Ruang Rindu

25K 1.5K 160
                                    


27. RUANG RINDU

Kadang kita harus sampai pada titik kehilangan untuk bisa merasakan arti kehadiran dan menghargai kesetiaan.


Sebuah tepukan di bahunya membuat Arjuna tersentak.

"Lo ngapain di sini? Belum salaman juga sama pengantin," sungut Irfan.

"Ayo masuk lagi ke dalam," ajak Irfan sambil menarik lengan Arjuna.

Arjuna bergeming. Matanya menatap Honda Jazz yang pelan pelan meninggalkan parkiran pesantren.

Detik berikutnya Arjuna sudah menyeret Irfan, setengah berlari menuju pajero hitamnya.

Arjuna berusaha membuntuti mobil Ishana yang sudah bergerak menjauhi pesantren. Wajahnya terlihat tegang. Irfan yang duduk di sampingnya hanya bisa terdiam.

Mobil yang dikemudikan Ishana memasuki halaman rumah mungil bercat putih.

Arjuna memarkir mobilnya agak jauh agar tak terlihat oleh mantan istrinya. Tak lama dilihatnya pintu gerbang hitam itu ditutup.

Arjuna memajukan mobilnya ke depan pagar hitam yang tertutup itu. Menarik tuas perseneling, melepas seatbelt dan turun dari mobil. Pintu pagar tidak terkunci.

Segera ia membukanya dan bergegas masuk, diikuti Irfan.

Arjuna menngetuk pintu bercat biru dengan sedikit tak sabar.

"Assalamualaikum," ucap Irfan sambil menyikut lengan sahabatnya.

Ia tahu Arjuna sedang gelisah. Wajahnya terlihat tegang. Tak urung Irfan pun merasakan hal yang sama dengan sahabatnya itu.

"Waalaikumsalam." Sebuah suara terdengar menjawab salam Irfan.

Selanjutnya Arjuna hanya diam membeku di tempat ia berdiri. Matanya bertemu dengan mata milik seorang wanita, dengan hijab menaungi wajahnya yang masih terlihat cantik. Untuk pertama kalinya ia menatap langsung wajah itu, setelah emapat tahun berlalu.

Sementara Ishana berdiri mematung ketika membuka pintu. Pemandangan Arjuna dan Irfan di depan pintu rumahnya jelas membuatnya linglung. 

Tak ubahnya dengan Arjuna, ia malah tak tahu harus berlaku seperti apa. 

Tanpa bicara, Ishana tahu bahwa ada kerinduan tersemat di mata mantan suaminya itu. Lidahnya kelu. Selama beberapa menit yang mereka berdua lakukan hanya saling memandang lekat.

Hingga suara gadis kecil membuat mereka tersadar.

"Bunda..."

Pandangan Arjuna beralih pada wajah mungil milik putrinya yang berdiri di belakang Ishana.

"A-yah...?" ucap Ziva terbata.

Arjuna tersentak. Ziva masih mengenalinya.

Ziva langsung mengambil tangan kanan Arjuna dan mencium punggung tangannya. 

Perasaan hangat bercampur rindu menjalari rongga dada Arjuna. Segera diraih putri mungilnya ke dalam pelukannya.

"Sudah lama sekali Nak, Ayah kangen." Tanpa terasa airmatanya berkaca-kaca.

Ishana berdiri kaku di ambang pintu. Sekian lama ia menyiapkan diri jika suatu saat bertemu dengan mantan suaminya, tetap saja ia tak pernah siap.

Irfan yang berdiri di belakang Arjuna menghela napas panjang. Pemandangan haru di hadapannya bak drama di televisi, tak urung membuatnya ikut berkaca kaca.

"Apa kabar, Fan?" tanya Ishana.

"Eeeh, a-ku baik, Han...," jawab Irfan kaku. Masih sedikit kaget menyadari bahwa wanita yang kini berdiri di hadapannya adalah benar istri sahabatnya. 

RINDU UNTUK ISHANA  (Terbit)Where stories live. Discover now