63. My Answer Is...

1K 165 28
                                    

RENGOKU KYOUJUUROU menatap wajah gadis itu, sedikit tersenyum simpul. "Apa Senjuurou baik?"

"Iyah dia baik, dia menanyakanmu."

"Benarkah? Aku juga jarang melihatnya sih," ia menyisip cairan berwarna hijau hangat, Kyoujuurou memandang wajah gadis tersebut dari bibir gelas, "Kau belum berbaikan dengannya?" Tanyanya, gelas yang tersisa seperempat ditaruh kembali. Sambil mata tak lepas untuk mematri setiap detil dari paras cantiknya, dengan begitu dalam tidur pun ia masih melihatnya meski hanya di mimpi.

"Siapa?"

"Tomioka."

Menghela nafas, ibu jari mengelus permukaan bibir gelas berwarna putih tulang yang sedang digenggam. "Aku memaafkannya, tapi aku tidak tahu Kyou, rasanya masih ada bagian dari diriku untuk kembali bersamanya."

"Kenapa? Kau masih mencintainya kan?"

Iyah benar, dia masih mencintainya. Masih mengharapkannya, tapi membangun sebuah kepercayaan lagi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, "Aku mencintainya, tapi ada satu hal yang membuatku untuk tidak kembali padanya, aku masih...ragu."

"Aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi setidaknya kau harus memberi kesempatan pada Tomioka. Dia berhak dan juga aku yakin Tomioka tidak akan bodoh mengulangi kesalahannya kembali." Bibirnya kini terbungkam, rasanya Kyoujuurou seperti benar-benar sudah melupakan padahal setitikpun ia masih berdusta akan perasaan yang ia relakan. "Aku tahu Kyou, terimakasih."

Kyoujuurou barangkali masih belum merelakan, tapi melihat gadis ini yang masih dibawa terombang-ambing dalam ragu rasanya bibir menegur agar tetap percaya atas jalan yang dia ambil kendati ia harus merelakan melihat senyumnya bukanlah untuk dirinya.

Ia menginjakkan kaki. Pertama kali di sini, memandang kediaman yang tak pernah dikunjungi kendati dulu hubungannya pernah dekat. Mengambil nafas sebelum tangan terulur untuk mengetuk pintu kayu geser di depannya, ragunya menyelinap dengan mata berdenyar resah.

"[Name]?"

Suara menyentak sadar, tubuh berbalik cepat mendapati pemuda dengan Haori serampangan menjadi ciri khasnya, Tomioka Giyuu tercengang mendapati fakta bawa figur gadis itu yang berdiri tepat di depan kediamannya. Ia pikir ini hanyalah sebuah ilusi namun saat tubuhnya ia dekap ini kenyataan.

"Giyuu—"

"Jangan. Aku tidak mau mendengarnya sekarang, aku hanya takut kau tidak bisa kembali bersamaku. Aku takut bahwa kau akan sepenuhnya berpaling dariku, karena itu kumohon sebelum kau berbicara perihal aku untuk melepaskanmu, biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya, kumohon [Name]." Lirihnya.

Lengan pemuda itu merengkuh dengan erat, seolah tak membiarkan sang hujan meninggalkan hati yang dipenuhi tanah tandus, "Aku menghindarimu, aku mencoba untuk melupakanmu, aku berusaha untuk mengenyahkan perasaanku untukmu Giyuu."

Hatinya mencelos, dikatakan bahwa kalimat gadis itu mengirisnya perlahan. "Tapi Giyuu, aku menyadarinya... aku menyadari kalau aku—"

"Aku mencintaimu [Name]. Sangat mencintaimu, aku tidak bisa menyangkal itu. Maaf, maaf, maafkan aku yang saat itu meninggalkanmu—"

"Giyuu, aku mencintaimu."

Sebuah lengkara dapat dibuat menjadi kemungkinan, asa yang putus kembali dirajut, jika ini kertas putih polos yang tergores pensil maka hapus kesalahan yang dibuat lantas kembali mengulangi dengan baik. Jika ini tinta yang nodanya permanen maka gantilah dengan yang kertas baru dan buat kembali sebuah karangan kendati harus mengulangi dari awal. Tidak apa-apa, semuanya pernah bersalah namun berhak memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki. Begitu juga dengan sebuah hubungan yang diputus talinya harus bisa kembali diikat.

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Where stories live. Discover now