S2 ~ Ingin Dia

30 8 0
                                    

Donghyun berjalan keluar dari gerbang kampus sambil menghentakkan kaki, setelah keluar ia bersidekap sambil menatap tajam kearah kanan dan kirinya dengan mata menyipit.

Kesal. Tentu saja.

Donghyun jauh-jauh dari Daejun ke Seoul hanya untuk bertemu dengan Youngmin malam-malam begini. Karena sudah malam, ia berniat untuk menginap di tempat Youngmin. Tapi Youngmin tadi bilang di KakaoTalk ia ada di kampusnya, sekarang Donghyun malah menemukan kampus kosong.

Tentu saja, ini sudah malam.

Donghyun tidak tahu harus kemana. Ke kanan atau ke kiri? Dimana halte bus nya? Atau ia harus ke stasiun? Yang paling penting, apartemen Youngmin ada dimana?

Donghyun berdecak kesal.

Akhirnya Donghyun berjalan sendiri entah kemana. Donghyun memutuskan untuk mengambil jalan ke arah kiri. Setelah berjalan tidak begitu jauh, Donghyun melihat dari kejauhan, seseorang yang ia kenal, Youngmin dan Woojin, tengah berciuman di sana. Disana. Di trotoar. Tempat umum. Benar-benar.

Benar-benar anak muda jaman sekarang.

Donghyun menggeleng heran. Tapi ia juga pernah begitu, waktu SMA.

Tapi Donghyun malah salah fokus pada laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya, hanya tinggal beberapa langkah saja, sedang menatap dua orang yang tengah berciuman disana. Sama seperti dirinya, yang malah melihat dua temannya berciuman di pinggir jalan.

Apa laki-laki itu temannya juga?

Donghyun memutuskan untuk menghampiri. "Hei, gak maksud buat ngerusak suasana mereka, kan?"

Laki-laki itu menoleh kearah Donghyun dengan wajah marah. Ah, Donghyun sepertinya mengerti.

"Cemburu, ya?" Donghyun manggut-manggut sambil memegang dagu karena dengan bangga berhasil menebak isi hati dari laki-laki itu kala raut wajahnya tiba-tiba berubah, malah tambah marah.

"Mau gimana lagi. Ikhlaskan saja dia. Hm, benar. Laki-laki tidak cuma satu. Hmm." Donghyun kembali manggut-manggut.

"Mana bisa!" Desis laki-laki itu. Donghyun menatap mata laki-laki itu yang masih dipenuhi aura negatif. Bisa-bisa langit akan mendung dan akan turun hujan jika terus saja laki-laki itu menatap dengan tatapan membunuh begitu.

Donghyun, sebagai laki-laki-mantan-buaya, jadi bingung harus bersikap bagaimana. Dia sudah tobat jadi pucekboi, jadi Donghyun tidak mau menciptakan korban lagi gara-gara gombalan manisnya.

"Hei, nama kamu siapa?" Tanya Donghyun. Laki-laki itu diam.

"Aku gak tau siapa kamu, tapi dua orang yang ada disana, mereka temenku. Jadi, kamu jangan coba-coba buat ngerusak hubungan mereka, oke? Kalo hubungan mereka rusak, nanti takutnya aku gagal tobat." Jelas Donghyun yang ditanggapi oleh laki-laki itu dengan tatapan marah dan bingung disaat yang bersamaan.

'lucu.' Batinnya.

"Ehemm.. gini. Tau kan yang namanya Woojin?" Tanya Donghyun. Laki-laki itu tidak bereaksi.

"Kalo mereka putus nanti, aku mau gaet itu si Woojin. Aku tertarik sama dia." Wajah laki-laki itu berubah marah dan terkejut secara bersamaan, dan tanpa sadar dia menggeleng. Tapi hanya sedikit, samar.

'Ah, ternyata dia suka Woojin.' Batin Donghyun.

"Ah, Tapi berhubung aku udah tobat jadi pucekboi, aku akan ngurungin niat aku itu. Aku juga gak mau ngerebut pacar temenku sendiri. Jadi jangan coba-coba, ya! Emm..." Donghyun tersenyum.

"...Jeon Woong." Lanjutnya. Laki-laki itu membelalakkan matanya.

'Ternyata bener dia Woong. Wow, dari tadi gue nebak bener mulu, heran. Hebat banget gue.'

Donghyun memutuskan untuk menghampiri Youngmin dan Woojin yang sudah selesai dengan kegiatan intimnya di pinggir jalan itu, meninggalkan Woong yang masih berdiri kaku disana.

Woong menatap marah pada laki-laki jangkung yang tidak Woong kenal itu. Pergi begitu saja tanpa menyebutkan identitas dirinya. Dan yang membuat dirinya terkejut adalah, dia mengatakan tertarik pada Woojin. Dia juga bahkan tahu namanya.

Woong ingin tertawa. Apa itu bualan? Yang benar saja. Kepalan tangan Woong menguat.

Sial.

Ada penghalang lagi.

Sial.

Selalu saja.

Kalau begini terus, Woojin makin menjauh. Woong jadi tidak bisa menggapainya. Woong ingin menangis. Woong menginginkan Woojin.

Ingin Woojin.

Ingin Dia.

Cuma dia.

Hanya dia.

Tolong. Woong hanya ingin dia.

.

.

.

.

Tbc

Unpredictable Love {Champaca}Where stories live. Discover now