Part_2 Ganti foto idola

214 145 122
                                    

Kurebahkan tubuh ini di kasur kesayangan yang empuk bermotifkan bunga mawar merah. Kembali kuamati name tag, segurat senyum tak bisa ku sembunyikan.

'Apa, Aku benar-benar harus ganti foto idola?' Batinku.

Tapi dimana kucari foto Kak Imam, Rasanya konyol. Setelah sekian lama berkutik dengan pikiran.
Pandanganku teralihkan pada benda pipih diatas nakas. Baru kuhidupkan data tiba-tiba  tiga pesan masuk Melalui aplikasi hijau muda, dengan dua nomor yang tidak dikenal.

Kubuka pesan pertama tanpa profil.
[Hallo Alya, save Kak Imam Ramadhan].

Rasanya jantungku 'tak karuan berdetak lebih cepat.

[Iya Kak siap]. Tanpa, kutanyakan dari mana dia mendapatkan no WhatsApp ku.

Kubuka pesan kedua dari sahabatku Muna.
[Kalo besok sekolah, jangan lupa bawa buku PR, gua mau nyontek] disertai emot ketawa di penghujung pesan.

[Ikh dasar anak malas, gak pernah ngerjain PR] balasku.

Akh rupanya satu pesan yang belum ku balas.
Dengan foto profil seorang laki-laki mengenakan baju hitam putih, dengan fose bak model.

[Aku Alfin Cipta Nugraha, kakak kelas paling nganteng, baik hati, dan tidak sombong. Save ya, kalo gak di save ntar kamu nyesel loh.]

Mataku terbelalak begitu melihat pesan  dari Kak Alfin, begitu panjang lebar isinya.

[Ok aku save.] pesan terkirim.

[Yaampun simple amat, gak sopan sama Kakak kelas!] disertai dengan emot meledek.

Nyatanya cuman Kak Alfin yang masih online di aplikasi hijau mudaku. Malas bales pasti ngajak ribut seperti kejadian tadi disekolah.

[Woy bales!]
[Pppppp.]
[Ini ceklis dua abu-abu.]
[Hey.]
[Ppp.]
[Adik kelas paling galak.]
[Pppp.]
[Alya?]
Suara notifikasi pesan dari Kak Alfin membuatku jenggah.

[Apaan sih kak?]

[Engak cuman cek aja kok.]

[Nyesel aku bales!]

Segera kumatikan data seluler.
Kembali ku simpan benda pipih itu di atas nakas.

"Dasar gak ada kerjaan, dari siapa coba Kak Alfin dapat nomor WhatsApp ku, cuman ngajak ribut doank, bikin stres," ucapku sambil menatap langit-langit kamarku.

*****
Totok ... tok ... suara pintu diketuk beberapa kali.

"Alya, boleh Ibu masuk?" Terdengar suaranya dari balik pintu kamar.

"Iya boleh Bu."

Drettttt ... drett ... pintu kamar dibuka terlihat seorang wanita paruh baya tersenyum menghampiriku.

"Gimana tadi sekolahnya?" Sambil mengelus-elus kepalaku dengan lembut sekali.

"Tau akh Bu!" Aku Menatapnya sekilas.

"Loh kok gitu! Apa kamu ada masalah disekolah?" Sambil membenahi posisi duduknya di bibir ranjang.

"Yaampun, enggak kok Bu!" Langsung ku genggam tangannya untuk memastikan dan tersenyum meyakinkan.

"Syukurlah, kalo gitu Ibu cuman khawatir aja!"

"Udah akh Bu, gak usah khawatir! Aku mau mandi dulu ya Bu, badanku lengket sama keringat!" Sambil ku perlihatkan deretan gigi yang bersih. Segera berlari meninggalkan kamar.

"mandi yang bersih ya, Alya!" teriak Ibu dari dalam kamarku.

"Iya Bu," sahutku.

*****
Terdengar suara handphoneku berdering keras beberapa kali tanda ada yang menelpon, gimana aku mau mengambil handphonenya, sedangkan aku masih mandi.

"Hallo ini sama siapa?"

Akh rupanya Ibu sudah lebih dulu mengangkatnya.

"Bu siapa yang nelpon," teriakku dari kamar mandi, penasaran.

Namun, tidak ada sahutan darinya.

*****
"Bu tadi siapa yang telpon," sambil mengusap muka yang masih basah dengan handuk.

"Teman kamu, katanya ada urusan pribadi sama kamu, besok pagi dia mau kesini," tutur Ibu, yang sibuk membereskan baju satu-persatu kedalam lemari palstik berwarna hijau tosca.

"Iya, siapa namanya!" Dengan gregetnya aku sangat penasaran.

Segera wanita yang ku sebut Ibu itu berbalik badan menatapku.
"Kak Alfin, yang nelpon tadi!"

"Ikh, aku gak ada urusan sama Kak Alfin!" dengusku kesal sambil melipat tangan.

"Besok masuk sekolah gak?" Dengan alis yang di naikan satu.

"Iya, mungkin Bu." Sambil ku garuk-garuk kepala walau tidak terasa gatal sama sekali.

"Issshhh, 'ntar tanyain ke temen kamu atau Kakak-kakak OSIS!" ujar Ibu, berlalu pergi dari hadapanku.

"Heu, iya dah." Dengan bibir ngerecut.

*****
Tut ... tut... Panggilan kembali masuk dari Kak Alfin, hanya kutatap dan membiarkannya, 3 panggilan tidak terjawab.

Tut...Tut...
Benda pipih itu kembali bergetar Bukan dari kak Alfin, melainkan dari kak Imam, mataku langsung membulat sempurna, tanpa menunggu lama, segera aku menerima panggilannya itu.

"Hallo kak Imam."
"Hallo Alya?"
Yaampun kenapa harus barengan ngucap lagi, ku tepuk jidat sambil mengulum tersenyum.

"Alya?" Kembali suara indah itu kudengar dari seberang sana.

"Iya Kak, kenapa?"

"Mmmm tadi kak Alfin telpon, katanya gak diangkat sama kamu kenapa?"

'Rupanya kak Alfin ngadu deh sama Kak imam nyebelin banget,' batinku.

"Eh, iya Kak bukan gak diangkat, tapi gak keangkat," ujarku, mencari-cari alasan.

"Ouh iya, besok libur sekolah selama 2 hari, jangan lupa kasih tau yang lain!
Dan satu lagi maaf saya ngambil no WhatsApp kamu dari formulir data sekolah," jelasnya terdengar suara nafas lembut miliknya.

"Iya kak siap, makasih informasinya!
Mmm ... gapapa kali Kak selow aja," timpalku sambil tertawa.

"Udah dulu ya!"

"Iya kak," sambungku.
Diakhirnya telpon dengan Kak Imam.

"Yaampun kalo besok libur berarti Kak Alfin bakal kerumahku, tapi mana mungkin dia tau dimana aku tinggal," celotehan ku seorang diri.

Segera aku menepis ingatan yang tidak masuk akal itu.

***
Bersambung.
Tinggalkan jejak donk ☺️
Vote juga ya😊

ONLY_LOVE_YOU (Hiatus)Where stories live. Discover now