[06] Pengakuan

436 75 11
                                    

Stepbrother!

•••

Setelah kejadian malam itu, Sheila sepertinya kembali ceria. Ia kembali bercanda dengan teman seperkpopannya dan juga Rangga. Hanya saja, ia masih belum mau berinteraksi dengan lelaki, kecuali Rangga, ayah, dan guru. Ah iya, bunda dan ayah sudah pulang. Rangga bisa bernapas lega karena Sheila sudah mendingan.

Ya, mungkin Sheila ‘sembuh' karenanya. Namun, adiknya itu tidak tahu diri. Makin ke sini makin meresahkan untuk kesehatan jantung dan perasaan Rangga. Lelaki itu tidak mengerti dengan keadaannya. Yah, tidak mungkin ‘kan kalau ia—jatuh cinta?

Tidak, Sheila itu adiknya.

Mungkin itu hanya perasaan sayang dari kakak ke adik, tidak lebih. Ya, mungkin.

Saat ini Rangga dan Sheila sedang belajar bersama di ruang tengah. Ayah lembur dan bunda sedang berkunjung ke rumah adiknya. Mereka ditinggal berdua—lagi.

Judulnya memang belajar bersama, tapi nyatanya hanya Sheila yang belajar. Sedang si Rangga, lelaki jangkung itu malah asik memandangi wajah serius adik tirinya dari samping.

Ah, manis sekali.

Tidak! Rangga menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba saja hinggap di otaknya. Parah sekali ini mah.

“Kak Rangga,” panggil si gadis—membuat Rangga sadar dari lamunannya.

“Ya?” tanyanya.

“Anterin beli buku yuk!” ajak si gadis dan langsung diangguki si lelaki.

Dan keduanya berakhir membelah jalanan kota Neo City yang diselimuti swastamita. Indah, sukses membuat senang basirah. Sudut bibir Sheila melawan hukum arah gravitasi, menikmati sore ditemani gebetan memang kesenangan tersendiri.

Ah, gebetan? Haha, lupakan.

Sheila meringis dalam hati mengingat status mereka yang kini adalah saudara tiri. Kalau dia sengaja lupa, tolong jangan ingatkan, ya. Sheila tidak berniat mengingat soalnya, dia hendak egois kalau bersangkutan dengan perasaan pribadi.

Akhirnya mereka sampai di gramedia. Sheila turun dari motor, hendak melepas kaitan helmnya tapi ditahan oleh Rangga dengan tiba-tiba. Dia mengangkat kedua alisnya lucu sambil menatap kakak tirinya itu.

“Sini tak lepasin,” ucap sang kakak.

Rangga melepas kaitan helm Sheila. Jangan tanya perasaan Sheila, karena sudah pasti dia melebur dan menyatu dengan debu.

Itu hal sepele dan klise, tapi kenapa efek samping yang dirasakan Sheila seperti habis marathon 1000 km? Jantungnya habis marawisan. Hiperbola tapi begitulah keadaannya.

Setelah lama melamun dan menetralkan detak jantung, keduanya masuk dan mencari buku yang Sheila butuhkan. Rangga ke bagian alat tulis, katanya ingin melihat pulpen yang lucu-lucu. Siapa tahu ada yang berbentuk princess Anna. Ya, ngadi-ngadi.

Tak genap sepuluh menit, Sheila sudah menemukan bukunya. Tapi Rangga belum juga kembali, berakhirlah ia yang menghampiri kakak tirinya itu.

“Dek, beli ini, dek!” heboh sang kakak membuat Sheila terkekeh pelan. Seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.

Sheila menghampiri kakaknya, dan tebak apa yang ia inginkan dengan antusias? Ya, sebuah pulpen dengan pigura Ryan dan Peach. Lucu sih, Sheila juga gemas.

Ya, berakhir mereka benar-benar membeli dua pulpen itu. Katanya yang Ryan untuk Rangga dan yang Peach untuk Sheila.

Haha cie couple cie haha.

Stepbrother!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang