°•°January (2)°•°

1.1K 148 151
                                    

Semilir angin menyapu surai merahku, membuatnya sedikit berantakan. Dinginnya udara hari ini tak jadi penghalang untuk ku.

Jika kalian tanya dimana aku, jawabannya adalah dekat pagar pembatas danau yang di seberangnya terdapat Zero arena.

Dengan siapa? Tentu saja sendirian, mumpung tidak ada orang di dorm. Tak apa kan aku sekali-kali keluar? Yah walau bulan Januari ini suhu benar-benar dingin, tapi aku tak tahan menunggu sampai musim dingin berakhir baru kesini. Kemarin kami hanya berjalan-jalan di sekitar dorm. Aku sangat rindu dengan tempat ini, tempat dimana Iori dulu menangis.

Semua orang tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Meninggalkanku seorang diri, dan bodohnya Tenn-nii memberitahuku dimana letak kunci dorm. Yasudah, daripada mati karena bosan lebih baik aku kemari saja. Aku sudah siap kok bila nanti mereka menghujaniku dengan ceramah dan nasihat yang tiada henti.

Mengingat Yamato-san yang akan pulang 30 menit lagi, aku bergegas kembali ke dorm. Dan untung saja aku tepat waktu.

Setelah membereskan semua barang bukti yang ada, aku pun kembali ke kamarku kemudian merebahkan diri dengan nyaman. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki di lorong, aku yakin itu Yamato-san yang baru pulang. Aku tidak mengunci pintu kok.

Ceklek

Pintu kamarku terbuka, aku yang tadinya menutup mata, bangun karena mengira yang masuk adalah Yamato-san.

Tapi ternyata bukan!

"Kau!Kujou Takamasa!"

Aku membulatkan mata, bagaimana dia bisa kesini? Dan dengan tatapan tajamnya ia perlahan mendekatiku. Seolah tau isi kepalaku dia pun berkata.

"Nanase Riku. Apa kau terkejut hm? Bagaimana aku bisa disini? Itu tidaklah penting. Langsung saja ke intinya, berhenti menghalangi karir anakku!"

"Tap-"

"Kau memang sudah mundur dari dunia idol tapi kau malah semakin membuatnya tak fokus dalam bekerja! Jadi aku peringatkan kau! Jangan halangi anakku lagi!"

Lalu dengan kasarnya dia mencengkeram daguku, melotot dan meremasnya keras sebelum melepasnya secara kasar. Tindakan itu membuat leherku terasa ngilu.

Pria tua itu pergi begitu saja seolah tak ada yang terjadi diantara kami. Dalam beberapa saat aku mendengar pintu ditutup dengan kasar.

Kucoba berdiri tapi kakiku bergetar hebat, padahal itu hanya Kujou. Orang yang paling aku benci. Kenapa? Kenapa aku takut padanya?! Padahal selama ini aku selalu ingin memukul wajahnya.

Nafasku sedikit memberat, kepalaku pusing. Aku yang sudah jatuh terduduk meletakkan kepalaku pada kasur, rasanya sulit bagiku untuk kembali naik.

Inhaler! Dimana inhaler ku?! Aku butuh itu, jangan sampai Yamato-san melihatku seperti ini, bisa gawat nanti. Dimana? Akh kepalaku.

Obat! Aku membutuhkan obatku. Tidak, inhaler dulu. Laci! Iya disanalah mereka. Dengan tangan yang juga bergetar aku membuka laci dengan pelan. menyemprotkan inhaler itu lalu kembali menopang kan kepalaku pada ujung kasur.

Tubuhku seketika lemas, pusing menguasai kepalaku. Ditambah aku mulai mengantuk. Siapapun, tolong aku.
...

"Nanase-san!" Aku mendengar suara Iori. Hah lagi-lagi, maaf aku merepotkan kalian.

"Riku!"

Tenn-nii? Aku ingin mendorongnya, bermaksud menjauhkannya dariku. Tapi apa daya, bergerak saja tanganku tak bisa. Aku pasrah dipeluk olehnya.

"Riku! Kau membuat Onii-san jantungan! Kenapa kau bisa seperti tadi?"

"Riku-kun, Riku-kun!"

Sougo-san menepuk pelan pipiku untuk memastikan aku benar sadar atau tidak. Tenn-nii sudah melepaskan pelukannya, dan beralih mengganti kompres didahiku. Kompres? Ah kurasa aku demam.

Bibirku kelu,sesekali telingaku berdengung.

"Riku, aku minta maaf karena telah meninggalkan mu sendirian."

"Nanase-san? Apa kau merasa lebih baik? Kalau tidak kami akan membawamu ke rumah sakit sekarang."

Aku mencoba menggerakkan kepalaku, tapi rasanya sangat sulit, seluruh tubuhku mati rasa. Karena aku yang tak kunjung menjawab, membuat mereka semakin khawatir.

"Kurasa memang harus dibawa ke rumah sakit, ossan cepat telpon manager!"

Tidak! Jangan rumah sakit kumohon.

"Baiklah Mitsu, kalian persiapkan saja semuanya."

Mataku yang tadinya setengah terbuka kini kembali menutup. Habis rasanya perih. Tubuhku yang berbalut selimut dibawa keluar oleh Tamaki. Setelah itu aku tak tau apa yang terjadi.




























================================

Pendek dan gaje seperti biasa
Maafkan bila ada typo atau sejenisnya

Tenn: ni anak hobi ngegantungin cerita

Tamaki: ceritanya pendek kayak Mikki

Mitsuki: .... Wah Tama pinter ya~

Minami: adegan setelahnya disensor:) ga baik buat mata.... Jadi minna-san terimakasih sudah mampir kemari♥️
Ini saya bagiin baskom buat kalian, bosen teflon mulu~

Next
February

The Last PetalWhere stories live. Discover now