4. Sosok Pukul Tiga

299 71 45
                                    

      Keadaan kelas 11 akuntansi sangat tenang di jam pelajaran keenam hari ini. Ada yang benar-benar fokus mendengarkan Bu Uma yang sedang menjelaskan materi etika profesi di depan dan ada pula yang hanya pura-pura menyimak saja.

      Salah satu contoh yang pura-pura menyimak saja adalah Si Ketua Kelas yang duduk di kursi paling belakang barisan ketiga dari pintu. Ia memang menatap ke depan seolah memerhatikan, tapi tatapannya kosong.

      Jari-jari tangan kiri Sunan memainkan pulpen, membuat benda itu berputar dengan gerakan berulang. Dalam diam ia berpikir keras. Masih kepikirian tentang tangisan pukul tiga pagi. Kira-kira sosok dua hari lalu ... benar Wulan atau makhluk halus yang menjelma jadi gadis itu?

"Fajar Sunandar!"

      Sunan tersentak kaget. Jantungnya seperti hampir lepas saking merasa terkejut. Ia langsung tersadar dari lamunan karena dipanggil Bu Uma dari depan yang kini tengah menatapnya garang. Sudah jelas, Bu Uma sadar kalau pemuda itu sedang melamun di jam pelajaran.

"Iya, Bu?" sahut Sunan berusaha kalem walau jujur, agak panik juga karena terciduk Bu Uma.

"Kamu memperhatikan apa yang saya jelaskan barusan 'kan?" tanya Bu Uma dengan nada tenang, namun terdengar tajam.

Pemuda itu menegakkan tubuh. Agak gentar, sebenarnya.

Lantas dengan kaku Sunan mengangguk.

"Bisa sebutkan ulang apa saja tiga prinsip dasar perilaku yang etis bagi akuntan, Sunan?"

Di detik ketiga setelah berpikir, Sunan menjawab, "pertama, menghindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Kedua, memusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Ketiga, bersiap menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila berpegang pada perilaku etis."

Bu Uma menganggukkan kepala karena mendengar jawaban Sunan yang akurat.

"Lantas, bisakah kamu jelaskan apa maksud dari prinsip yang pertama? Apa maksud dari menghindari pelanggaran etika yang terlihat remeh?" tanya Bu Uma lagi.

Kini seluruh pasang mata sudah menatap Sunan yang ada di belakang.

"Yang dimaksud pernyataan bahwa dalam profesi akuntan menghindari pelanggaran etika sekecil apapun, yaitu artinya seorang akuntan harus berlaku jujur dalam menjalankan profesinya dan menghindari kecurangan dalam bentuk apapun," jawab Sunan lugas setelah berpikir kurang dari lima detik.

"Seorang akuntan mempunyai pengetahuan mengenai keuangan sebagai orang yang benar-benar paham soal itu, maka akan sangat mudah bagi mereka melakukan kecurangan. Salah satunya adalah membuat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan bukti nyata. Seperti me-mark up biaya yang tidak semestinya untuk menguntungkan diri sendiri maupun orang lain yang memerintah," lanjutnya menjelaskan. Murid 11 AK jadi mengangguk paham dengan apa yang dijelaskan Sunan.

"Semuanya mengerti dengan poin pertama yang dijelaskan Sunan?" tanya Bu Uma.

"Mengerti, Bu!" jawab murid 11 AK kompak.

"Baik. Ibu lanjut menjelaskan maksud dari poin kedua ..."

      Sunan sendiri sudah menghela napas lega karena berhasil menjawab pertanyaan Bu Uma dengan benar. Coba kalau tadi ia tidak bisa menjawab? Bisa disuruh ke luar lalu tidak boleh mengikuti pelajaran etika profesi lagi selama dua pertemuan. Memang seperti itu peraturan dari Bu Uma, jadi jelas semua murid yang sedang diajarkan harus fokus mendengarkan kalau tidak mau diblacklist.

Dalam hati Sunan jadi menggerutu sebal. Gara-gara sosok menyerupai Wulan pukul tiga pagi itu ia jadi ditegur oleh Bu Uma barusan.

"Psstt!"

Tiga Pagi Where stories live. Discover now