69. Blind To You

804 135 42
                                    

MATA memandang nanar, satu kapita yang dilanda cemas bukan hanya itu ia rasanya kasihan kala melihat tatapan khawatir kentara jelas pada durja si pria. "Rengoku-san, kenapa kau tidak pulang?"

"Aku ingin menunggunya."

Shinobu bergeming. Tatapan violet terus mengarah pada figur pilar api yang tengah duduk disamping tubuh yang terbaring pada futon, "Kenapa kau tidak bisa berhenti?"

"Sejujurnya, aku tidak tahu kapan akan berhenti memperhatikannya, mungkin saja aku berpikir tidak akan bisa." Katanya disandingkan dengan senyap ruangan, "Padahal kau sudah tahu—"

"Aku sudah tahu bahwa dirinya sudah menemukan kebahagiaannya dengan Tomioka terlebih akan ada hal yang lebih dari itu didalam tubuhnya, tapi Kocho—melepas tidak semudah itu," pungkasnya jelas.

Shinobu menghela nafas gusar, "Kau memang benar Rengoku-san, melepas tidak akan semudah itu. Tapi seharusnya kau lebih tahu, mempertahankan pun akan lebih sia-sia jika perasaanmu tak terbalas. Hentikan itu, aku merasa kasihan padamu."

Pandangan menyendu, saat dirinya menatap gadis yang tengah tertidur pulas dalam selimut tebal. Bibir mengurva manakala disingkirkannya helai surai yang menutupi durja pemilik relung hati, "Bagaimana aku bisa berheti kalau dirinya terus menerus memberiku perasaan ini?"

Kocho Shinobu pernah merasakan hal yang sama, apa yang dialami Rengoku mungkin sama apa yang telah dialaminya dulu. Namun beberapa hari ini perempuan itu mulai mengerti cara kerja mencintai bagaimana, namun melihat keadaan Rengoku yang seperti ini rasanya seperti batara tengah bermain asik dengan perasaan pemuda tersebut. "Setidaknya cobalah untuk menerima apa yang ada didepan matamu Rengoku-san," ujarnya sebelum pergi meninggalkan.

Kepala tertunduk, meratapi diri yang terjebak. Rengoku mengambil nafas dalam sebelum menarik dua sudut kurva keatas-pahit.

Jika ia memohon untuk satu kali harapan yang akan terkabul, ia hanya ingin menghapus rasa cinta yang membuat dirinya binasa.

Tomioka Giyuu berhenti saat figur gadis tepat berada lima langkah di depannya, "Konbanwa Tomioka-san. Bisakah aku membicarakan sesuatu padamu?"

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Shinobu tersenyum.

"Tenang saja aku tidak bermaksud seperti dulu lagi," katanya. Giyuu hanya menatap datar, "Jadi?"

"Baiklah."

Dalam senyapnya malam dua tubuh saling berjalan bersisihan tak tentu arah, hanya memakan waktu sambil berpikir sejenak sebelum perempuan itu mengambil hembusan nafas dan berkata, "Bagaimana misimu akhir-akhir ini?" Tanyanya basa-basi.

"Baik."

Shinobu mengangguk singkat, hening lagi. Suara langkah kaki mereka tak seirama meski tubuh saling berjalan bersisihan, "Bagaimana hubunganmu dengan [Name]?"

"Berjalan baik. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

Ia bergeming awalnya, hanya memandang lurus jalan setapak yang tak diterangi rembulan. Bibir terkatup rapat, masih belum membuka—ragu tiba-tiba.

"Kau tahu dia sangat mencintai gadis itu," pungkasnya membuka bibir, akhirnya. "Siapa yang kau maksud?"

"Rengoku-san."

Giyuu tahu dengan benar bahwa pilar api itu memang menaruh hati pada gadisnya, dilihat dari tatapannya saja rasanya Giyuu sudah kalah dalam artian perasaan. Kadang ia bertanya, apakah cintanya sebesar Kyoujuurou terhadap [Full name]?

Tapi ia tidak tahu jawabannya.

Tomioka Giyuu memang betul mencintai—sangat, bahkan jika afeksinya masihlah sangat terbatas ia tidak bisa menampik bahwa senandika terus berteriak menyerukan namanya.

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 حيث تعيش القصص. اكتشف الآن