//15//

2.2K 291 51
                                    

Jagan lupa votement!!




Jeno, Nala, Halia, Rinjani, dan Satya kuliah di tempat yang sama dan masuk di jurusan yang sama pula. Semenjak kejadian perkelahian papinya dengan ayah Mahesa, Halia jadi menjaga jarak dengan Jeno dan sahabatnya yang lain. Sedangkan Mahesa, dia sudah ganti nomor dan terus diawasi oleh Jefan. Jeno tidak diberi tahu kalau Mahesa mengganti nomor ponsel, Jefan melarang karena Jeno masih satu kampus dan berteman dengan Jeno. Jefan tidak ingin Mahesa bertanya-tanya tentang Halia pada Jeno.

"Semenjak masalah orang tua kalian, Halia jadi menjauh dari kita," celetuk Rinjani.

Nala mengangguk setuju. "Iya, dia jarang ngumpul sama kita akhir-akhir ini."

"Mungkin karena gua," Jeno merasa bersalah.

Jam mata kuliah akhirnya selesai, para mahasiswa bergegas keluar kelas untuk pulang. Jeno dan ketiga temannya sepakat akan mengajak Halia bicara.

Saat Halia hendak keluar kelas, Nala langsung menarik tangannya. "Sini lo!"

"Ke mana?" tanya Halia.

"Udah ikut aja!" ujar Rinjani.

Nala menarik Halia sampai ke parkiran dan menyuruh Halia masuk ke mobilnya. Setelah itu mereka pergi ke suatu tempat. Jeno dan Satya juga ikut dan mengendarai mobil masing-masing.

Setelah beberapa menit, mereka sampai di sebuah kafe yang tak begitu jauh dari sekolah. Nala terus menggandeng lengan Halia, menariknya masuk ke dalam kafe bernuansa vintage tersebut. Mereka duduk di kursi yang agak sepi. Usai memesan makanan ringan dan minuman, mereka pun mulai berbincang.

"Lo jahat, Hal," ujar Nala tiba-tiba.

Halia mengernyit bingung. "Jahat gimana maksud lo, Na?"

"Lo menjauh dari kita!" Rinjani yang menjawab.

"Kita udah sahabatan lama. Terus lo tiba-tiba menjauh tuh rasanya aneh, Hal," imbuh Satya.

"Gua malu karena perbuatan papi gua di masa lalu yang tercela," ujar Halia.

"Yang punya masalah tuh orang tua, bukan kita. Gak seharusnya lo menjauh," ujar Jeno juga.

Halia mendengkus pelan. "Tapi--"

"Bentar ...." Tiba-tiba ponsel Jeno berdering, ada nomor tidak dikenal yang menelepon. Nomornya juga bukan nomor telepon warga Indonesia, Awalnya Jeno ragu, tapi akhirnya dia mengangkat telepon tersebut.

"Halo? Ini Jeno?"

"Iya, ini siapa?"

"Ini gua, Mahesa."

"Kak?!" pekik Jeno kaget. "Akhirnya lo hubungin gua juga."

"Iya, gua diam-diam minta kontak lo sama Mama. Jangan bilang-bilang Ayah."

"Oh, gitu ... oke."

"Lagi di mana?"

"Di kafe bareng teman-teman, Ada Halia juga." Jeno melirik Halia.

"Halia ya ... dia baik-baik aja, kan?"

Jeno manggut-manggut. "Baik kok, Kakak gak kangen sama dia?"

Halia melotot ke arahnya. Jeno me-loudspeaker teleponnya agar Halia bisa mendengar suara Mahesa.

"Jangan ditanya, udah pasti kangen banget ...." Terdengar kekehan pelan dari Mahesa.

The Past (Rewrite)Where stories live. Discover now