•°•October•°•

1.4K 166 106
                                    

Cuaca hari ini begitu cerah, secerah suasana hatiku. Ditambah bulan ini ku lewati tanpa ada hambatan. Membuatku lengah untuk sementara.

Walau asma ku sempat kambuh di tengah konser tapi aku bisa mengatasinya tanpa ketahuan oleh member lain. Usai konser, kami pergi ketaman bermain untuk menikmati beberapa wahana disana sebelum kembali ke dorm.

Sepanjang perjalanan pulang dari taman bermain aku terus bersenandung saking senangnya. Tanpa kusadari bahwa para member menatapku dengan tatapan yang entah tak dapat kuartikan.

Sesampai kami di dorm, Mitsuki langsung mendorongku menuju kamar dan menyuruhku beristirahat. Aku bingung dengan sikapnya tapi ya sudahlah, toh ini sudah malam.

Beberapa menit kemudian, aku merasa begitu haus dan memutuskan untuk kedapur mengambil minum. Aku melenggang masuk begitu saja, sedang member yang lain terlihat begitu fokus mendiskusikan sesuatu di sofa. Mereka bahkan tak menyadari kehadiran ku.

Saat tengah meminum air, aku tak sengaja mendengar apa yang mereka bicarakan. Bukan, aku bukannya ada niatan nguping ya bestie. Hanya saja jarak kami itu tak seberapa, makanya aku bisa mendengar pembicaraan mereka. Lagipula apasih yang mereka bahas sampai-sampai tidak mengajakku?

"Bagaimana ini? Aku tak tega melakukannya."

Melakukan apa?

"Aku juga tidak tega. Tapi ini permintaan Kujou-san, kita harus bagaimana?"

Eh permintaan Tenn-nii?! Apa maksudnya?

"Haaah, tidak ada pilihan lain. Ini sudah yang terbaik. Bisa gawat jika kita tidak segera mengambil tindakan. Kita juga harus memikirkan kesehatannya, belakangan ini dia sering sekali kambuh. Ditambah beberapa masalah baru, kurasa aku setuju dengan Kujou."

Heh kambuh?! Apa maksudnya aku? Tunggu? Apa yang diminta oleh Tenn- nii?

"Baiklah kalau begitu kita sepakat! Nanase Riku-san akan dikeluarkan dari IDOLiSH7 hari ini juga! "

Prangggg!
(Anggep suara gelas pecah:') )

Gelas dalam genggamanku jatuh dan pecah berhamburan, membuat mereka yang tadinya fokus satu sama lain sontak mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.

Rasa sakit menjalar di sekitar punggung kakiku, tapi aku hiraukan. Pandanganku masih terpaku pada mereka yang juga menatapku dengan ekspresi terkejut bercampur rasa bersalah.

"Ka-kalian bercanda kan? Iya kan?"
Ucapku tak percaya dengan apa yang baru saja ditetapkan oleh Iori, rekan sub-unit ku sendiri.

"Nanase-san jangan bergerak, tetap disitu! Aku akan membersihkan pecahan kacanya terlebih dahulu."

Iori gelagapan, ia tak menjawab pertanyaanku. Pemuda itu berjalan cepat namun hati-hati dan mulai memunguti beling kaca yang ada di dekat kakiku.

"Osaka-san ambilkan antiseptik dan perban, kaki Nanase-san terluka!"
Perintahnya.

"Iori jawab! Apa–"

"Kumohon Nanase-san lupakan apa yang baru saja kau dengar oke?"

"Bagai–"

"Riku, bukan maksud kami be–"

"Pembohong! Kalian semua pembohong!"

Mereka semua menundukkan kepala, tak lama Sougo-san datang membawa apa yang Iori minta. Iori yang telah selesai berurusan dengan pecahan kaca, perlahan menuntunku menuju sofa, namun kutolak dengan lembut.

Dengan rasa perih dikaki, aku memaksakan diri untuk pergi ke kamar. Tentu saja mereka langsung mencegatku. Namun dengan segala cara aku mencoba melepaskan diri. Jual mahal dulu ga si?

The Last PetalWhere stories live. Discover now