33. Labirin

385 49 4
                                    

Terik sinar matahari membuat Zyana terus-terusan menggerutu. Ia kesal karena harus berjalan kaki menuju rumah Vivi. “Anjirlah, tuh matahari gak ada AC-nya apa? Matahari di deket sekolah aja banyak AC. Ck, kayaknya perlu diperbarui.”

Kaos biru polos dipadu dengan celana jeans selutut dan sandal sejuta umat, yaitu swallow berwarna biru juga, membuat Zyana mengeluh karena sinar matahari yang terasa menyengat di kulitnya. Ia mempercepat langkahnya. Sesampainya di depan rumah Vivi, Zyana menatap garasinya yang hanya terdapat satu buah mobil dan motor. Zyana pun tersenyum riang lalu masuk ke dalam.

“HOLAA EPRIBADEE! ZYANA HERE!”

Bugh

Zyana memicingkan matanya pada Vivi yang sedang tiduran di sofa dengan mata yang mengarah pada handphone. “Heh! Sambut gue kek!”

“Siapa lo? Masuk gak pake salam, asal teriak aja, emang gak ada akhlak lo mah,” sinis Vivi.

Zyana terkekeh. Ia menghampiri Vivi dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Vivi. Zyana pun langsung mencomot puding yang ada di meja. “Lo tuh ya, hargai perjuangan gue ke sini dong.” Raut wajah Zyana berubah melas. “Tadi ya, niat gue kan numpang makan. Jadinya gue gak bawa duit sedikit pun, eh pas di jalan mobil gue mogok gegara bensinnya abis. Huft ... akhirnya gue tinggalin aja deh, terus jalan kaki ke sini. Capek tau, Pii-”

Ucapan Zyana terpotong saat ia melihat Raffa berjalan menuju dapur. Mata Zyana berbinar senang. “Huaaaa, kesayangan Zya!” Zyana langsung lompat dan berlari memeluk Raffa.

Raffa yang terkejut pun hampir saja terjungkal kalau ia tak menahan dengan tangannya yang memegang tembok. Raffa pun tersenyum lalu membalas pelukan Zyana. “Kak Zy kenapa gak dari kemarin-kemarin ke sini?”

Zyana menatap Raffa cemberut. “Kamu sendiri kenapa ngilang?”

“Ah itu ... kak Vivi ngelarang aku keluar. Kak Zy kan tau kemarin penilaian kenaikan kelas, aku disuruh belajar sama kak Vivi.” Raffa menggaruk tengkuknya.

Bugh

“Zyana, gak usah modus lo, kambing!”

Zyana melepaskan pelukannya lalu berkacak pinggang menatap Vivi. “Iri bilang, saudara.”

“Pala lo iri!” dengkus Vivi kesal .

“Pala gue satu.”

“Gak nanya.”

“Bukan jawaban juga.”

“Au ah, gelap!”

“Nah kan! Ketahuan lo sering gelap-gelapan?!” Zyana berteriak heboh.

Vivi melemparkan salah satu sandalnya ke arah Zyana, tapi sayangnya Zyana berhasil menghindar. Zyana pun menjulurkan lidahnya meledek Vivi lalu menarik tangan Raffa menuju dapur.

“ZYA ANJENG!”

Zyana hanya membalas dengan tertawa puas. Ia duduk di salah satu kursi dan memperhatikan Raffa yang mengambil dua jus alpukat.

“Raf, mau aku bantuin gak?” tanya Zyana saat Raffa sudah duduk di sebelahnya.

“Bantuin apa, Kak Zy?”

Zyana tertawa kecil. “Deket sama Eca.”

Raffa yang sedang meminum jusnya pun langsung tersedak. “Apaan deh, Kak? Aku gak ada apa-apa sama dia.”

Zyana tersenyum miring. “Gak ada apa-apa, tapi sering diem-diem merhatiin gitu ya?” Zyana menaikturunkan alisnya.

Raffa membuang mukanya yang memerah. “Nggak! Gak ada!”

FUCKGIRL COMEBACK [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें