1. Ketua Kelas

469 102 81
                                    

"Nan! Join nggak ngantin?"

      Sunan yang semula merunduk melihat handphone jadi mengangkat wajah. Melihat Juan sudah berdiri di depan mejanya. Pemuda tampan bersurai cokelat itu mengangguk, menyetujui ajakan Juan.

      Di depan pintu kelas 11 AK— singkatan dari Akuntansi, sudah ada Darel, Seno, dan Aji. Entah sedang membicarakan apa sambil menunggu Juan karena tadi memang berencana ke kantin bersama.

"Ayo!" ajak Juan kepada yang lain.

      Lantas kelima pemuda itu beriringan berjalan menuju kantin. Juan dan Sunan jalan di depan, seolah memimpin. Di belakang Sunan dan Juan ada Darel, Seno dan Aji. Sibuk membicarakan alien benar adanya atau tidak.

"WOY ANAK AK!"

      Mereka berlima kompak berhenti melangkah, menoleh. Mendapati seorang pemuda berkulit putih berlari kecil ke arah mereka.

"Ikut dong ngantin," kata pemuda itu setelah sampai.

"Dew, panggilan lu ngagetin amat. Gue kira anak kelas sebelah," celetuk Darel. Mereka berenam kemudian melanjutkan jalan.

"Gua kira juga anak sebelah mau ngajak gelut lagi," kata Aji menambahkan.

Sadewa atau yang lebih sering disapa Dewa itu jadi tertawa pelan. "Ya maap. Kalian kan banyak, ya kali gue panggil satu-satu," sahut Dewa.

"Ya salah satunya aja lah, bujanggg!" Seno greget.

"Eh, ngomong-ngomongin anak sebelah, gue punya hot news!" Heboh Dewa dengan gaya excited, tapi dengan volume rendah. Sunan yang mendengar itu jadi melirik sekilas, tapi kembali melangkah melihat depan. Tak ingin peduli.

"SPILL SPILL!"

"SPILL THE TEA SIS!"

"Astagfirullah ni kelakuan para pria malah ngegosip," Seno menggelengkan kepalanya heran saat mendengar sahutan semangat Aji dan Darel, "Apaan emang, Dew?" tanya Seno kemudian.

Aji dan Darel refleks mengumpat.

"Nanti aja ngerumpinya. Di jalan nih," tegur Juan ke belakang.

      Lantas, Dewa menunda hot news yang akan diceritakannya, kini mengganti topik untuk lanjut ngobrol bersama Aji dan Darel. Sedangkan Seno jadi ikut Juan dan Sunan di depan. Sampai akhirnya mereka sampai di kantin dan mulai memesan di konter makanan yang mereka inginkan.

      Selesainya mendapatkan pesananan masing-masing, mereka langsung menempati meja kosong. Sunan duduk di sebelah kiri Darel, kemudian di kanan Darel ada Aji. Sedangkan di depan Sunan ada Seno, diikuti Juan dan Dewa ke arah kanan.

"Apaan, Dew? Udah pas banget nih timing nya," tanya Seno masih penasaran.

"Terpercaya enggak nih? Kalo mitos doang gua males," tanya Aji. Dewa tertawa pelan.

"Eh, kapan kapan emang gue ngespill enggak terbukti? Gue nih gini-gini juga enggak pernah nyebar hoax ye," sahut Dewa sedikit tersinggung karena diragukan.

"Apaan emang?" tanya Juan yang diam-diam penasaran juga. Sedangkan Sunan daritadi anteng saja, tak mau ikutan. Walau dalam diam ikut menyimak juga, sih. Alasannya cuma satu:

Gengsi.

"Si Wulan jadi ketua kelas AP."

"UHUK UHUK!"

      Sunan yang sedang meminum es tehnya jadi tersedak, kaget. Bahkan es tehnya sampai tersembur ke luar, menyiprati Seno di sebrangnya. Sunan kini terbatuk-batuk keras sedangkan Darel yang duduk di sebelahnya jadi menepuk punggung Sunan, takut pemuda itu juga tersedak es batu.

Tiga Pagi Where stories live. Discover now