[•] Epilogue

269 42 19
                                    

Stepbrother!

•••

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin dengan gugup. Hari ini ia harus tampil dengan percaya diri dan penuh senyuman.

“Sheila, ayo bunda antar ke tempat pengantin wanita. Temen-temen kamu udah gak sabar tuh mau lihat bidadari,” ucap sang bunda yang baru saja membuka pintu.

Ya, hari ini adalah hari pernikahannya.

Bunda menggandengnya menuju tempat pengantin wanita. Sheila lalu duduk di sofa cantik berwarna putih—warna yang sama dengan gaunnya. Di sana ada beberapa bunga hydrangeas biru dan juga bunga lili warna putih. Sheila sendiri memegang buket bunga hydrangeas biru.

Bunda meninggalkannya, dan datanglah teman-temannya dari SMP, lalu SMA, dan teman kuliah juga. Wildan datang, dengan istrinya. Ya, akhirnya lelaki itu tidak mengejar Sheila lagi.

“Yampun, anak gue udah mau nikah aja!” ucap Shirli dengan menggandeng tangan Nanda. Ya, keduannya berpacaran.

Bukan hanya Nanda dan Shirli yang akhirnya bersama, Sinta dan Ryan juga. Kalau Selin, dia katanya tidak memikirkan itu dulu, karirnya lebih penting. Padahal katanya, dia sedang dekat dengan pasien yang mengidap alter ego. Iya, Selin menjadi psikolog.

Mereka berfoto ria. Sheila tersenyum kaku di sana, ia merasa ada yang belum datang.

“Kak Rangga mana?” tanyanya.

“Ah, Rangga...dia...—“

“Gak dateng?” Sheila tampak kecewa, padahal ucapan Ryan belum selesai.

“Dateng, ‘kan dia dari pihak keluarga. Cuman katanya tadi telat, abis dari pengadilan,” ucap Ryan dan Sheila tersenyum lega.

Tidak, Rangga bukannya jadi nara pidana dan menyelesaikan sidangnya. Dia adalah pengacara. Tidak terlalu terkenal seperti Hotman Paris, tapi cukup bisa diandalkan untuk memenangkan sidang.

Tamu-tamu berdatangan lagi. Sheila banyak dipuji hari ini. Dan saat acara hampir mulai, dia cemas. Rangga belum datang. Sheila beranjak saat ayah mengampirinya dan mengatakan bahwa mempelai pria sudah datang. Pernikahan akan dimulai.

“TUNGGU!”

Sheila menoleh, dan tersenyum lebar kala melihat Rangga di sana. Dengan pakaian formal khas pengacara tampan, tapi dasinya miring, dahinya juga penuh keringat.

Gadis itu menghampirinya, ayah tidak melarang. Beliau justru menjauh, memberi mereka waktu. Sheila mengelap keringat Rangga dengan sapu tangan yang dari tadi ia bawa, lalu merapihkan dasi lelaki itu.

“Pengacara harus rapi.” Rangga tersenyum.

“Maaf, terlambat.” Sheila mengangguk dan melirik kearah ayah yang sepertinya menunggu di luar.

Gadis itu berjinjit, meski memakai sepatu hak tinggi, ia tidak bisa mencapai Rangga. Ia tarik tengkuk lelaki itu dan menciumnya. Tidak lama, hanya satu menit.

“Ini ciuman terakhir, sebelum aku jadi milik orang lain.” Setelah itu, Sheila hilang dari pandangan Rangga.

Lelaki itu tersenyum getir dan beranjak menuju altar. Tepat saat ia masuk, Sheila tengah digandeng ayah melewati karpet merah. Setelahnya, janji suci dilafalkan oleh kedua mempelai, lalu berciuman. Rangga menunduk, enggan melihatnya. Mungkin ia satu-satunya orang yang sedih di saat semua tamu undangan bersorak dan menaburkan bunga.

“Ditinggal nikah, ya?” Rangga mendongak, menatap gadis yang tiba-tiba duduk di sebelahnya dengan mata yang basah.

“Di pengadilan ganas, di sini jadi sadboy. Kasian.” Rangga acuh pada ejekan jaksa cantik itu.

Eum, gadis itu adalah jaksa yang tadi berada di pengadilan bersamanya. Bukan lawan, mereka akrab tapi saling lempar ucapan sarkas tiap hari.

“Diem lo!” ucap Rangga.

“Nangis aja, gak apa-apa. Ada gue yang dengerin, gak ada yang liat kalo lo nangis di sini.”

Rangga akhirnya menangis di pelukan gadis itu. Benar, tiada yang melihat. Hanya jaksa itu yang mendengar dan melihatnya. Ketiga kalinya ia menangis di pelukan seoarang wanita.

Ya, dan itulah akhir cerita Sheila dan Rangga. Berawal dari penggemar rahasia, tanpa diduga menjadi saudara, dan berakhir menemukan cintanya.

Cinta itu tentang beberapa hal yang menakjubkan. Bisa terikat, bisa juga hanya lewat.

Ini bukan akhir yang menyedihkan untuk kisah mereka. Sheila berhasil menemukan cintanya dan bahagia, Rangga juga akan begitu. Selama itu kebahagiaan adiknya, ia akan bahagia juga.

Meski alasan bahagianya bukan lagi dia.

FIN.

Stepbrother!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang