Part_11 Kepala sekolah

73 44 18
                                    

Langit pagi terlihat biru muda sangat cerah, aku mengayunkan kaki untuk segera masuk kelas, dengan ransel yang tergantung disebelah bahu kananku.

"Akhirnya kamu sekolah juga Al," ucap Kak Alfin tersenyum, akh tersenyumpun pasti ada maunya menyebalkan bukan?

"Hehehe iya Kak," jawabku sambil mempercepat langkah.
Pagi-pagi sudah berpapasan dengan makhluk galak lagi. Ku lebarkan setiap langkahnya agar tidak terlihat berjalan bareng.

"Alya!" teriak Kak Alfin membuatku merasa takut, jika mendengar teriakan darinya, atau mungkin Kak Alfin berubah jadi garang lagi, macam bunglon aja bisa berubah-ubah.

Aku hanya sedikit menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa Kak Alfin tidak berubah garang lagi.

"Akh engak jadi deh," ucapnya, sambil mengangkat tangannya dan mengibaskan kembali kebawah.

Segera Kak Alfin masuk kekelasnya yang bersebelahan dengan kelasku.

*****
"Eh Alya udah sembuh?" ucap Muna dengan raut wajah tersenyum kearahku.

"Iya donk." Sambil meletakkan ransel di tempat dudukku.

"Alya? dipanggil sama kepala sekolah tuh!" kata Gilang ketua kelasku.

"Aduh lu ngelakuin apa Al, jangan-jangan lu ada kasus lagi nih," timpal Muna menakuti.

"Kalo aku ada kasus yang panggil guru BK bukan kepala sekolah," jawabku tenang.

"Hehehe, bisa juga kepala sekolah juga Al," sambungnya kembali dengan memainkan kedua jarinya.

"Canda sayang," sambung Muna mengusap bagian punggungku, mungkin karena melihat rona wajahku sudah merah padam ingin sekali marah dan menghujatnya.

Aku hanya bergidik ngeri melihat tingkah lakunya.

*****
Sekarang aku berada diruangan bernuasa cat hitam putih, aku menduduki kursi yang sangat empuk, terlihat wanita paruh bayah mengulumkan senyum sabitnya kearahku.

"Alya?" ucapnya halus.
"Maaf saya memanggil keruang kepala sekolah karena ada hal penting!" ucapnya maniknya menerobos kearahku.

Aku hanya bisa menundukkan kepala.
'Yaampun kenapa akhir-akhir ini orang bilang mau ngomong penting!' gumamku dalam hati.

Cukup lama aku berbicang dengan kepala sekolah, walau ada sedikit basa-basi disela-selanya.

Ternyata sama saja, Beliau meminta agar aku bisa menjadi penganti Kak Imam dalam acara seminar itu, niat hati ingin menolak karena terlalu pesimis tapi, aku tidak bisa melihat perlakuan Ibu kepala sekolah yang sangat baik terhadapku, lagi pula jika aku mengikuti seminar akan menambah wawasan.

Kembali aku kedalam kelas, rupanya sudah ada guru yang mengajar, terlihat tangannya bermain diatas white bor yang kosong.

Segera aku menduduki kursi yang kosong tepat berada disebelah Muna.

"Al tadi lu ngapain?" tanya Muna sambil berbisik-bisik.

"Ntar aku ceritain kalo udah selesai nulis!" Sambil mengambil buku pelajaran dan membuka lembaran-lembaran kosongnya yang siap untuk dipenuhi oleh tinta.

"Baiklah," tuturnya, kembali mencatat, terlihat deretan hurufnya mulai membesar jari tangannya pun sudah sedikit membengkak, nulis sebanyak 6 lembar buku pasti membuat tangannya sedikit lelah.
"Udah selasai," ucap Muna tersenyum, dan menutup kembali buku pelajarannya itu.

Aku hanya mendelik menanggapinya.

Langsung saja Muna menggoncang-goncang tubuhku, sifat jahilnya sudah kumat.
"Cepetan Alya, gua mau dengar cerita lu!"

ONLY_LOVE_YOU (Hiatus)Where stories live. Discover now