[10] Tragedi

329 47 8
                                    

Stepbrother!

•••

Lapangan basket indoor SMK Exodus 2 kini ramai penghuni. Sorak sorai para manusia di bangku penonton menjadi backsound pertandingan final basket antara sang tuan rumah dengan SMA Neo City.

Para pemain SMA Neo City kini sudah siap di depan gedung sekolah lawannya. Berbeda dengan para anggotanya, sang kapten justru masih berada di dalam mobil—bersama sang kekasih. Sebenarnya tadi sudah keluar, tapi izin untuk bicara sebentar dengan gadis itu.

Anggotanya tidak kaget, mereka paham tapi memilih diam.

“Ayah sama bunda udah di dalem?” tanyanya, langsung diangguki si gadis.

“Kak Rangga semangat 'ya!” ucap si gadis sambil tersenyum, lalu diiyakan oleh si lelaki.

“Jangan kesetanan kalo main!” pesan si gadis.

“Jangan pakai kekerasan, main yang adil!” pesannya lagi.

“Yang paling penting! Jangan sampai cedera!” Wajah Sheila—gadis itu, berubah serius.

“Iya sayang, iyaaa!” jawab Rangga sambil tersenyum manis.

“Janji dulu gak akan cedera!” Sheila menyodorkan jari kelingking, lalu Rangga menautkan jari kelingking miliknya, menempelkan kedua jempol mereka, dan berakhir bibir Rangga yang mengecup lama dahi Sheila.

“Udah ah, 10 menit lagi mulai nih. Sana ah!” Sheila memalingkan wajahnya yang sudah merah padam. Salting dia.

“Kamu gak mau ngasih semangat ke aku dulu?” tanya Rangga dengan wajah tertekuk.

Sheila menaikkan satu alisnya bingung, bukannya tadi sudah? Rangga ini amnesia, pelupa, atau bagaimana?

“Tadi ‘kan udah, ‘semangat kak Rangga!’ gitu,” jawabnya.

“Bukan itu! Kalo itu doang kurang semangat!” ujar si lelaki.

Ia lalu menunjuk pipinya dan berucap lagi, “cium.”

Sheila berpikir sejenak, lalu melihat ke luar. Gadis itu mengecup singkat pipi tirus Rangga dan berucap dengan cepat, “aku sayang kak Rangga, semangat!” kemudian dia keluar dari mobil dan berlari dengan wajah memerah.

Rangga juga tak jauh beda. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya merah, dan senyum-senyum sendiri. Ia lalu keluar dan menghampiri anggota-anggotanya.

“Tuh cewek lo lari kayak dikejar setan, kenapa?” tanya salah satunya—Eric.

“Gapapa. Bewete lo tahu?” Rangga menjawab dan balik bertanya.

“Kentara kali. Tenang, gue gak bocor kok,” jawab Eric sambil menepuk pelan pundak Rangga.

Mereka lalu memasuki gedung tempat menimba ilmu itu dengan penuh semangat dan percaya diri. Rangga bahkan tidak melunturkan senyuman kala mereka sudah masuk ke lapangan basket indoor. Apalagi saat melihat sang pujaan hati tengah tersenyum malu padanya.

Pertandingan final itupun dimulai. Rangga bermain dengan gesit, benar-benar penuh semangat. Saat pertandingan tahun lalu juga ia disemangati oleh sang pujaan hati—yang sekarang sudah menjadi mantannya, tapi sensasinya berbeda kali ini. Sheila seakan memberi kekuatan penuh padanya. Dasar pasangan hiperbola.

Stepbrother!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang