44. 幸福 (Happiness)

2.1K 692 216
                                    

Tempat pelarian Shasha malam itu adalah kostan Eric. Shasha dengan kaki lecet dan muka memerah serta kantong mata bengkak ngungsi ke rumah Eric. Memgganggu jam tidur Eric. Tapi, Eric nggak pernah keberatan dengan itu semua.

Eric jelas khawatir, tapi dia nggak tanya karena takutnya ganggu privasi Shasha. Eh, malah Shashanya sendiri langsung cerita.

Sama seperti Shasha, Eric juga kaget banget. Dia nggak nyangka kalau Shasha mengalami hal seperti itu di hari lamarannya. Di depan semua para tamu undangan.

Karena tau Shasha lagi nggak bisa hidup tenang dan mungkin aja mentalnya bermasalah, Eric nawarin Shasha untuk pergi ke rumahnya sementara. Rumahnya yang di Semarang. Dan Shasha langsung mengangguk setuju.

Memang itu yang Shasha mau. Pergi jauh sampai nggak bisa dicari, tapi di lain sisi dia juga butuh seseorang untuk menemaninya. Shasha tau Shasha nggak banyak bisa melakukan apa-apa sendirian. Apalagi kali ini dia cuman pergi dengan gaun tunangan, sepatu hak tinggi, mahkota berlian dan HP. Nggak ada sepeserpun uang walau apa yang dia pakai dari atas kepala sampai ujung kaki nilainya fantastis.

Beruntung banget pokoknya Shasha kenal sama cowok baik dan sopan bernama Eric. Meskipun posisinya saat itu Eric asistennya Shasha di kantor, dia nggak memikirkan takut nggak dibayar atau apapun itu. Yang penting Shasha aman dan tenang aja dulu.

Besok paginya, dengan pakaian seadanya yang Eric punya, Shasha dan Eric pergi ke terminal pagi-pagi buta. Ini bener-bener kali pertama Shasha naik bis. Dan yah... bisa dibayangkan nggak nyaman.

Shasha nggak nyaman liat suasana dalam bis yang kayak gitu, belum lagi kursinya kelihatan berdebu banget.

"Atau mau naik pesawat?" Tawar Eric setelah memperhatikan ekspresi nggak senang Shasha.

Sebenernya, bukan karena bis Shasha memasang wajah nggak senangnya itu.

Shasha biasanya nggak kayak begini, tapi entah kenapa mulai pagi ini dia takut ngeliat orang. Dia panik sampai sesak napas rasanya.

Tapi cewek itu menggelengkan kepalanya. Nggak mau lebih merepotkan Eric.

"Tenang, nggak perlu takut apa-apa, kok. Semuanya bakalan baik-baik aja." Eric melepas topinya dan memakaikan benda berwarna putih yang dia beli di pasar malam pas dia masih sekolah dulu ke kepala Shasha. Meskipun udah lama banget, tapi warna dan modelnya masih bagus. Eric memang tau gimana cara merawat dan menghargai barang.

Shasha membenarkan topi yang barusan di pakaikan sama Eric sambil nunduk.

Intinya, setelah kejadian malam itu, berhadapan dengan banyak orang membuat Shasha panik tanpa sebab. Dia bisa aja mendadak sesak napas karena ketakutan yang muncul secara tiba-tiba dan sangat intens.

Dia merasa dia pembohong.

Dia merasa dia manusia yang lebih nggak tau diri dibanding Papa kandungnya (Yang ternyata sebenarnya bukan Papa kandungnya.)

💎

Eric dan Shasha akhirnya masuk semarang setelah menempuh perjalanan sekitar hampir tujuh jam. Ini hitungannya lumayan cepat karena Eric pilih bus yang bagus dan lewat tol. Memang sih, biasanya bisa selisih lima puluh ribu lebih mahal. Tapi nggak apa-apa, yang penting perjalanan ini nggak berat dan menyebalkan untuk Shasha.

"Hei, udah sampai." Eric menggoyangkan tubuh Shasha pelan. Cewek itu ngeriyip sambil ngucek matanya pakai tangan.

"Udah sampai?"

Eric ngangguk. "Ayok, udah kopernya biar aku yang bawain."

Mereka berdua turun dari bus. Suasana yang ada di sekitar Shasha terasa asing. Entah karena cara berpakaian orang-orangnya atau karena bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.

Royaltionship [✓]Where stories live. Discover now