Part_13 Hari kesatu.

75 25 8
                                    

Sudah siap rapi dan harum, aku melewati Ibu yang sedang sibuk menyiapkan sarapan dengan sepotong roti dan satu gelas susu. Itu rutinitas tiap hari baginya.

Pantesan badanku tetap kurus tiap hari asupannya roti.

"Alya?" Ibu mengehentikan langkah kaki ini yang hendak keluar ruangan.

"Iya kenapa Bu?" tanyaku dengan mengangkat satu alis.

"Kak Alfin udah nunggu lama tuh di depan," timpalnya.

Aku mematung sejenak mendengar penuturan Ibu.

"Cepatan samperin!" Sambil memoleskan selai strawberry pada roti.

"Suruh masuk aja deh Bu, ntar tetangga pada lihat!" ujarku mencari sedikit alasan untuk keluar dari zona paburisat ini.

"Tadi Ibu udah ajak kak Alfin masuk, tapi gak mau, kamu cepatan samperin!"

Dengan rasa terpaksa, aku segera keluar rumah, kudapati seorang pemuda menopang pipinya dengan sebelah tangan pada meja plastik di luar rumah.

"Kak masuk," titahku saat melihat pemuda itu seperti galau menungguku lama.

"Gak mau akh," selorohnya dengan nada santai.

"Yaudah gak usah dan gak maksa!" seruku pada  Kak Alfin.

"Tapi gua mau kalo suruh masuk ke hati lu," ujarnya lalu berdiri menghadap ku.

"Ekhem ... cieee yang pagi-pagi udah dapat ngombalan!" goda Ibu saat aku memutar tubuh dan mendapatinya sambil membawa sarapanku akh bukan itu hanya hidangan buat Kak Alfin.

Asem emang!

Kak Alfin hanya tersenyum lebar pemuda itu tidak kalah malunya sepertiku.
"Cuman bercanda kok Tante," serunya dengan menggerlingkan bola matanya kearahku.

"Ck! Bye the way udah mau siang loh Kak!" ujarku terburu-buru dengan mata menyipit pada Kak Alfin.

"Eh iya ----!" jawabnya gelagapan.

"Ini masih pagi loh Al, baru jam 6.30!" Ibu tidak mau kalah menimpali ku.

"Eh aku piket kelas hari ini Bu," ujarku dengan tatapan meyakinkan.

Aku segera mencium punggung tangannya. Diikuti oleh Kak Alfin melakukan hal yang sama sepertiku.

"Buru-buru amat!" cerocos Ibu saat melihat aku berlari bagaikan kancil dalam dongeng.

"Gak sarapan dulu Al?" teriak Ibu. Saat aku menaiki sepeda motor milik Kak Alfin.

"Entar dikantin aja!" ujarku klakson menjadi pertanda aku dan Kak Alfin pergi dari hadapan Ibu.

"Alya gak mau pergi sekolah bareng Abang?" teriak Abangku yang menghidupkan motor ninja ya itu.

"Gak Alya lagi buru-buru, berangkat yuk Kak!" Kutepuk pundak Kak Alfin seperti halnya menepuk tukang ojek pengkolan.

"Hishhhhh ...!" gumamnya terdengar sangat pelan. Aku tahu bahwa Kak Alfin pasti marah karena ulahku.

*****
"Bohong dosa ditanggung sendiri!" tegasnya dengan wajah yang datar sulit diartikan.

"Siapa yang bohong?"

"Lu Alya, lu pasti bohong kan soal mau piket kelas itu?" tanyanya menekan, membuatku merasa sedikit bersalah.

"Salah siapa pake ngomong so ... romantis kaya tadi, aku malu tau sama Ibu!" jelasku sambil mengeratkan ransel yang berada dipungung.

"Yaudah tapi yang dosa tetap lu kan?" Dengan mengangkat sudut bibirnya keatas.

ONLY_LOVE_YOU (Hiatus)Where stories live. Discover now