°•°September°•°

1.5K 180 186
                                    

Seperti biasa, jadwal IDOLiSH7 begitu padat. Pekerjaan demi pekerjaan datang silih berganti. Tak memberi kami waktu untuk sekedar melepas penat.

Jadwal yang seperti itu akhirnya membuatku ambruk setelah 2 hari bekerja. Kaki kananku terasa nyeri, membuatku kadang menangis dalam tidur beberapa hari ini. Dalam kamarku yang gelap, aku berusaha bertahan dengan demam dan nyeri yang terus menyiksaku, memberi ketidaknyamanan di setiap tarikan nafasku.

Sougo-san telah menyiapkan obat yang harus ku minum dan menyelipkan secarik kertas berisi pesan diatas nakas. Aku juga tak perlu bangun dan keluar untuk mengambil makanan bila aku lapar, karena Iori sudah membuatkan bekal untukku sebelum dia pergi bekerja bersama yang lain.

Aku mungkin sakit, dan apa yang seharusnya dilakukan oleh pasien adalah istirahat. Tapi aku benar-benar bosan, andai Tenn-nii ada disini, mungkin kami bisa mengobrol ringan seperti masa lalu.
Tapi kenyataannya hanya ada aku, dan bunga itu. Kelopaknya yang pucat terlihat buram dari sudut pandang ku. Daun-daunnya layu, dan batangnya mulai merunduk.

Lama-kelamaan aku mengantuk dan akhirnya tertidur dengan posisi duduk bersandar pada bantal. Baru sebentar aku tertidur seseorang mengguncang bahuku pelan sembari memanggil-manggil namaku. Heran deh, pas ditungguin ga dateng-dateng, giliran aku tidur dibangunin, hadeeh.

"Riku? Riku!"

"Nghh Tenn-nii?"

Kepalaku terasa berat, ku paksakan mataku untuk terbuka. Tenn-nii melihatku dengan seulas senyum terukir di wajahnya. Sangat tidak berdosa ya bang ekspresi mu.

"Aku segera kesini setelah merampok kunci dorm dari Nikaido Yamato."

"Eh?"

Apa? Kok aku mendadak budeg si? Ah sabodo lah. Aku memeluk Tenn-nii, menduselkan wajahku pada leher jenjangnya. Sudah kuduga aroma Tenn-nii membuatku nyaman.

"Riku, bagaimana kakimu?"

"Sudah lebih baik."

"Syukurlah, kau sudah makan malam?"

"Eh ini kan masih siang Tenn-nii?"

Tenn-nii menjauhkan tubuhnya, lalu menahan kepalaku yang hampir jatuh mengenai kasur. Mengangkatnya untuk membuat mata kami bertemu.

"Riku, kenapa akhir-akhir ini kau sering sekali tidur dalam jangka waktu yang lama? Ini sudah malam kau tahu?"

"Eh," aku terdiam. Melirik jam diatas meja dan memastikan kalau hari memang sudah berganti malam.

"Jangan eh terus! Kau sudah makan atau belum? Kalau belum ayo kita makan. Aku membawa makanan untukmu."

"Uhm."

Aku memandang kakakku sejenak, memperhatikan kerutan yang terbentuk di dahinya. Dan tanpa aba-aba ia merebahkanku kembali ke kasur. Membuatku meringis karena kepalaku berdenyut hebat.

"Ri-riku kau baik-baik saja?! Maafkan aku!"

"Aku baik-baik saja Tenn-nii. Hanya sedikit pusing jadi tenanglah. Nah makanan apa yang kau bawa?"

Aku mencoba mengalihkan topik, tapi Tenn-nii bukanlah orang yang mudah untuk dikelabui.

"Aku tidak yakin kau baik-baik saja Riku. Apa kita harus ke rumah sakit sekarang?"

"Tenn nii, tolong. Dimanapun asalkan jangan klinik atau rumah sakit."

"Ck Riku!"

"Moooou Tenn-nii aku lapar! Kalau kau tidak mau memberiku makan yasudah! Pulang saja sana! Aku Kana makan bekal buatan Iori."

Aku mencoba bangun, tapi tangan Tenn-nii mencengkeram bahu ku kuat dan menekan tubuhku agar kembali ke tempat semula.

"Tenn-nii, sakit."

The Last PetalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang