Bertemu Mami;

877 201 27
                                    

Tiga puluh menit berlalu tanpa terasa. Ternyata mengobrol dengan Keluarga Diningrat membuat Arletta bisa sedikit melupakan masalah yang sedang dia hadapi. Bertemu Mami Irene dan Bapak Suho, seperti menemukan setitik kebahagiaan yang Arletta idamkan selama ini. Ya, sebab kedua orangtuanya selalu bertengkar tiap kali Arletta kembali ke rumah.

"Jadi bener? Anak mami sempet pingsan beneran yang tadinya cuma pura-pura?" tanya Irene sambil memegangi perutnya karena tertawa terus daritadi.

Mengangguk, masih dengan terkekeh, Arletta berkata, "iya tan, lagian Sunoo ada-ada aja."

"Terus aja teruuuus, anggap Sunoo lagi piknik ke bulan," ucap Sunoo sambil mengerucutkan bibir. "Ya lagian kan demi mendapatkan perhatian teh Letta mah apapun juga gua lakuin, teh," lanjutnya tak lupa tetap usaha mengambil hati Arletta.

Tentu saja hal itu mendapat ledekan dari Suho yang daritadi hanya tertawa mendengarkan ocehan mereka. "Bagus atuh Noo. Jadi cowok itu nggak boleh pantang menyerah. Kayak dulu waktu bapak menangin hati mami kamu."

"Emang dulu gimana cara bapak dapetin mami?" Sunoo maupun Arletta jadi penasaran. Mereka menunggu jawaban Suho.

Sedangkan Irene malah memelotot ke arah Suho untuk memberikan kode supaya jangan mengatakan apa-apa. "Mami kunciin di luar ya pak."

"Lah kok mami gitu? Emang kenapa ih? Sunoo sama teh Letta mau tau, ya kan teh?" ucap Sunoo lalu diangguki oleh Arletta dengan mantap.

Suho menjulurkan lidah ke arah Irene. "Biarin aja atuh mih. Anak-anak harus tau juga, kalau ternyata mami duluan yang menyatakan cinta ke bapak," jawabnya sambil cengengesan.

"Hah? Seriusan mih?" tanya Sunoo sedikit terkejut. Bahkan Arletta pun juga.

Mendengus sebal, Irene mengangguk sekali dengan terpaksa. Memang kenyataannya seperti itu. Dulu Irene lah yang lebih dulu menyatakan cintanya pada Suho. "Ya abisnya gimana? Bapak kamu tuh Noo, astagaaa... lama banget gantungin mami. Bapak ngejar-ngejar mami terus tapi nggak ada status. Makanya mami tembak aja duluan..." jawabnya yang berubah menjadi tersipu malu.

"Kok om mirip Sunoo ya?" celetuk Arletta.

Irene langsung menatap Arletta. "Nah bener kan? Pasti anak mami, si Sunoo ini ngejar kamu terus kan? Tapi kamu nggak pernah ditembak. Ih jangan mau sama anak mami, neng geulis!" ocehnya.

Mengangguk mantap, Arletta setuju dengan ucapan Irene. Tapi tidak dengan Sunoo. "Apaan ih, nggak gitu konsepnya atuh mih. Sunoo nunggu waktu yang tepat. Aduh teh jangan dengerin mami gua ya..." jawabnya gelagapan.

Suho tertawa. "Coba aja atuh nyatain sekarang. Diterima nggak?"

"H-hah? Om nggak gitu juga. Arletta—"

"—teh Letta mau jadi pacar Sunoo nggak? Kalau nggak mau nanti Sunoo teror tiap hari!" potong Sunoo tanpa jeda.

Irene langsung menjitak kepala putranya itu. "Heh anaknya bapak Suho! Mana ada nembak cewek pakai ancaman begitu. Kamu tuh cinta atau napsu sih?!" omelnya.

"Ish mami sakit tau. Malu itu ada calon mantu," celetuk Sunoo sambil mengusap kepalanya.

Sedangkan Arletta diam mematung, mengontrol detak jantung yang berdetak tak beraturan. Dia pikir Sunoo bercanda. Tapi, setelah mendengar kalimat selanjutnya, Arletta menjadi dilema dengan perasaannya. Apakah ini benar cinta?

"Teh Letta nggak perlu jawab sekarang nggak apa-apa. Emang niat gua nyatain cintanya itu di depan mami sama bapak. Nah sekarang waktu yang tepat. Karna gua bukan nyari pacar tapi menantu buat mami dan bapak," ucapnya sambil tersenyum samar.

Suho dan Irene malah heboh sendiri. Laki-laki dengan pakaian casual yang duduk di sofa seberang itu ternyata anak mereka. "Bapak ngajarin Sunoo ya?" bisik Irene.

Suho menggeleng cepat. "Mana ada atuh mih. Tapi emang keturunan ya susah," jawabnya dengan berbisik juga.

Sedangkan Sunoo dan Arletta malah saling tatap, seperti berbicara satu sama lain lewat hati. Hingga akhirnya Sunoo kembali bicara. "Jadi... teh Letta mau nggak jadi calon mantu bapak sama mami? Kalau nggak mau—"

"—iya gue mau!" potong Arletta tanpa jeda, lalu dia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Sunoo terdiam beberapa detik, mencerna ucapan gadis yang ada di sampingnya. Hingga Irene melempar bantal sofa ke arahnya baru dia sadar.

"H-hah?" Sunoo masih tak percaya. Apa ini mimpi?

Membuat gestur menendang angin. "Heh bujang kasep! Itu udah diterima, kenapa malah diem aja atuh!" seru Irene yang gemas dengan putranya.

Sedangkan Suho tengah menggenggam kedua tangan Irene karena ikut gemas dengan anaknya. "Anak mami kerasukan kali tuh."

"Anak bapak juga!" sahut Irene melepas genggamannya dan menepuk telapak tangan Suho. "Jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya pak!"

Suho hanya menjawab dengan cengiran lebar.

"Ya udah gue pulang aja kalau gitu," ucap Arletta karena dia malu dan respon Sunoo malah diam saja.

Menangkap pergelangan tangan Arletta, Sunoo memantapkan hatinya. Dia bukannya mengabaikan, hanya saja dia sedang berperang dengan hatinya. "Gua nggak bisa kasih janji yang nggak bisa gua tepatin teh. Tapi, buat teh Letta terus senyum dan setia, gua bisa kasih itu buat lo, teh."

"Selamat jadi calon mantu bapak dan mami yang pertama..." Sunoo menatap Arletta, "dan semoga terakhir juga," lanjutnya lalu tersenyum.

Bagaimana Arletta tidak merasa ingin terbang? Diperlakukan seperti itu oleh Sunoo, tentu saja Arletta seperti ingin teriak dan lompat. "Dasar kang gombal!"

"Tapi seneng kaaan..."

Lalu Sunoo menatap Irene dan Suho. "Mantep nggak mih, pak?"

Irene dan Suho hanya mengacungkan dua ibu jari mereka. Keduanya malah berpelukan ala teletabis karena senang putranya akhirnya diterima cintanya oleh gadis yang selalu disebut ketika tidur. Iya, Sunoo sering mengigau nama Arletta dan kepergok oleh Irene ketika melakukan rutinitasnya mengecek sudah tidur atau belum.

"Neng geulis, mulai sekarang manggilnya mami aja ya jangan tante. Semua temen Sunoo juga mami manggilnya, apalagi kamu atuh kekasihnya anak mami," ucap Irene sambil tersenyum menggoda.

Suho tak mau kalah, dia juga berkata, "panggil bapak oke? Jangan om." Dia menunjuk dirinya sendiri.

Arletta mengangguk mengerti sambil tersenyum. Ternyata orang tua Sunoo tak sekuno itu. Mereka mengizinkan putranya memiliki kekasih. Bisa dibilang Irene dan Suho memberi kebebasan pada Sunoo, tapi dengan batasan yang ada tentunya.

Juga untuk sesaat, Arletta bisa melupakan hal-hal yang membuat hatinya sakit. Setidaknya dia tak sendirian sekarang. Ada Sunoo yang akan menghiburnya kalau dia sedih. Dan Arletta tak bisa memungkiri kalau akhir-akhir ini dia telah jatuh dalam pesona seorang Sunoo.

***

Gimana gengs?
Akhirnya jadian wkwk
Eits tapi ini belum berakhir ehehe aku belum memunculkan semua tokoh dan konfliknya.

Ayo spam komentar biar cepet updatenya~

With Jake,
©Aya, 2k20

Palang Merah Cinta | Kim SunooWhere stories live. Discover now