21. Br(ok)en

4.3K 1K 142
                                    

Shasha itu sebenernya cuman anak rumahan yang patuh sama Mamanya.

Bukan karena tekanan atau kekangan, Shasha emang beneran sesayang itu sama Mamanya karena dari kecil, Shasha selalu mendapat apa yang dia inginkan dan dia butuhkan.

Shasha paling deket sama Mamanya karena Papanya sibuk dengan urusannya di luar negri.

Jadi penulis naskah film sekaligus punya rumah produksi menuntut Papa  Shasha saat itu untuk bepergian jauh. Entah itu mencari inspirasi untuk naskah film atau pergi jauh untuk proses shooting.

Sejak kecil, cuman Mama Shasha yang selalu menyempatkan dirinya untuk mengantar Shasha sekolah. Cuman Mama Shasha yang rela menunda atau bahkan membatalkan meeting meeting penting dengan para client agar bisa menghadiri acara di sekolah Shasha.

Saat Shasha sakit, di manapun Mamanya berada, entah di luar kota atau di luar negri sekalipun, beliau pasti akan segera memesan tiket pesawat untuk pulang dan menemani Shasha.

Ketika nggak bisa tidur, Mama Shasha akan menemani Shasha walau harus sambil ngurus pekerjaan. Dan Shasha yang sudah terbiasa dengan hal itu akan terlelap begitu mendengar tuts tuts keyboard di tekan oleh Mamanya. Suaranya satisfying, cocok buat jadi pengantar tidur.

Dari masih SD, Shasha udah sadar kalau orang tuanya nggak saling mencintai. Dia udah banyak dengar tentang perjodohan yang diharuskan di keluarga merekaㅡsetidaknya sampai punya anak. Kalau anak mereka laki-laki, dia berhak mewarisi kedua perusahaan dari pihak Ayah maupun Ibu, tapi kalau anaknya perempuan, dia nggak begitu diandalkan.

Makanya, Soojin memutuskan buat cerai sama suaminya dulu. Lagipula, suaminya itu udah banyak tidur sama aktris tanpa bakat yang mengincar peran utama di setiap film yang diproduksi suaminya.

Buat apa dipertahankan lagi?

Nggak kok, Soojin sama sekali nggak sedih mengetahui kelakuan suaminya yang seperti itu. Kan sama sekali nggak cinta, buat apa sedih?

Tapi,

Soojin sakit hati lihat Shasha yang begitu pengen deket sama Papanya.

Pas TK Shasha selalu membanggakan betapa hebat Papanya karena bisa membuat banyak film keren dan selalu jadi topik hangat untuk para warga negara ini.

Banyak teman yang mengagumi keluarga Shasha. Di berbagai sampul majalah yang covernya ada potret keluarga Shasha, keluarga itu terlihat sangat bahagia. Dan Shasha kira juga begitu. Shasha kira keluarganya juga keluarga yang bahagia.

Tapi, untuk sekedar minta dijemput di sekolah sama kedua orang tuanya pas Shasha masih TK, mereka berdua sama-sama nggak menyanggupi keinginan Shasha.

Papanya selalu bilang sibuk, sibuk, sibuk dan sibuk, sampai tau tau ada berita kalau aktris X tengah hamil anak dari Producer HUIFILM entertainment.




"Gafian," Shasha menggenggam lengan Gafian ketika tangan cowok itu berada di tuas untuk memindahkan mode P ke mode D, bersiap menjalankan mobilnya.

"Gaf, aku nggak mau ikut kamu pergi. Aku nggak mau ikut kamu memberontak." Shasha mengucapkan kalimat itu tanpa ekspresi. Matanya hanya terlihat berbinar karena air mata yang menumpuk di kelopak mata.

"Sha, pernikahannya masih bisa batal kalo kita bikin mereka mempertimbangkan kita."

"Aku mau kita putus. Kita udahan. Mungkin kita emang nggak jodoh." Shasha masih belum berani menatap Gafian. Dia taku nangis kalau lihat wajah Gafian karena hatinya sendiri pun saat ini sakit juga.

"Tapi aku nggak bisa, Sha."

"Biasain aja."

"Sha, kok kamu jadi gini sih? Kamu ga mihak aku yang mati-matian perjuangin kita untuk tetep bisa sama-sama?"

"Gaf, one day, you're going to see me holding hands with someone who took your chance. Palingan pada saat itu aku bahkan nggak akan ada kesempatan buat noleh ke kamu karena aku terlalu sibuk ketawa sama jokes yang cowok itu bikin buat aku."

"Gaf, jangan terlalu serius berjuang. Karena keseriusan kamu nantinya cuman bakalan diketawain semesta. Diantara banyaknya hal yang bisa menyadarkan kalau kita nggak jodoh, mata kita dibukakan dengan cara ini. Kita pacaran dan disaat yang sama, orang tua kita sama sama punya ikatan juga. Lucu kan? Dunia cukup bodoh kan? Takdir dari Tuhan jelek banget kan? Bahkan skenario yang ditulis Papaku buat filmnya jauh lebih apik daripada skenario Tuhan. Tapi sekali lagi, kita cuman manusia yang gampang dibikin nggak berdaya oleh perasaan. Dan kalau udah gitu pertanyaannya cuman satu. Kita bisa apa?"

"Gaf, aku sayang sama kamu. Aku juga nggak mau kita berakhir konyol kayak gini. Tapi aku lebih nggak mau pernikahan Mama batal. Mama bahagia sama Papi kamu. Dan sebagai anak yang tau apa itu berbudi, aku nggak boleh rusak kebahagiaan itu kan?"

"Kamu boleh berseteru sama Papi kamu. Aku nggak peduli. Tapi, ini hampir natal walau kita udah putus. Meskipun begitu, aku masih berharap dapet kado natal dari kamu. Sederhana kok. Kamu pasti bisa beri hal itu ke aku. Yaitu, biarin orang tua kita lanjutin pernikahannya. Kalau kamu nggak mau melakukan itu buat Papi kamu, lakuin itu buat aku, ya?"

Shasha turun dari mobil Gafian tanpa sepatah kata lagi. Cewek itu sepertinya nggak peduli dengan pendapat Gafian. Dia juga nggak mau denger opini Gafian. Dia nggak mau semuanya semakin menyakitkan buat kedua belah pihak.

Cepat atau lambat mereka akan jadi saudara, rasanya bakalan canggung seumur hidup kalau Shasha terus banyak bicara dan mendengar semua isi hati Gafian.

Lebih baik begini aja. Shasha cuman butuh untuk tidur lebih awal dan pelan-pelan kembali ke rutinitas hariannya untuk melupakan Gafian.

Toh, sebelum Gafian masuk ke hidupnya semua normal-normal aja. Hidupnya sangat baik. Maka setelah putus, harusnya tidak ada masalah besar.

Sementara di sisi lain, Gafian segera menginjak pedal gasnya brutal. Cowok itu enggan melihat punggung Shasha yang semakin menjauh.

Dia takut kepergiannya akan semakin terasa.

Gafian jalan ke arah tol. Entah mau kemana, dia nggak peduli. Nggak ada tujuan juga. Gafian cuman mau menenangkan pikirannya.

Tapi nggak bisa ketika sebuah lagu terputar dari radio. Lagu yang membuat Gafian menepi di rest area, menyadarkan kepala ke setir dan menangis.

Berat bebanku
Meninggalkanmu

Separuh nafas jiwaku sirna

Bukan salahmu
Apa dayaku

Mungkin benar cinta sejati tak berpihak pada kita

Kasihku
Sampai disini kisah kita

Jangan tangisi keadaannya
Bukan karena kita berbeda

Dengarkan
Dengarkan lagu lagu ini
Melodi rintihan hati ini

Kisah kita
Berakhir di Januari


Lagu berjudul Januari oleh glen fredly itu membuat Gafian semakin tersiksa. Masalahnya, lagu galau itu dicover oleh perempuan dengan suara lembut dan nada suara yang putus asa.

Gafian hanya semakin jelas melihat Shasha disetiap kali matanya terpejam.

Kata siapa cowok bisanya bikin cewek nangis doang? Cowok juga punya hati.

Dan mereka bisa nangis karena cewek juga.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Royaltionship [✓]Where stories live. Discover now