6. Bingung

229 58 26
                                    

"Lu sejak kapan followan sama si Curut?"

      Taro yang sedang menyambungkan kabel stick play station ke stopkontak jadi menoleh ke arah Sunan yang bertanya. Tidak sepenuhnya menangkap, jadi bingung maksud pertanyaan pemuda tinggi itu apa.

"Apa?"

Sunan berdecak pelan tanpa menoleh. Masih sibuk mengarahkan kamera instagram Taro ke wajahnya. "Elu sejak kapan followan sama Wulan?"

Taro bergumam paham, kini melanjutkan aktivitasnya. "Udah lama. Dia 'kan anak Juara sama sekomplek juga tuh, jadi kayaknya muncul di rekomendasi follow," jawab Taro enteng.

"Kenapa? Takut gue tikung, ya? Selow, Nan lo 'kan tahu gue lagi ngegas Gisel."

Sunan jadi mendelik protes.

"Enggak gitu, goblo. Gua bingung aja."

"Bingung kenapa?" tanya Taro makin tak mengerti.

"Enggak tahu."

Taro hampir saja mengumpat kasar.

"Dah ah kuy main. Udah ready, nih," ajak Taro sambil mengambil duduk di depan televisi.

"Bentar," sahut Sunan malah mengambil foto wajahnya kemudian diunggah ke instastory Taro.

***

      Wulan turun dari boncengan motor matic Bening lalu membuka helm. Sambil bercermin di spion, ia merapikan rambut hitamnya. Masih menunggu Bening yang tengah memakirkan motor, melalui pintu kaca, gadis itu jadi menatap ke dalam Retro Kafe yang lumayan ramai Sabtu sore begini.

"Helm woy!" tegur Bening ke Wulan yang masih memeluk helm.

"Kagak di bawa masuk aja? Nanti kalo ada yang ngambil gimana?" tanya Wulan polos.

"Ya makanya siniin mau gue taro di dalem bagasi, Wulaaaaan," jawab Bening gregetan sendiri.

"A ... oke." Wulan mengangguk paham lalu menyerahkan helm.

Setelah itu Bening dan Wulan masuk bersama ke dalam kafe. Menyapu pandangan pada setiap sudut kafe untuk menemukan seseorang.

"Eh, tuh Herin!" Bening lebih dulu menemukan gadis yang duduk di pojok, depan anak tangga. Lantas Wulan dan Bening menghampiri Herin di sana.

"Oi, Rin!" panggil Wulan langsung mendudukan diri di depan Herin yang merunduk memainkan ponsel.

"Kirain siapa," kata Herin agak tersentak tadi.

"Udah mesen?" tanya Bening ikut duduk di samping Wulan.

Herin menggeleng. "Nungguin kalian."

"Gercep 'kan kita?" tanya Wulan nyengir.

Herin berdecih pelan. "Promo mah iye cepet. Coba kalo enggak," cibirnya.

"Lumayan anjir buy two get one. Ya kali dilewati begitu saja," sahut Bening membuat Wulan lantas menangguk setuju. Sedangkan Herin mencibir saja tak menanggapi lebih.

"Abis kerkel sama kelompok lo di sini?" tanya Wulan. Herin mengangguk sebagai jawaban.

"Dah ah ayo pesan," ajak Herin sambil bangkit.

"Kalian aja, gih gue mager. Kayak biasa," kata Wulan menunjukkan cengiran tanpa dosanya.

Herin dan Bening berdecih pelan kompak, tapi akhirnya tetap melenggang pergi ke arah counter pemesanan.

      Ditinggal sendiri, kini Wulan jadi sibuk memainkan ponsel. Lagi-lagi membuka akun instagram, melihat instastory milik orang-orang yang ia ikuti. Tadinya mau buka twitter, tapi tadi siang timeline akunnya ramai war, jadi malas membuka.

Tiga Pagi Where stories live. Discover now