halmonie?"jawab sekaligus tanya tuan Kim.

"Itu lebih baik. Mulai sekarang aku akan memanggil halmonie sama seperti Donghae. Anda tidak keberatan kan nyonya?"tanya Heechul.

"Tidak. Saya sama sekali tidak keberatan. Justru sama sangat menyukainya"jawab nyonya Park sambil tersenyum.

Mari kita tinggalkan mereka yang tengah berbahagia kini kita beralih pada seorang pemuda yang tengah terdiam sembari melihat potonya dengan sang ibu.

"Eomma...maafkan Hae. Hae hiks tidak bisa menepati perkataan Hae. Hae menangis. Hiks...Hae cengeng. Maafkan Hae."ujar Donghae sambil membelai poto sang ibu.

Tok...tok

"Hae,eomma boleh masuk ?"tanya nyonya Kim.

"Silahkan,eomma"jawab Donghae dari dalam.

Nyonya Kim pun masuk kedalam kamar tersebut setelah mendapat ijin dari sang empu. Nyonya Kim pun mendudukkan dirinya di ranjang samping Donghae.

"Ada apa,hmm?kau menangis?ceritakan pada eomma. Mulai hari ini aku ibumu,jadi katakan apapun yang kau rasakan."bujuk nyonya Kim.

Donghae hanya diam sambil menatap nyonya Kim. Sepertinya ia enggan untuk bicara.

"Jika tidak mau mengatakannya sekarang tidak papa kok. Katakan jika  Hae sudah siap,hmm?"ujar nyonya Kim sambil tersenyum.

"Eomma...hiks"panggil Donghae sambil terisak lalu memeluk nyonya Kim.

Nyonya Kim yang semula terkejut mendapatkan pelukan tiba-tiba dari Donghae pun akhirnya membalas pelukan Donghae. Nyonya Kim paham betul bagaimana perasaan Donghae. Sebagai seorang ibu,sebisa mungkin nyonya Kim membuat Donghae tenang

"Menangislah jika dengan menangis perasaanmu bisa lebih baik. Eomma akan menemanimu hingga tenang"ujar nyonya Kim sambil mengelus punggu Donghae.

"Hiks...hiks...apa hiks Hae mengecewakan eomma?eomma pasti sedih melihat Hae menangis. Hae hiks tidak bisa menepati perkataan Hae untuk hiks tidak menangis. Apa eomma akan marah sama Hae?Hae nakal. Hae... Hiks..."rancau Donghae sambil terisak.

"Tidak Hae. Eommamu pasti bisa mengerti. Menangis bukan sesuatu yang buruk sayang. Menangis itu tandanya kasih sayang Hae pada eomma Hae begitu besar. Tidak ada seorang anak yang tidak menangis saat orang tuanya meninggal. Jadi,Hae jangan berfikiran seperti itu lagi. "Ujar nyonya Kim menenangkan.

"Benarkah hiks?"tanya Donghae masih dengan terisak.

"Iya sayang. Sekarang bagaimana perasaan Hae?apa sudah merasa lebih baik?"tanya nyonya Kim.

"Hmm...sudah. Hae merasa lebih baik"jawab Donghae sambil menghapus air matanya.

"Syukurlah kalau begitu. Hari ini kan Hae ulang tahun,jadi Hae jangan bersedih hmm?cha sekarang waktunya makan. Kita makan bersama setelah itu kita akan pulang"ujar nyonya Kim sambil beranjak dari kamar tersebut diikuti Donghae dibelakangnya.

Kini mereka telah berkumpul di meja makan. Makan malah hari ini sedikit berbeda dengan kehadiran keluarga Kim. Keluarga yang mulai sekarang akan menjadi keluarga baru untuk Donghae.

"Cha makan yang banyak Hae,kau nampak lebih kurus sekarang. Liat pipi cubymu menghilang"ujar nyonya Park sambil memberikan lauk pauk ke piring Donghae.

"Gomawo,halme"ujar Donghae sambil menerima lauk pauk yang diberikan nyonya Park sang nenek.

"Oh ya ada sesuatu yang terlupakan. Sebentar aku ambil dulu"ujar nyonya Park mengintrupsi acara makan malam mereka.

Tak lama nyonya Park datang dengan membawa sebuah kue ulang tahun kecil berangka 11. Ya,hari ini Donghae genap berusia 11 tahun. 11 tahun yang lalu,seorang bayi mungil terlahir ke dunia. Dengan wajah yang mengemaskan juga pipi yang tampak gampal itu mampu memukau siapapun yang melihatnya. Ya,kecuali Kangin sang ayah dan Eunhyuk sang kakak. Karna terlahir buta dan memiliki cacat di wajahnya,bayi mungil itu ditolak. Bahkan kehadirannya dianggap sebagai pembawa sial. Padahal bayi tersebut tak tau apa-apa. Ia hanya seorang bayi tak berdosa. Sungguh malang nasibnya. Dibenci ayah dan kakaknya,ditolak masyarakat,dijauhi dan dicaci maki. Tapi sampai kapanpun dia tak pernah punya keinginan untuk membenci. Ia terus menerima segala perlakukan orang-orang kepadanya. Tak ada benci atau dendam dalam dirinya. Sifat pemaafnya menjadikannya seseorang yang melihatnya merasa bangga. Tapi tetap saja ada yang tak suka padanya.

Kini bayi tersebut telah tumbuh dewasa. Usianya sudah 11 tahun tapi kepribadiannya telah jauh dewasa dibanding usianya. Dia menjadi seorang remaja yang kuat,tanggup dan pantang menyerah. Segala ujian juga cobaan yang ia terima bukannya menjadikannya lemah tapi justru menjadikannya semakin kuat dari sebelumnya. Mari berdoa semoga kebahagiaan selalu menyertainya.

Bersambung....
Ada yg nungguin ff ini?sebenernya kemaren mau up ff ini tp tiba-tiba ae mood nulis ilang jadi baru sekarang deh. Semoga suka. Ok see you

   Mesuji,15 November 2020
Ayu indah lestari

AnaknyaKanginPonakannyaDonghae ❤😉







Hae hanya ingin bahagiaWhere stories live. Discover now