RIDDLE - 17

3.1K 599 116
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa vote, komen dan follow.

Sediakan tissue sebelum membaca part ini.
.
.
.
.

Lisa menghentikan lariannya tepat didepan sekolah, nafas nya memburu, lengkap dengan perasaannya yang berkecamuk. Lisa lekas memasuki sekolahnya, untuk segera bertemu dengan Jennie. Ia kembali berlari, dengan langkah panjangnya menuju kelas. Namun kelas sudah terkunci, Lisa berupaya membuka pintu tetapi tidak bisa. Ia pun langsung mengeluarkan ponselnya, dan menghidupkan flash, kemudian menyoroti ruang kelas dari jendela, perasaannya terenyuh, saat mendapati Jennie yang duduk dengan wajah sendunya.

"Jennie-ah" gumam Lisa, saat Jennie kembali terisak tangis.

"Mianhae, Jennie-ah.." ujarnya pelan, tetapi kemudian Jennie menghilang dari sana.

"Andwe, hajima.." (tidak, jangan--)

"Kau tidak boleh pergi, mianhae.." Lisa pergi dari sana, mencari Jennie keseluruh penjuru sekolah, tetapi tak juga ia temukan..

...

Jennie duduk diatas rooftop, dengan keadaan yang begitu gelap, ia masih menangisi keperihan hatinya. Tetapi tangisnya seketika terhenti, saat melihat Lisa berhenti dihalaman sekolah dengan senter ditangannya. Jennie tersedu, saat melihat Lisa yang menyadari kehadirannya diatas rooftop. Tatapan mereka terpaut dari jauh, ia membiarkan Lisa melihatnya, namun saat Lisa berlari untuk menghampirinya, Jennie menghilangkan diri dari sana. Yang membuat Lisa terengah, dan kembali sesak saat tak menemukan Jennie diatas sana.

Lisa mendudukkan bokongnya diatas bangku, kemudian menitiskan air mata pilunya. Menyesali semua perkataan yang sudah ia lontarkan kepada Jennie tadi sore. Air mata nya semakin gencar mengalir, membuat Lisa sesekali menghapusnya, dengan isakan yang mulai lolos. Lisa menangis, seperti ia menangisi kepergian Sara. Rasa sakit itu merasuk dan membuat ngilu dihatinya seakan menyebar.

.
.

Jennie berdiri dibawah pohon rindang yang berada ditaman sekolah, air matanya sudah tak lagi mengalir. Ia mendongak, menatap ranting yang mulai botak, dengan kedua mata yang masih sendu. Pikirannya terus melayang, akan tujuan yang pada akhirnya Jennie temukan. Ia sudah yakin, jika Lisa datang untuk mencari penyebab kematian kakaknya, dan dia yang pernah berjanji disemasa hidupnya, untuk mengungkap kematian Sara yang sebenarnya. Janji itu, ia ingkari, lantaran tak ada seorangpun yang mau mendengarkan dan mempercayainya, sampai suatu saat, Jennie mengakhiri hidupnya, dan membiarkan isu menyimpang itu terus beredar sampai saat ini.

Tapi sekarang, Jennie tidak akan mengulangi kebodohan yang sama. Ia mencintai Lisa, dan ingin berada disamping Lisa setiap saat. Tetapi ia sadar, jika hal itu tidak mungkin dapat terwujud, sekeras apa mereka berusaha. Yang mati, tidak akan kembali hidup. Dan mereka yang hidup, tidak akan pernah bisa hidup berdampingan dengan seseorang yang tidak nyata. Jennie menyadarinya, dan satu-satunya jawaban yang tepat, memanglah berpisah..

"Biar aku tunjukkan padamu Lisa, siapa orang yang telah membunuh Sara sesungguhnya.." gumam Jennie, kemudian menghilang..

.
.

Mungkin Jennie sedang tak ingin bertemu dengannya malam ini, itu yang terlintas didalam kepala Lisa. Sehingga ia memutuskan untuk segera pulang, dan menunggu Jennie datang. Lisa sudah berada dihalaman sekolahnya, ia kembali menatap sendu kearah bangunan megah itu, sembari menghela pelan. Namun saat hendak melangkah, tiba-tiba saja Lisa merasakan aura dingin yang mencekam. Menahan dirinya, agar Lisa tak pergi dari tempat itu. Lisa mengusap tengkuknya, dengan kedua tangan dan tengkuknya yang sudah meremang. Firasatnya tiba-tiba saja menjadi buruk, sehingga membuat Lisa kembali menoleh, menatapi bangunan tersebut.

RIDDLE - [JENLISA] ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें