•°•January•°•

1.3K 149 283
                                    

Sinar matahari menembus masuk kedalam kamarku, namun mataku masih terpejam erat, enggan untuk membuka. Semalam aku tidur larut, karena menunggui Tenn-nii pulang bekerja, yang berujung ceramah dengan durasi panjang.

"Riku."

Kurasakan tangan seseorang menepuk pipiku pelan, membuatku merasa terganggu. Untung saja infus serta selang oksigenku sudah dilepas seminggu yang lalu jadi aku sekarang bebas untuk bergerak.

Aku mengubah posisi tidurku dari terlentang menjadi menyamping. Namun gangguan itu tak kunjung berhenti. Kurasa aku tau siapa pelakunya.

"Riku waktunya sarapan!"

Ia terus menepuk pipiku, membuatku menutupi wajah dengan selimut, berharap itu bisa menghentikan aksinya.

Namun ternyata oknum itu tak menyerah begitu saja. Ia segera memelukku dari belakang dan menggelitik pinggangku. Bahkan menarik selimutku! Kalau dia saja tidak mau menyerah, apalagi aku?
Mataku masih setia menutup, tubuhku menolak bangun.

Tiba-tiba tubuhku diangkat dan dibawa menuju dapur, aku yang masih setengah sadar hanya bisa meronta dan meracau tak jelas yang malah membuat Tenn-nii semakin gencar mengerjaiku.

Saat sampai di ruang makan ia segera mendudukkan ku di kursi, lalu dia duduk disamping ku. Begitu kesadaranku terkumpul sepenuhnya, langsung saja aku menatap Tenn-nii dengan tatapan mengancam. Tapi malah membuat Iori yang duduk di depanku tersedak minuman yang tengah diseruputnya.

"Hentikan Riku, kau terlihat seperti anak anjing."

"Huft aku benci Tenn-nii, kau juga kenapa tiba-tiba tersedak begitu Iori?!"

"Salahkan dirimu Nanase-san!"

"Heh kenapa aku?"

"Sudah sudah, Riku cuci mukamu dulu!" Titah Mitsuki, aku pun segera berjalan ke kamar mandi ditemani Tamaki untuk berjaga-jaga kalau aku jatuh nanti. Tadinya yang mau menemaniku adalah Tenn-nii, tapi aku menolak karena masih kesal dengannya, Iori juga aku tolak!

Selepas dari kamar mandi, aku kembali ke ruang makan, dan ternyata yang lain sudah selesai. Tinggal aku dan Tamaki yang belum sarapan.

"Kami berangkat ya Riku, baik-baik dirumah!" Ucap Tenn-nii sebelum berangkat dengan trio hijau, kuning, orange itu. Akupun mengangguk dan mengucap selamat jalan.

Selesai sarapan, aku kembali berada dikamar, kali ini ditemani oleh Iori seorang. Kami mengobrol ringan, lalu dia memuji bunga itu. Dia bilang itu sangat indah, warnanya benar-benar menarik. Padahal yang aku lihat tidaklah begitu.

Aku bosan, ingin rasanya aku keluar berjalan-jalan, tapi mengingat tubuhku yang semakin lemah aku mengurungkan niatku.

"Nanase-san butuh sesuatu?"

Aku menggeleng, lalu merebahkan diri. Tak butuh waktu lama sampai kantuk menyapu kesadaranku. Saat aku bangun, Iori terlihat khawatir. Disampingnya sudah ada Tenn-nii dengan member lain dibelakangnya.

"Eh?"
Aku menguap.

"Riku!" Tenn-nii menjerit tertahan dan segera mendekat.

"Ada apa Tenn-nii? Kenapa sudah pulang? Jam berapa sekarang?"

"Kau baik?" Tanyanya risau.

"Aku baik Tenn-nii, dan apa-apaan selimut segunung ini?!" Aku baru sadar kalau diatasku terdapat berlapis-lapis selimut.

"Izumi Iori menelpon ku. Dia mengatakan tubuhmu sangat dingin dan kau sulit dibangunkan, karena itu aku langsung pulang setelah pekerjaanku selesai," terangnya. Ia sibuk menggosokkan kedua tangannya pada tanganku.

"Aku baik, sungguh. Hanya tidur sebentar."

"Kau tidur dari pagi sampai malam Nanase-san, itu tidak bisa disebut sebentar!"

"Eh?" Teriakku. Sebenarnya aku tak terlalu terkejut, cuma berusaha untuk lebih menghayati peran.

"Riku kau yakin baik?"

"Aku baik-baik saja! Tak ada yang perlu di khawatirkan!"

"Riku–"

"Ah mou aku lapar, lebih baik kita makan. Tapi sebelum itu singkirkan selimut-selimut ini!"

"Tunggu! Jika kau lapar tunggu disini, akan kubuatkan apa yang kau mau Riku. Nanti setelah jadi Sougo akan mengantarnya kemari."

"Ah iya , istirahat saja Riku-kun."

"Aku baik sungguh."

"Sudah! Jangan mengulang kalimat itu terus Nanase-san."

"Tapi kalian juga terus mengulang kalimat yang sama!"

"Itu karena kami mengkhawatirkan mu Riku."

"Tenn-nii dan Iori sama saja! Nikah sana!"

"Hah?!"

Dan ceramah gila mereka dimulai.

Yey! Akhirnya bisa aku bisa keluar! Walau hanya jalan jalan di sekitar dorm tak apalah, daripada terus berada di dalam kamar.

Udaranya terasa begitu segar, aku berjalan begitu pelan. Karena tangan ku dipegangi oleh dua malaikat pencabut nyawa.

Bukan hanya mereka berdua. Ada Yaotome-san yang diseret Tsunashi-san atas perintah Tenn-nii. Mitsuki dan Nagi yang menyeret Yamato-san, ada juga Sougo-san yang berjalan sambil membawa teko berisi teh hangat. Untuk apaan coba? Dan Tamaki yang berjalan santai sambil mengemut ousama puding kegemarannya.

Hah! Ingin jalan-jalan sebentar saja rasanya sudah seperti pawai. Pakai acara dijaga pula. Kalian tidak kerja apa?

Huft tuh kan baru batuk sekali saja sudah digotong kembali ke dorm, menyebalkan!

Hah sepinya hatiku. Bukan suasana ya! Kamarku penuh sesak, tentu yang boleh duduk di kasur bersamaku hanya Tenn-nii seorang, yang lain lesehan. Tapi beberapa dari mereka akhirnya keluar karena ada pekerjaan. Cih, dari tadi kek.

Saat akan berbaring, aku meminta Tenn-nii menemaniku, dia mengiyakan saja. Yang lain sudah keluar semua, hanya menyisakan aku dan kakakku.

Tadinya Tenn-nii menawarkan perutnya sebagai bantal, tapi aku menolak. Dan sebagai gantinya aku tidur sambil memeluknya. Namun baru saja aku terlelap Ten-nii mengguncangkan tubuhku keras, membuatku terpaksa bangun. Asem:)

"Tenn-nii aku mengantuk."

"Riku, kau dingin!"

Setelah menjawab pertanyaan Tenn-nii dengan gumaman yang tak karuan aku kembali melanjutkan tidurku, aku dapat mendengar protesnya beberapa saat sebelum kesadaranku kembali menghilang.


















================================

Apa yang ku ketik TvT
Maafkan bila ada typo atau sejenisnya terutama kegajean yg haqiqi

Always

Gaku: gaje banget sumpah

Tenn: Hmmmm

Iori: .... Cih bagian ku pendek banget

Mitsuki: BUBAR GA LU PADA!// angkat panci

Minami: hmmm teflon saya abis

Jaa neeeeee
Next January (2)
:)

The Last PetalWhere stories live. Discover now