//16//

2.5K 296 93
                                    

Jangan lupa votement ya!

....











Jefan dan Tyana sedang bertamu ke rumah Yusra. Kebetulan di sana juga ada Jeno bersama Nala dan yang lainnya. Mereka sedang mengobrol di kamar Nala.

Wulan-mama Nala-membuka pintu kamar Nala, meminta mereka semua agar turun dan ikut berkumpul di ruang tamu bersama para orang tua.

Mereka berenam pun keluar dari kamar Nala dan ikut berkumpul bersama para orang tua. Halia merasa tidak enak karena ada Jefan dan Tyana juga di sana. Ia melirik ke arah Jefan yang sedang menyesap kopi, Tyana sempat menatap ke arahnya dan Halia langsung menunduk.

"Permisi, Om, Tante, semuanya ... saya mau keluar sebentar." Halia beranjak dari duduknya.

"Ke mana?" tanya Rinjani.

"Mau nelepon bentar," Halia sedikit membungkuk hormat, lalu beranjak keluar. Sebenarnya alasannya saja ingin menelpon, padahal Halia kurang nyaman dengan suasana di ruang tamu.

"Aku juga keluar bentar." Tyana ikut beranjak.

"Mau kemana kamu?" tanya Jefan.

"Hapeku ketinggalan di mobil," alibi Tyana, lalu bergegas keluar. Ia menghampiri Halia yang masih berdiri di teras.

"Tante?" Halia terkejut dengan kedatangan Tyana.

"Pasti karena suami saya kamu jadi gak nyaman di dalam," teka Tyana.

"Gak kok, Tante," elak Halia sambil menggeleng.

"Maafin saya dan suami saya. Karena masa lalu kami, kalian yang gak tahu apa-apa jadi kena imbasnya. Gara-gara masa lalu kami juga, kamu harus pisah sama Mahesa," ujar Tyana, merasa bersalah.

Halia tersenyum tipis. "Gak apa-apa, Tante gak salah, jadi gak perlu minta maaf ...."

"Gak mudah melupakan sesuatu yang udah bikin trauma. Tapi saya berusaha ikhlas dan maafin orang tuamu demi kebahagiaan anak saya," lanjut Tyana sambil memegang bahu Halia.

"Kalau memang belum bisa ikhlas, gak apa-apa kok. Sekalipun Tante ikut benci sama saya juga gak apa-apa."

Tyana menggeleng. "Gak mungkin saya benci sama kamu yang gak bersalah. Kesalahan papi kamu memang fatal dan gak bisa dimaafkan, tapi ... berkat berkat cinta kalian, saya bisa memaafkannya. Saya tahu kamu dan Mahesa saling sayang."

Halia tidak bisa menahan air matanya lagi, dia menangis dan langsung memeluk Tyana. "Makasih udah maafin Papi, tapi Om Jefan ...."

Tyana mengusap pipi Halia lembut. "Dia gak membenci kamu, Nak. Om Jefan hanya belum bisa lepas dari masa lalunya. Wajah kamu mirip dengan papimu, makanya Om Jefan bersikap seperti itu," jelas Tyana.

"Kamu masih mencintai Mahesa anak saya?" lanjut Tyana bertanya.

"Masih, Tante," jawab Halia sambil mengangguk.

"Mahesa juga sama, tolong cintai dia terus ya, saya akan mendukung kalian berdua," ujar Tyana bersungguh-sungguh.

Halia menatap tak percaya. "Tante dukung kami?"

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Oct 10, 2023 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

The Past (Rewrite)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz