•°•May•°•

1.1K 138 166
                                    

"Riku, apa kau lapar?"

Dia menggeleng. Yah ini menyedihkan, tapi setidaknya sekarang dia sudah mulai memberikan respon pada pertanyaan yang dilayangkan kepada nya.

"Mau kubacakan buku cerita? Bagaimana kalau kita bermain hm?"

Hah, aku harus belajar untuk ekstra sabar mulai sekarang. Aku sangat bersyukur karena Riku kembali membuka matanya tapi kenapa? Apakah hanya perasaanku saja atau memang sebentar lagi dia akan meninggalkanku. Jauh hingga aku tak akan bisa menariknya kembali.

Kami terus berjuang, membujuknya untuk makan. Segala cara kami kerahkan. Bahkan para manager dari tiap agensi juga ikut-ikutan.

"Hah, aku akan keluar sebentar ya? Riku diam disini bersama dokter oke? Jangan nakal saat diperiksa."

Rasanya aku kembali menghadapi Riku sewaktu kecil, perlu kalimat dengan nada semanis mungkin agar dia memberi respon.

Aku keluar digantikan oleh para dokter yang masuk untuk memeriksa keadaan Riku. Aku berjalan menuju kantin rumah sakit berniat membeli sesuatu untuk ku makan, kebetulan aku belum makan siang.

Setelah dari kantin, aku berjalan-jalan sejenak di taman. Apa Riku akan kembali seperti semula? Aku melamun, sampai jam di tanganku menunjuk angka 5 barulah aku beranjak.

Saat masuk ke ruangan, aku melihat Riku yang tertidur. Dengan pelan kudekati dia, mengelus pipinya seperti yang biasa aku lakukan.

"Riku, kapan kau akan kembali memanggilku Tenn-nii?"

...

19 Mei, selama 3 hari ini TRIGGER sangat sibuk dengan jadwal tampil. Aku bahkan tak punya waktu untuk menemui Riku, ditambah si kakek tua yang terus membuntutiku bak stalker. Bukannya aku tidak menghormati Kujou-san, aku sangat berterima kasih padanya atas segala bentuk bantuan yang telah dia berikan kepada keluargaku. Tapi aku sedikit kesal dengan tingkahnya belakangan ini, apa dia tidak bisa memberi kebebasan padaku untuk sekedar merawat adikku yang tengah drop di rumah sakit?

Selama 3 hari Riku dijaga oleh ZOOL yang mengambil cuti selama seminggu. Entah apa yang mereka lakukan pada Riku, aku tidak tau. Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk. Siap-siap saja nama kalian hanya tinggal kenangan.

"Manager? Apa kita masih punya pekerjaan setelah ini?"

"Tidak ada Tenn kau bisa pergi."

"Hah syukurlah kalau begitu, aku pergi ya!"

"Tunggu Tenn kami ikut."

"Hah?"

"Aku merindukan Nanase-kun hehe."

"Oh oke, kalau begitu kau yang menyetir."

"Oke!"

Gaku dan Ryuu ikut denganku, sepanjang perjalanan suasananya damai. Sepertinya Gaku tengah dirasuki malaikat sehingga terus diam tak mengajakku cek-cok seperti biasanya.

Setiba kami di rumah sakit, aku langsung turun dan berjalan mendahului kedua orang yang masih berdiri di tempat. Aku segera menuju kamar Riku, disana terlihat Natsume Minami yang sedang membawa nampan berisi sayuran kukus.

"Untuk apa itu?"
Tanyaku sambil mendekat

"Nanase-san bilang kalau dia lapar, jadi–" Natsume, dia menggantungkan kalimatnya dan menggaruk pipi menggunakan tangannya yang bebas.

Tanpa menunggu nya menjelaskan lebih lanjut pun aku sudah mengerti, aku langsung masuk tanpa permisi. Seketika semua perhatian tertuju pada ku.

"Tenn-nii?"

Suara itu? Riku! Ya Tuhan terimakasih kau telah mengembalikan mentari ku. Aku mendekati ranjang Riku, mereka yang duduk di sekitarnya menyingkir memberiku ruang.

The Last PetalWhere stories live. Discover now