Part_5 Mulai Galak lagi

104 82 41
                                    

Tanpa berpikir panjang aku segera menaiki kendaraan roda dua itu.
Hening itu yang kurasakan tidak ada percakapan sama sekali, hanya terdengar suara kendaraan berlalu lalang. Jarak sekolah dan rumah sekitar 2 KM.

"Kak?" ditepuk bagian pundaknya.

"Hmmm iya, kenapa Al?"

"Rumah Alya ke lewat Kak!"

"Yaampun kenapa gak ngomong dari tadi sih, saya gak tau!" ucapnya sambil tersenyum

Sengaja aku nggak ngasih tau dari tadi biar lama dijalan bersamanya, jarang-jarang juga 'kan.10 menitan akhirnya nyampe juga, segera aku turun.

"Kak mau mampir kerumah dulu gak?" tawar ku sedikit basa-basi.

"Engak makasih Al, salamin buat orang tua kamu aja ya."

'Mantu idaman Ibuku nih,' kataku dalam hati.

"Iya Kak siap," jawabku tersenyum.

Tanpa lama-lama berdiam diri Kak Imam memarkiran motornya, suara klakson menjadi pamitan terakhirnya.

Aku segera berlenggang memasuki rumah. Kudapati Abangku yang baru pulang ngampus. Ouh ya, namanya Surya Atmaja Prahadi sering kali dipanggil dengan Abang Surya , usiaku terpaut 5 tahun denganya.

"Baru pulang sekolah Dek?" tanyanya padaku, sambil menatapku dari atas rambut sampai ujung kaki. Macam detektif.

"Iya Bang," ujarku tersenyum menimpalinya.

"Hmmm bye the way, itu jaket Abang kah?"

"Bukanlah, ngaku-ngaku aja," cibirku meledek.

"Hehehe kirain aja dek!"

tanpa ku jawab lagi, aku meninggalkannya diruang keluarga.

*****
Aku menatap diri di sebuah cermin seukuran orang dewasa lalu berputar-putar. Aku seperti wanita paling beruntung hari ini Lengak-lengok bergaya melihat diri.
Semesta memang benar-benar sedang baik padaku
"Kak Imam makasih banget," kataku sambil mengelus-elus Jaketnya, yang masih melekat ditubuh ini.
Rasanya masih belum percaya bahwa ini adalah nyata.

"Ouy Alya, cepet mandi!" teriak Abangku, mengetuk-ngetuk pintu kamar dengan telapak tangannya.
Membuatku tersentak kaget.

"Iya bang, bawel amat sih!" Dengan muka yang malas segera aku mengambil handuk.

"Bukan bawel, 'ntar badan kamu bau gatal-gatal lagi," teriaknya kembali. Begitu pedulinya dengan Adeknya ini.

"Tapi dingin bang," jawabku, sambil membuka pintu kamar.

Kudapati Abangku tengah melipat kedua tanganya di hadapanku.
"Alasan mulu ya kamu, Abang udah siapin air hangat buat kamu, jadi cepet mandi!" Segera dia menarik pergelangan tanganku.

"Uwwu ... Abang paling baik deh," pujiku, tersenyum puas, memang Abangku ini selalu memanjakanku walau kadang sedikit usil, mungkin mengantikan posisi ayah yang jarang pulang kerja diluar kota.

"Yaudah sana mandi!"

"Iya Abang!"
Sambil di gibaskan rambut panjangku ke arah muka yang datar itu.

*****
Langit biru berganti hitam, hanya suara-suara binatang malam yang terdengar meramaikannya, atau sekedar menina bobokan agar segera cepet berlalu istirahat dan bertemu seseorang dalam mimpi.

Kubuka jendela kamar lebar, di perhatikannya bintang berkelap-kelip genit, ditambahnya dengan bulan sabit yang memberikan sedikit warna indah pada langit.

"Bulan, seperti senyumannya Kak Imam," kataku sambil membayangkannya, menurutku moment tadi tidak cukup membuatku puas, mungkin sedikit di tambah berhalusinasi akan lebih sempurna.
Kumainkan jari telujuk untuk mengukir nama seseorang diatas awan hitam itu.

ONLY_LOVE_YOU (Hiatus)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें