5. Rahasia Lain

267 61 52
                                    

      Wulan menopang dagu menggunakan lipatan tangan di atas meja. Ia menatap layar televisi yang sedang menayangkan kartun Upin Ipin di depan sana. Pikirannya melayang entah ke mana, jadi kali ini bukan dia yang menonton televisi, tapi televisi yang menontoni gadis itu.

"Dua hari lalu jam tiga pagi, lu nangis di jendela kamar?"

      Pertanyaan Sunan siang tadi berputar di kepala. Syukurnya Wulan tak perlu menjawab karena ada Sofie yang memanggil. Langsung saja ia gunakan kesempatan itu untuk segera pergi. Namun kali ini yang mengganggu adalah bagaimana kalau Sunan kembali ingin tahu? Ya walaupun kemungkinannya kecil, sebab untuk apa? Tapi tetap saja ia jadi kepikirian.

"Lan?"

Wulan menoleh. Mendapati ibu mendekat sambil tersenyum lembut kemudian menduduki diri tepat di sebelahnya.

"Bu, duduk di sofa aja ih. Jangan ikut Wulan duduk dibawah. Dingin," kata Wulan sambil menunjuk sofa panjang yang ada di belakangnya.

"Maunya di sini biar deket anak Ibu yang paling cantik ini," sahut ibu sambil menjawil pipi chubby Wulan.

"AAAA IBU JANGAN DITARIK NANTI PIPI WULAN MAKIN MELAAAR!" rengek Wulan menggeliat menghindar. Ibu malah tertawa merasa terhibur sebab melihat ekspresi menggemaskan sang putri.

"Ya udah sini satuin lagi biar enggak melar." Kedua tangan ibu jadi terulur lalu menekan kedua pipi bulat Wulan, membuat bibir gadis itu jadi mengerucut lucu.

"Sebeeeel!"

Tawa renyah ibu terdengar lagi.

"Iya iya enggak lagi. Udah. Maaf ya, cantik?"

"Seblak dulu!" rajuk Wulan seperti anak kecil.

"Iya, nanti ibu telpon Mas Dery biar mampir terus beliin Wulan seblak."

Gadis itu langsung cerah kembali, bahkan sudah mengepalkan kedua tangan seolah memenangkan perlombaan.

Ibu yang melihat itu jadi terkekeh geli.

"Bu, hari ini Ami udah video call?" tanya Wulan tiba-tiba.

"Belum. Kamu mau nelpon?"

"MAUUU! Kangen banget sama adik aku."

"Ambil handphone Ibu tuh, di atas bupet," perintah ibu sambil menunjuk ponselnya yang berada di atas bupet samping televisi. Lantas Wulan bangkit dan beranjak mengambil.

"Tapi Wulan enggak pernah kebangun lagi 'kan?"

Pertanyaan ibu yang terdengar khawatir itu membuat pergerakan Wulan terhenti. Tangannya mengambang di udara padahal ia tinggal mengambil ponsel.

"Semenjak Ami masuk asrama ... tidur Wulan gimana?"

Gadis itu menelan ludahnya kasar.

Wulan berdeham pelan, seolah menguatkan dirinya sendiri. Ia kemudian mengambil ponsel lalu kembali duduk di sebelah ibu sambil tersenyum manis.

"Aku udah baik-baik aja, Ibu."

***


"Beneran enggak tahu Aa di mana?"

      Sunan yang sedang mengganti saluran televisi jadi melirik sebentar ke arah bunda yang baru saja memasuki ruang tengah. Pemuda itu kemudian kembali fokus, terus mencari acara yang cocok untuk ditonton malam hari ini.

"Enggak tahu beneran, Bundaku sayang yang paling cantikkkkk," sahutnya manis dengan nada dibuat-buat.

Bunda jadi berdecak pelan. "Pulang sekolah enggak ketemu?"

Tiga Pagi Where stories live. Discover now