S2 ~ Harusnya

37 6 1
                                    

"Woojin-ah, aku mau tanya." Woong yang sedang duduk sambil menekuk lutut dan memeluk lutut di pojok ruangan latihan dance di club kampus, menghentikan kegiatan Woojin yang sedang meliukkan badan di depan cermin besar yang ada di hadapannya.

Woojin menghampiri Woong dan ikut duduk di sana. Mengambil botol minumnya dan meminumnya dengan pelan.

Jam malam sebenarnya sudah tiba, hanya saja Woojin masih belum memutuskan untuk pulang. Ia sedang mempelajari koreografi baru yang akan diajarkan pada mahasiswa baru yang baru saja masuk ke club mereka.

Entah kenapa, semua teman-temannya mempercayai Woojin untuk menjadi leader yang baru setelah keputusan Youngmin yang harus meninggalkan club dancenya untuk fokus pada semester akhirnya. Tapi Woojin menolaknya. Woojin menolak menjadi leader, dia hanya ingin membantu para mahasiswa baru.

Karena menurutnya, Youngmin tetaplah seorang leader.

"Begini, emm.. pacar kamu." Woong bersuara. Woojin mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Kamu serius udah punya pacar?"

"Bukannya aku udah pernah bilang, ya?"

Woong makin mengeratkan pelukannya pada kedua kakinya. Woong bingung harus berkata apa. Dia harus mengatakan sesuatu, hanya saja, apa? Apa yang harus dikatakan? Apa yang harus Woong lakukan supaya Woojin bisa meninggalkan Youngmin?

"Kamu serius sama dia?" Woong melirik Woojin dengan sudut matanya. Woojin terlihat datar dilihat dari ekspresi wajahnya.

"Kamu berhubungan sama dia, bukan karena terpaksa, kan?" Tebak Woong. Woojin mendengus.

"Itu urusanku, kan? Hyung gak perlu ikut campur urusan hubungan orang lain. Soal perasaan terpaksa atau tulus, itu urusanku." Jelas Woojin. Woong menengok dan menatap Woojin dengan tatapan berbinar.

"Jadi bener karena terpaksa? Dia ngapain kamu?"

Woojin mengerutkan keningnya. "Hyung. Bisa berhenti?" Woojin menghela nafasnya ketika melihat Woong masih sama dengan ekspresi yang tadi.

"Hyung, mau dengerin cerita, gak?" Tanya Woojin. Woong hanya memiringkan kepalanya.

"Sebenarnya aku sama Youngmin Hyung itu udah temenan dari SD, loh." Woong membelalakkan matanya. Bukan hanya karena terkejut dengan Woojin yang sudah mengenal Youngmin dari SD, tapi juga terkejut dengan Woojin yang bisa menebak kalau Woong tahu siapa pacar Woojin.

"Jadi bener Youngmin." Gumam Woong sambil menatap lantai dibawahnya. Woojin hanya tersenyum tipis.

"Sejak SD kita udah jadi temen main. Pas SMP kita semakin deket. Pas SMA makin deket, cuma pas aku baru masuk SMA, Youngmin Hyung tiba-tiba pergi ke Seoul. Aku bingung kenapa dia gak kelarin dulu SMA-nya baru pindah ke Seoul. Tapi aku mutusin buat gak pikirin itu. Aku fokus dulu belajar sampe sekolahku lulus. Setelah itu, aku ke Seoul dan pergi ke kampus ini." Jelas Woojin.

"Hyung bisa nebak, gak, alasanku bisa milih sekolah di kampus ini karena apa? Eh, enggak. Lebih tepatnya, karena siapa?" Dari penjelasan Woojin, nafas Woong semakin memberat. Seketika Woong teringat dengan pertemuan pertama mereka.

"Kamu kesini karena kampus ini akreditasinya bagus, kan?"

"Hah? Enggak, kok. Aku kesini karena seseorang."

"Seseorang? Siapa?"

"Ada dehh~"

Woong menatap sepatu putih yang terpasang di kakinya. Sepatu putih hadiah dari Woojin di hari ulang tahunnya.

Memang tidak mungkin, ya? Mendapatkan seorang Park Woojin memang tidak mungkin, ya? Apa harus memusnahkan Youngmin dulu baru ia bisa dapat Woojin? Tapi memang benar akan dapat?

Woong membenci dia.

Benci Youngmin.

Harusnya Woojin miliknya.

.

.

.

.

Tbc

Unpredictable Love {Champaca}Where stories live. Discover now