Kandas

29K 1.5K 90
                                    


Ishana melepaskan pelukan suaminya.Badannya bergetar hebat. Ketika kakinya hendak melangkah, Arjuna mencekal lengannya.

"Maaf Mas, aku butuh menenangkan diri..., " ucapnya lirih. Dilepaskannya tangan suaminya. Arjuna tak sanggup lagi berkata kata. Hanya memandang punggung istrinya.

Ishana melangkahkan kaki tertatih menuju kamarnya. Ia ingin menenangkan diri sebelum memikirkan langkah selanjutnya. Rumah tangganya bersama Arjuna hancur dalam sekejap, karena ketidakjujuran dan pengkhianatan yang suami dan sahabatnya lakukan. Ishana merasa dunianya kiamat. Tubuhnya lunglai, matanya mulai berkunang kunang dan seluruh pandangannya kabur. Tangannya berusaha menggapai pintu kamar.

"Bundaaaaaa....!!" Terdengar samar samar suara Raka putranya sebelum akhirnya Ishana jatuh pingsan di depan kamarnya.

Arjuna terkejut mendengar teriakan putranya. Setengah berlari ia menaiki tangga ke lantai dua. Didapatinya Ishana tergeletak di depan kamar dan Raka yang menangis. Segera ia mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke kamar. Arjuna meminta Bik Siti untuk menenangkan Raka. Di ujung tangga dilihatnya Irfan dan Arnetta berdiri mematung.

"Fan, tolong lo antar pulang Netta ya, gue mau urus Hana dulu...," pinta Arjuna pada Irfan. Irfan yang awalnya ingin melampiaskan emosinya pada sahabatnya itu hanya bisa mengangguk.

" Nett, aku harap kamu mengerti kondisi Hana sekarang. Kita bicarakan urusan kita nanti...,"

ujar Arjuna pada Arnetta. Lalu ia bergegas masuk ke kamarnya.

Di dalam kamarnya, Arjuna mengusap wajah istrinya. Mengoleskan kayu putih ke hidung Ishana agar cepat sadar. Berkali kali diciumnya dahi perempuan yang sudah memberinya dua anak. Tanpa sadar mata Arjuna berkaca kaca.

"Maafkan aku, " bisiknya. Hanya itu kalimat yang terus terucap dari bibirnya.

Rahasia yang setengah mati ia dan Arnetta simpan, akhirnya terbongkar.

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Luka yang ia torehkan untuk Ishana terlalu dalam.

 Arjuna menggenggam erat kedua tangan istrinya dan mulai terisak. Sampai ia merasakan ada tangan yang mengusap rambutnya. Arjuna mendongakkan kepala, dilihatnya Ishana sudah membuka matanya.

"Kamu sudah sadar sayang...," ucapnya lega. Ishana berusaha bangun tapi kepalanya terasa berat dan badannya lemas. Dibalikkan tubuhnya menghadap suaminya.

"Kenapa, Mas...?" tanya Ishana lirih.

"Kita bicarakan ini nanti setelah kamu tenang...," ujar Arjuna.

"Aku ngak apa apa, Mas jawab aja pertannyaan aku," Ishana menatap suaminya.

Arjuna terdiam menunduk.

"Kamu mencintai Arnetta?" tanya istrinya lagi.

Arjuna menengadahkan kepala, menarik napas panjang.

"Maafkan aku, rasa ini hadir begitu saja. Ini diluar kendaliku," ucapnya menatap manik mata istrinya.

"Aku tak tahu ini perasaan apa?Aku tak pernah seperti ini sebelumnya.Aku sadari semua ini sayang, Ini pasti menyakitimu.Aku ingin berada di dekatnya, dan selalu ingin melindunginya. Hana, maafkan aku, " urai Arjuna. Ia meremas rambut dan mengusap wajahnya.

"Arnetta hamil mas, anak kamu..., " lirih suara istrinya terdengar. Ishana bangun dan duduk disamping suaminya, di sisi tempat tidur. Arjuna kembali terdiam.

"Kamu harus bertanggung jawab, Mas...," Ishana berucap pelan.

"Nikahi Arnetta Mas, tapi ceraikan aku ...," sambungnya membuat Arjuna terperangah. Entah apa yang mendorong Arjuna berlutut dan memeluk kaki istrinya.

"Ampuni aku, Hana! Aku ngak akan pernah menceraikan kamu! Kamu boleh membenciku seumur hidup, tapi jangan pernah minta cerai. Aku mohon, Hana...," pintanya.

"Sejujurnya aku masih mencintaimu, Mas. Namun, aku tak pernah bisa melupakan perbuatan kalian. Jadi demi kebaikan semua, terutama Raka dan Ziva, lebih baik kita berpisah...," ucap Ishana menahan airmata yang siap menetes.

"Kamu ngak ingin kan bayi di dalam perut Netta ngk punya Ayah?" tanya Ishana sembari menggenggam tangan suaminya.

"Bagaimanapun itu anak kamu, Mas...," lanjutnya

"Aku akan menikahinya tanpa menceraikan kamu. Sesudah bayi itu lahir aku akan menceraikan Arnetta," kata Arjuna tegas.

Ishana terdiam. Apakah ini teguran atau ujian bagi rumah tangganya? Apakah ia harus menyerah? Jika ia bertahan, apa yang harus ia perjuangkan?Jika ia menyerah, bagaimana nasib anak anaknya?

"Sayang, tolong kasih aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku...,"Arjuna memohon pada istrinya. Ishana menggeleng pelan

"Besok, setelah ulang tahun Ziva aku akan tinggal di rumah Ibu. Kamu urus perceraian kita secepatnya ya, Mas, "katanya pelan.

Lalu Ishana berjalan keluar kamar. Meninggalkan suaminya yang tertunduk di sisi tempat tidur.

Arjuna pasrah. Permintaan maafnya belum cukup untuk Ishana melupakan kesalahannya. Rumah tangganya harus kandas karena kenyataannya ia tak mampu menjaga cinta suci yang ia dan Ishana miliki.

Ishana benar, ia harus bertanggungjawab atas bayi yang dikandung Arnetta.



Hallo Readers,

Terima Kasih sudah membaca sampai part ini.

Kesel ngk sih sama Arjuna? Yang nulisnya aja emosi...hahahaha

Bagaimana kelanjutannya? Apa Arjuna akan mengabulkan permintaan cerai Ishana?

Tunggu besok yaaa...


RINDU UNTUK ISHANA  (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang