Akhir Pengkhianatan

28.8K 1.6K 227
                                    

Arjuna mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya. Ia harus menjelaskan semuanya ke istrinya itu. Setibanya di rumah, Arjuna memarkir mobilnya sembarangan, lalu bergegas turun. Namun, ia tidak menyadari bahwa mobil milik Arnetta telah lebih dulu terparkir di halaman rumahnya. Setengah berlari, ia masuk ke rumah, mencari keberadaan Ishana.

"Haaan...., Hanaaaa....!!" Teriaknya sambil menuju arah dapur. Rumahnya terlihat sepi.

Kemana anak anak dan Bik Siti? Tanyanya dalam hati.

Ketika kakinya akan melangkah menuju lantai dua, terdengar suara isak tangis dari arah kolam renang yang berbatasan dengan dapur.

 Dari pintu kaca, ia melihat istrinya berdiri menghadap kolam, sementara Arnetta diam tertunduk di sofa kecil di pinggir kolam. 

Terburu-buru  Arjuna menghampiri mereka. Ishana membalikkan badan ketika mendengar suara langkah kaki. Ia memberanikan diri menatap lurus ke arah suaminya. Arjuna mematung di hadapannya

"Sayang...., " Arjuna maju selangkah hendak meraih tangan istrinya.

"Diam kamu di situ Mas, jangan mendekat, " bentak Ishana. Suaranya meninggi.

"Sudah berapa lama? " tanya Ishana kepada Arnetta. Suaranya parau dan bergetar, penuh amarah.

Arnetta semakin menundukkan kepalanya.

"Hampir setahun....," terbata ia menjawab

"Aku minta maaf, Hana...aku minta maaf, " lirihnya.

"Aku tidak bermaksud mengambil Mas Juna, apalagi merebutnya.Sumpah Demi Allah...," ucapnya lagi.

Ishana tampak syok mendengar penjelasan Arnetta. Nanar ia menatap ke arah suaminya.

"Pintar kalian menutupi semuanya!" geramnya. Wajah Ishana memerah menutupi amarah.

Hati Arnetta menciut seketika. Ia mengusap airmata yang terus mengalir. Ishana menatapnya tajam, tanpa jeda.

"Tinggalkan suami saya!" pinta Ishana bergetar.

Arjuna tersentak mendengar pernyataan istrinya.

"Hentikan, Hana!" jerit Arjuna tertahan. 

"Kalaupun ada yang harus disalahkan, itu adalah aku, " sesalnya.

Ishana menatap tajam suaminya. Sementara, Arnetta kian menunduk tidak berani menatap wajah sahabatnya.

"Tinggalkan Arnetta, Mas..." pintanya melunak.

"Dan kamu..., " tunjuknya pada Arnetta.

"Lupakan Mas Juna, dan jangan pernah menganggap aku sahabatmu lagi!" serunya penuh amarah.

"Aku ngak bisa ninggalin Netta..., " Arjuna menatap istrinya sendu.

"Kenapa, Mas?!" Tanya Ishana meninggi.

Arnetta sejenak menengadah kepalanya menatap Ishana takut.

"A-ku...ha-mil, Hana..., " ucapnya terbata.

"Ya Allah..., " pekik Ishana. Rasa sakit dan amarah menguasai seluruh pikirannya.

"Kalau begitu, ceraikan aku, Mas!" Suara Ishana lantang.

Arjuna terhenyak. Bibirnya bergetar. Kedua tangannya terkepal.

"Istigfar, sayang..., " Arjuna berusaha menguasai diri. Matanya lekat menatap istrinya.

"Dasar munafik!" Suara Ishana semakin naik.

Ia mulai terisak. Emosinya semakin berkuasa.Arjuna tak tahan melihat istrinya.

"Sayang...," suara Arjuna melembut. Pelan diraihnya tangan istrinya. Digenggamnya lembut, mencoba memberi ketenangan. Tidak dipedulikannya isak tangis Arnetta. Perasaan istrinya lebih penting untuk saat ini.

Emosi Ishana mulai sedikit mereda. Ia menatap tangan kekar suaminya yang menggenggam jemarinya erat.

"Kamu mencintai Netta, Mas?" tanya Ishana lirih. Menatap belahan jiwanya sendu.

Arjuna tidak menjawab, menatap balik wajah istrinya. Lembut diusapnya pipi Ishana penuh kasih.

"Kita harus bicara berdua, sayang. Setelah kamu tenang, " ucapnya pelan.

"Maafkan aku..., " ujarnya pelan seraya meraih Ishana ke dalam pelukannya.

Sejenak, mereka lupa, di ruangan itu, Arnetta masih terisak.

Dari arah dapur, Irfan berdiri menatap Arjuna yang memeluk Ishana. Kedua tangannya terkepal menahan emosi.

RINDU UNTUK ISHANA  (Terbit)Where stories live. Discover now