•°•February•°•

1.2K 152 193
                                    

Aku melamun sembari menatap jendela ruang rawat. Dengan dua lapis jaket dan syal aku siap kembali ke rumah. Tapi sebelum itu aku harus menunggu Tenn-nii menyelesaikan beberapa urusan dulu.

Kondisiku sudah dibilang baik dibandingkan tiga Minggu yang lalu. Aku tak sadarkan diri selama beberapa hari dengan suhu tubuh yang tak menentu. Kepala ku masih sedikit pusing, tapi dokter bilang itu akan hilang bila aku beristirahat dan minum obatku secara teratur.

"Riku, ayo pulang!"

Tenn-nii mengangkat tas yang ada di atas ranjang pasien, lalu menggandeng tanganku, mengajakku keluar dari sana. Langkahku terbilang lambat, lebih lambat dari sebelumnya, aku juga lebih sering melamun sekarang.

Aku dijemput oleh member TRIGGER, dikarenakan IDOLiSH sedang ada jadwal. Belakangan ini aku tak banyak bicara, walau itu dengan Tenn-nii sekalipun. Aku lebih memilih diam, menopang daguku melihat pemandangan jalan. Keseharianku hanya berdiam di dalam ruangan.

Tubuhku lebih cepat kehilangan tenaga walau hanya sekedar berjalan santai. Kepalaku yang tak henti merasakan pusing membuatku terkadang tak sadar akan sekitarku.

"Riku? Apa yang sedang kau pikirkan hmm?"

Tenn-nii memindahkan kepalaku yang bersandar pada jendela mobil menuju pundaknya. Membelai suraiku lembut, menyanyikan lagu barunya yang akan dirilis beberapa hari lagi. Tapi reaksiku? Entahlah, aku hanya memandang kosong ke depan, sesekali Yaotome-san menengok ke belakang tapi langsung kembali ke posisi semula, karena menurut nya pandanganku itu menakutkan.

"Tenn nii."

"Ya?"

"Aku takut."

"Tidak apa-apa Riku. Tak akan kubiarkan si tua bangka itu mendekati mu lagi!"

Aku memeluk pinggang Tenn-nii, membenamkan wajahku disana, sedangkan sang empu mengelus punggungku pelan. Aku memberitahunya apa yang terjadi, tentu setelah dia memaksaku. Setelah itu aku diberitahu oleh Yaotome-san bahwa Tenn-nii dan Kujou-san bertengkar hebat.

"Riku, apa kepalamu masih pusing?"

Aku menggeleng, rasa pusingku sudah agak berkurang, walau belum hilang sepenuhnya, aku tak mau membuat Tenn-nii khawatir. Saat sampai di dorm, aku mendudukkan diriku di sofa, menolak untuk masuk ke kamar.

Sepi, suasananya begitu sepi, tak ada percakapan diantara kami. Yang terdengar hanya bunyi dari alat masak yang sedang digunakan Tsunashi-san.

"Riku, kenapa akhir-akhir ini kau jadi begitu pendiam?"

Tenn-nii mendekatiku, mengangkat kepalaku dari sofa. Ia duduk di sebelahku dan menaruh kepalaku di pahanya. Leherku sedikit sakit saat dia angkat, tapi yasudahlah.

Dia menunduk memperhatikan wajahku, menyingkirkan surai yang menutupi keningku dan memainkannya.

"Tenn nii. Bagaimana kalau Kujou-san nan-"

"Sst! Apapun yang akan tua bangka itu lakukan, aku akan melindungi mu Riku."

"Sou."

Aku memejamkan mataku, namun sebelum aku terbuai ke alam mimpi, Yaotome-san dengan sengaja mencipratkan air ke wajahku, sehingga aku terbangun dengan tiba-tiba.

"Gaku! Sepertinya kau sudah tak sayang nyawa ya~"

"O-oy a-aku hanya membangunkan Nanase! Bukankah dia harus makan dan meminum obatnya!" Belanya.

Tenn-nii mengangguk dan menyuruhku duduk, lalu Tsunashi-san menaruh sepiring omurice dihadapanku.

Omurice? Lagi? Apa dunia ini isinya hanya nasi goreng dengan telur? Aku memang menyukai omurice tapi entah kenapa sekarang aku mulai bosan. Aku menghela nafas lalu menyuapkan satu sendok ke mulutku, tapi baru saja aku memakannya, aku merasa mual. Apasih? Seperti orang hamil saja!

The Last Petalजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें