Berusaha Tegar

711 134 11
                                    

Di kediaman Diningrat.

"Mami, Sunoo nanti nginep di rumah Daniel ya? Sekolah dari sana," ucap Sunoo sambil menyantap mie rebus spesial buatan Mami Irene.

Terlihat Suho lagi mengunyah kerupuk udang. "Noo, bapak cobain mienya dong. Mami mah gitu, pilih kasih, bapak nggak dibuatin."

"Ya lagian bapak nggak minta, ya mana mami tau kalo bapak mau juga." Irene menatap ke arah Sunoo. "Emang kamu bisa tidur di rumah orang?" lanjutnya.

"Ya udah bapak mau atuh mih."

"Kalo sekarang mami mager atuh. Bapak bikin sendiri aja ya. Jangan manja," sahut Irene.

Terkekeh pelan, Sunoo menyodorkan mangkuk mie tersebut ke arah Suho. "Ini makan punya Sunoo aja." Lalu dia menatap Irene. "Kalo nggak tidur nanti ya Sunoo pulang atuhlah. Atau mami ikut nginep aja gimana? Biar Sunoo makin tenang. Lagian kan kata mami, Daniel itu udah mami anggap anak kandung mami."

"Kamu kalau ngomong suka bener emang. Nanti yang ngelonin bapak siapa kalo mami nginep?" protes Suho.

Mendengus sebal, Sunoo menaril kembali mangkuk mienya. "Bapak mah gak ceesan sama Sunoo. Sini mienya, bapak bikin sendiri sana."

"Dasar ya, anak sama mami sekongkol ngerjain bapak. Ya udah lah bapak masak sendiri mienya." Suho pun beranjak ke dapur.

Namun, sebelum itu Irene berkata, "tolong buatin mami juga ya."

Sedangkan Sunoo melanjutkan makan mie rebusnya. Memang tak bisa dipungkiri, walaupun Irene hanya bisa masak mie dan nasi --ah air juga, tapi mie rebus Irene yang terbaik. Sunoo dan Suho bahkan rela hanya makan mie rebus tiap harinya.

"Jadi kamu mau nginep malam ini atau gimana? Tapi seriusan mami nanya, kamu bisa tidur nggak nanti di rumah orang?"

"Ya Sunoo nggak tau mih, kan belom dicoba atuh lah. Udah mami nggak usah khawatir. Sunoo bakal pulang kalo nggak bisa tidur." Sunoo mengatakan itu setelah menyeruput kuah terakhir. "Kamsahamnida mami, mie rebusnya jinjja daebakk!"

"Aduh mami jadi keinget Siwon, dia cakep pisan ya. Bapak kalah ganteng," bisik Irene.

Sunoo mengangguk mantap. Cowok satu itu sudah terkontaminasi oleh Irene. Ya habis siapa lagi yang menemani Irene menonton drama korea kalau bukan Sunoo? Pernah waktu itu Irene minta ditemani Suho, yang ada bapak satu anak itu malah tidur. Mana mendengkur segala.

"Tapi kalo mami nikah sama papi Siwon, anaknya bukan Sunoo lah mih."

Iya, Irene terbiasa memanggil Siwon pakai embel-embel Papi. Astaga, keluarga Diningrat memang sesuatu.

Terkekeh girang, Irene menepuk pelan tangan Sunoo. "Iya atuh lah, pasti anaknya nanti lebih keren dari maneh. Tapi ya mami ikhlas kok punya anak modelan kamu. Nggak ada duanya, cuma satu," jawabnya lalu cengengesan.

Sunoo meletakkan mangkuknya di wastafel, lalu kembali ke meja makan.

"Ya ampun mami. Nggak heran Sunoo sempet ngeliat bapak lagi mandangin foto mbak Jisoo di hpnya. Kalian luar biasa." Sunoo sengaja memanasi Irene. Lalu dia mengambil kunci motor dan tas yang berisi buku serta seragam sekolah.

Mengernyitkan dahi. "Heh! Siapa itu mbak Jisoo? Janda mana? Komplek sini? Beraninya ya si bapak. Awas aja nggak bakal mami kasih jatah!"

"Tanya aja sama bapak, Sunoo jalan ya mih. Jangan kangen, rindu aja. Soalnya kangennya udah punya teh Letta," ucapnya lalu ngibrit setelah salaman.

Irene mengangguk. "Salam buat anak perempuan mami, si Soya. Nanti mami nyusul kalo kamu nggak bisa tidur."

"BAPAAAK! JELASIN KE MAMI, SIAPA MBAK JISOO? BAPAK SELINGKUH SAMA JANDA MANA HAH?!" teriak Irene yang terdengar oleh Sunoo dari ambang pintu utama rumah.

Terkekeh pelan. "Bakal ada perang dunia ini mah."

***

Setibanya Sunoo di kediaman Daniel, dia mendapati Soya sedang duduk di kursi yang ada di teras rumah.

"Soy, ngapain di luar sendirian? Nggak dingin apa?" tanya Sunoo sambil melirik ke samping, sudah ada motor Jungwon.

Soya tersenyum samar. "Nyari angin Noo. Itu Jungwon udah di dalem. Masuk aja."

Meletakkan helm di tempatnya, Sunoo malah duduk di kursi sebelah Soya. "Kalo gua temenin, mau nggak?"

Ya lo pikir aja Noo. Jadi cowok kenapa nggak peka sama sekali sih! Anjir ya, gue suka sama lo dari jaman baheula! Batin Soya.

"Serah lu."

"Masih aja ketusnya lebih dominan," celetuk Sunoo sambil terkekeh.

Keduanya terdiam beberapa detik, terlihat agak canggung. Tapi, Sunoo bukan Sunoo namanya kalau hanya diam saja. Akhirnya dia angkat bicara dan memulai topik pembicaraan.

"Daniel gimana keadaannya?" tanya Sunoo.

Soya melirik ke arah Sunoo sekilas. "Dia abis minum obat tadi. Udah tidur kayaknya."

"Lucu ya, kalian kembar tapi karakternya beda banget. Tapi lebih baik kayak lo gitu sih, Soy. Jadi nggak mendem, karna lo udah ngeluarin semuanya. Nangis, bahkan sampe pingsan."

Menghela napas, Sunoo mengingat kejadian tadi siang tepat setelah selesai acara pemakaman kedua orang tua Daniel dan Soya. Sunoo melihat Daniel tak menitikkan air mata.

"Gua khawatir sama Daniel. Dia nggak bisa nunjukin gitu aja perasaan yang lagi dia rasain."

Soya tak mengerti, dia menatap Sunoo penuh tanda tanya. "Maksud lo apa? Ngomong tuh jangan muter-muter."

"Maksudnya—"

"Lah, udah dateng lo. Dari kapan?" tanya Jungwon tiba-tiba.

Sunoo tak lagi melanjutkan jawabannya. Dia berdiri dari kursi. "Barusan sih belom lama. Kok lu keluar, Jay mana?"

"Dia lagi istirahat, terus Daniel lagi nangis kayaknya. Pilu banget gue dengernya. Jadi gue keluar aja, ngasih privasi buat Daniel. Kasian dia." Jungwon menghela napas.

Mendengar penuturan Jungwon, Soya menatap Sunoo. "Ini yang lo maksud Noo?"

"Iya, akhirnya Daniel nangis juga. Gua khawatir sama dia. Gua tau dia kuat, dia tegar, dia nggak mau nangis di depan banyak orang, apalagi di depan lo Soy. Tapi, dia juga manusia yang punya perasaan kan. Ya udah biarin aja kasih waktu sendiri buat Daniel."

Jungwon mengangguk setuju. "Nanti kalo udah selesai nangisnya, baru lo tengokin Soy."

"Iya gue paham, makasih banyak ya."

***

Double update banget nggak nih. Nextnya bakal aku publish, kalo komentarnya rame ehehe ayok ramaikaaan~

With Jake,
©Aya, 2k20

Palang Merah Cinta | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang