38. Deepest

1.2K 237 104
                                    

KAMADO Tanjirou berjalan dengan langkah konstan disampingnya gadis itu tengah bergumam kecil "[Name]-san apa benar sudah membaik?" Setelah beberapa menit hening akhirnya Tanjirou membuka suara.

"Kau terlalu khawatir Tanjirou, aku tidak apa-apa. Soreyori, bagaimana dengan Zenitsu dan Inosuke?"

"Mereka baik-baik saja. Semenjak tiga minggu yang lalu mereka menanyakan keberadaan [Name]-san." Tanjirou berujar memperhatikan jalan didepannya.

[Name] terkekeh membayangkan reaksi heboh Zenitsu dan Inosuke jika nanti melihatnya "Etto [Name]-san?"

"Ya Tanjirou?"

"Etto bagaimana dengan matamu [Name]-san? Aku...melihatnya saat itu. Maaf aku tidak membantu kalian aku terlalu le––" bibir Tanjirou terbungkam oleh telapak tangan yang membekapnya "Itu tidak benar. Kau terluka parah Tanjirou, Zenitsu, dan Inosuke juga. Dan, mataku tidak apa-apa."

[Name] menepuk kepala Tanjirou beberapa kali dengan senyum melekat pada wajahnya "Kyoujurou berkata sudah tugas sebagai Hashira untuk melindungi juniornya bukan?"

"Um hanya saja aku––" perkataan Tanjirou kembali terpotong oleh [Name].

"Tanjirou, aku yakin kau anak yang kuat. Hanya saja tidak sekarang, semuanya membutuhkan waktu. Oke?" Tolehnya pada Tanjirou "Kau hanya membutuhkan waktu." Lanjutnya.

"Soreyori kau habis kemana Tanjirou?" Tanjirou menoleh mendengar pertanyaan gadis yang berjalan disampingnya, "Kediaman Rengoku-san."

"Ah souka. Kalau begitu kau tahu tentang keluarganya terlebih tentang Ayah Kyoujurou?" [Name] menangkapnya netra Tanjirou menatap sendu jalan yang mereka lewati.

"Aku ingin mencari tahu tentang buku yang dikatakan Rengoku-san, lalu dia berkata kasar kepada anaknya dan menjelek-jelekkannya. Sudah kukatakan bahwa Rengoku-san masih hidup tapi dia––" Tepukan pada puncak kepala Tanjirou membuat wajahnya meninggi "Mou daijobu." Senyuman terulas lembut. Mau tak mau bocah berumur 15 tahun itu ikut tersenyum.

[Name] melangkah memasuki kediaman kupu-kupu, langkahnya berhenti kala tubuh Shinobu yang berdiri dihadapannya. "Domo Shinobu, kita bertemu lagi." Sapanya dengan senyum. Shinobu tidak mengerti apa yang dibenak gadis itu karena masih melihatnya dengan senyum ceria. Shinobu tersenyum kecut melihat punggung yang sudah sedikit menjauh,

"[Name]."

Langkah Hashira hujan itu berhenti, tubuhnya masih belum menghadap Shinobu. Masih bersabar menunggu kalimat yang akan terlontar dari bibir Shinobu.

"Katakan ada apa Shinobu?" Bibir Shinobu terkatup rapat, netra ungunya memandang lantai kayu kediamannya.

"Kalau tidak ada yang kau bicarakan aku harus per––" perkataan gadis itu terhenti tepat saat suara Shinobu berkata "Kelahiranmu disini adalah sebuah kesalahan bukan?"

"Kau hanyalah sebuah wadah yang sengaja dilahirkan oleh kedua orang tuamu." Shinobu menatap punggung gadis itu, Haori dengan ornamen topeng kabuki. [Name] tersenyum kecut, masih belum membalikkan badan "Kau benar. Lagipula aku tidak bisa menyangkalnya."

Langkah Shinobi mendekati "Tidak tahu kedepannya kau akan menyakiti kami atau tidak. Tapi saat itu terjadi aku akan membunuhmu ditempat."

[Name] terkekeh, menutup wajahnya lantas menyugar surai "Heee, sou? Seperti kau bisa diatasku saja Kocho." Kepalanya menoleh menatap netra ungu Hashira serangga itu.

Tatapan matanya terlihat berbeda, tajam. Membuat tubuh Shinobu terpaku pada tanah "Yah tapi saat itu juga kau bisa menebas kepalaku ditempat. Aku percayakan hal itu padamu Kocho Shinobu." Ujarnya berbisik pada telinga perempjan itu lantas beranjak pergi meninggalkan Shinobu yang berdiri statis ditempat.

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Where stories live. Discover now