//10//

2.7K 327 26
                                    

Bukan Mahesa namanya kalau tidak berbuat kekacauan di sekolah. Hari ini pun dia menghajar orang di kelasnya hanya karena tidak memberinya uang. Padahal Mahesa tidak kekurangan uang sama sekali. Tapi, memalak orang sudah menjadi hobinya di sekolah, begitupun dengan Lucas dan Hendery yang juga merupakan anak dari keluarga kaya.


Usai dari kelasnya, tiga berandal itu pergi ke kelas 10 untuk memalak lagi. Sampai akhirnya mereka tiba di kelas Jeno cs. Lucas dan Hendery pun mulai memintai uang di kelas tersebut.

"Enak banget ya jadi Jeno, gak pernah dimintain duit mentang-mentang adik kandung," celetuk seseorang.

Spontan seisi kelas menoleh ke arahnya termasuk Mahesa, ia langsung mendatangi si pembicara dan melirik name tag yang bertuliskan Harlanda Aditya di dada kanan anak tersebut.

"Jeno cuma anak cupu yang lemah dan gak bisa berantem. Tapi sekarang dia punya tameng dan berlindung di balik keberandalan lo," kata Harland.

Mahesa langsung menarik kerah baju Harland, lalu menghempasnya ke deretan loker yang ada di kelas. "Lo bilang Jeno berlindung ke gua? Coba lo ingat-ingat awal mula gua ketemu sama dia ... gua hampir bunuh dia. Logikanya, adik sendiri aja gua berani mukul, apalagi sampah kayak lo!"

" .... " Harland terdiam.

"Dan ... kalau lo punya nyali, pulang sekolah temuin gua, kita duel satu lawan satu," lanjut Mahesa.

"Kak," tegur Jeno.

Mahesa menoleh pada Jeno. "Kalau lo mau ngelarang gua berantem, mending diem dari pada lo juga kena."

"Gua gak akan ngelarang, tapi jangan buat keributan di kelas ini, Kakak udah bikin teman-teman gua takut," kata Jeno.

Mahesa melihat sekelilingnya, para siswi tidak berani menatap ke arahnya karena takut. Ia pun melepas cengkeramannya di baju Harland. "Jangan lupa datang ke belakang sekolah," ujarnya.

"Udah, Hal. Jangan nangis." Nala mengusap pundak Halia yang menangis karena terkejut mendengar keributan tadi.

"Iya, berantemnya gak jadi kok," imbuh Rinjani.

"Gua gak nangis, cuma kaget," ujar Halia sembari menghapus air matanya.

"Kenapa?" tanya Hendery.

"Gak apa-apa, Kak. Dia emang kegetan dan gampang nangis," kata Nala.

"Cengeng, terus kalau gua berantem beneran lo mau pingsan?" ujar Mahesa, lalu duduk di meja Halia.

"Bukannya dibujuk biar gak mewek, malah dikatain," cibir Lucas.

"Diam lo!" sahut Mahesa sinis.

Halia hanya menunduk dan masih sesenggukan. Mahesa mengambil pena di saku baju dan mengangkat dagu Halia dengan pena itu. "Hapus air mata lo, jelek banget kalau lagi nangis," ujarnya kemudian.

Halia langsung memalingkan wajah dan menghapus air matanya.

"Manis gini dibilang jelek. Jangan nangis lagi ya," ucap Lucas sambil mengusap-usap kepala Halia yang tertutup jilbab sekolah.

"Cabut!" Mahesa beranjak keluar dari kelas tersebut.

"Nala, salamin ya ke kakak lo. Salam dari Hendery yang paling ganteng, gitu," ujar Hendery sebelum pergi menyusul Mahesa.

"Cakepan juga gua!" sahut Lucas, lalu ikut pergi keluar kelas.

Pulang sekolah, Mahesa kembali ke kelas Jeno. "Bisa bawa mobil?" tanyanya pada sang adik.

"Bisa, tapi gua belum punya SIM," jawab Jeno.

"Tunggu gua di parkiran, gua ada urusan bentar," ujar Mahesa sambil melirik sekilas pada Harlan.

The Past (Rewrite)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon