56. Sword. 5

949 138 8
                                    

TOKITOU MUICHIROU hanya terdiam menatap punggung yang dibalut Haori topeng Kabuki itu, "kenapa kau di sini?" Muichirou memulai, sementara tungkai masih mengikuti arah ke mana tubuh gadis itu.

"Aku? Aku hanya mengkhawatirkanmu dan juga Kanroji." Balasnya tanpa menoleh, "kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kau mengkhawatirkanku dengan Mitsuri? Soyeba aku baru tahu kalau dia di sini." Suara monoton membuat [Name] menghentikan langkahnya, tubuh berbalik menatap pemuda dengan wajah datar miliknya. "Tak ada alasan, kalau aku khawatir ya khawatir bocah."

"Cih, beda lima tahun saja."

"Hai, hai terserah."

"Kau akan menggantikan boneka itu kan?" Suara nichirin ditarik, Muichirou mengacungkan mata katana di depan wajah [Full name]. "Sesuai perkataanku Muichirou."

Suara bising dari gesekan bilah pedang terdengar ngilu pada telinga, kedua manusia dengan kecepatan serangan serta tangkisan seolah di luar batas manusia. Muichirou dalam hal serangan sangat cepat dan gadis yang menjadi lawan latihannyapun sama seperti dirinya. Imbang.

Satu pukulan telak mengenai pipi Hashira kabut, bibir mendecak "[Name] aku tahu kau kemari karena merasakan firasat buruk kan?"

"Mungkin iya dan tidak." Lengan menahan tendangan gadis itu, "jangan berbohong."

"Aku tidak bisa berkata padamu Muichirou, bahkan pada kalian semua."

"Oh, souka."

Muichirou menahan serangan, kuncian pergelangan tangan dengan tangan kiri sementara tangan kanan memposisikan  bilah tajam pada leher. "Aku menang."

Lengkungan kurva terulas pada wajah, "apa? Kenapa kau tertawa?"

"Serius Muichirou, kau tidak menanyakan nichirinku?" Kelereng [e/c] meneleng untuk menatap wajah pemuda bermahkota hitam panjang yang tengah menahan kedua tangannya. Persekon detik kemudian, wajah pemuda tersebut mengadah pupil mata sontak melebar tatkala nichrin milik [Name] terlempar dan mengarah padanya.

Kepala menghindar, satu goresan mengenai tulang pipi, Muichirou mengerling pada pedang yang sudah menancap pada tanah. "Apa kita impas?"

Tokitou Muichirou mendengkus, melepas kuncian tangan. "Jangan harap." Gadis itu hanya terkekeh, "ayo pulang, latihan denganmu cukup menguras waktu. Aku mengerti kenapa  Oyakata-sama membuatmu menjadi Hashira."

Mata Muichirou terus melirik, lantas memaling kembali saat netra [e/c] bersibobrok dengannya. "Biasa saja."

"Hai, hai."

Langit berganti hitam, suara serangga malam mulai bersahut nyaring. Langkah kaki menelusuri sepanjang hutan, wajah mengadah kala merasakan butiran basah jatuh. "Gerimis?"

Satu demi satu, lalu turun dengan deras. Dengan cepat tungkai kaki diajak kerja sama untuk berlari, rambutnya basah, bahkan Haori serta seragam Kisatsutainya pun sama. "Aku harus mandi air panas lagi."

Yah padahal baru kembali dari pemandian air panas, tubuhnya sudah dibasahi air dingin kembali, membuat bibir terus menggerutu pada cuaca yang berubah cepat.

Sudah dua hari, firasat buruk yang mungkin akan terjadi adalah hari ini. Gadis itu tak bisa berhenti berlari raut sedikit cemas namun topeng datar pada wajah terpasang. Langkahnya berhenti, saat mata mendapati satu orang warga yang berlari dengan selembar handuk pada tengkuknya, berdasarkan tampilan itu ia yakin pria itu sehabis onsen.

Kening sontak berkerut tatkala manik miliknya melihat guci, ia berlari cepat tatkala pria itu hampir mendekati guci asing disana. "Berhenti! Jangan dekati benda itu."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Where stories live. Discover now