BAB 5 PERCAKAPAN YANG MENCURIGAKAN

120 17 0
                                    

Jupiter, Bob dan Pete menikmati acara pelancongan berkeliling ibu kota Varania. Bagi mereka yang biasa hidup di tengah masyarakat yang serba modern, segala-gala yang mereka lihat saat itu sangat asing dan kuno sekali. Mereka kagum melihat bangunan-bangunan tempat tinggal yang seluruhnya terbuat dari batu alam. Ada pula yang dari batu bata berwarna kuning. Atap-atap genting pun menarik perhatian mereka. Di mana- mana nampak lapangan dengan air mancur. Burung merpati berkeliaran dengan bebas. Yang paling banyak di depan gereja besar St. Dominic.

Mobil yang mereka naiki model kuno dengan tutup yang saat itu dibuka. Pengemudinya masih muda. Ia mengenakan pakaian seragam yang pantas baginya. Bahasa Inggrisnya baik. Ia bernama Rudi. Dengan suara pelan dikatakannya bahwa mereka bisa mempercayainya karena ia setia pada Pangeran Djaro.

Sehabis melihat-lihat kota, mobil diarahkan ke bukit-bukit di luar Denzo untuk melihat pemandangan sungai dari atas.

Jupiter dan kedua temannya asyik memotret. Ketika kembali lagi ke mobil setelah itu, tahu-tahu Rudi berbisik-bisik.

"Ada yang mengikuti kita," katanya. "Sejak meninggalkan istana, kita sudah dibuntuti orang. Sekarang kalian akan kuantar ke taman hiburan. Kalian nanti berjalan-jalan di sana sambil menonton berbagai pertunjukan yang ada. Tapi jangan sekali-kali menoleh ke belakang. Jangan sampai mereka yang membuntuti sadar bahwa mereka sudah ketahuan!"

Jangan menoleh ke belakang? Rasanya sulit sekali menuruti permintaan itu. Siapakah yang membuntuti? Dan untuk apa? "Aku ingin kita lebih banyak tahu saat ini," kata Pete menggerutu, sementara mobil meluncur melalui jalan-jalan dalam kota yang sempit dan semarak. "Kenapa sampai ada orang membuntuti kita? Kita kan tidak tahu apa-apa!" "Mungkin ada yang mengira kita mengetahui sesuatu," tebak Jupiter. "Ada yang berkeinginan begitu," kata Bob. "Siapa?" tanya Pete heran. "Aku," jawab Bob singkat.

Mobil direm oleh Rudi. Mereka sudah sampai di sebuah lapangan yang luas dan rimbun dengan pepohonan. Banyak orang yang berjalan-jalan dengan santai. Samar-samar terdengar bunyi musik.

"Ini taman utama," kata Rudi sambil bergegas membukakan pintu. "Berjalanlah dengan santai ke arah tengah, lewat dekat tempat orkes yang sedang bermain musik. Nanti kalau sudah sampai di tempat hiburan, kalian memotret artis-artis dan badut yang mengadakan pertunjukan. Setelah itu dekatilah gadis penjual balon di situ. Katakan padanya kalian ingin memotretnya. Ia adikku. Namanya Elena. Aku menunggu di sini sampai kalian kembali lagi nanti. Tapi ingat-jangan sekali-kali menoleh ke belakang! Mungkin kalian akan terus dibuntuti-tapi kalian tidak perlu khawatir. Atau tepatnya-belum perlu!"

"Belum perlu, katanya!" ujar Pete sementara ia bersama kedua temannya berjalan dengan sikap santai di bawah pepohonan menuju ke arah datangnya musik. "Wah-asyik juga perkembangan yang dihadapi, kalau begitu!"

"Bagaimana kita bisa menolong Djaro?" kata Bob ingin tahu. "Saat ini kita seperti memburu bayangan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa!"

"Kita harus menunggu perkembangan selanjutnya," kata Jupiter. "Menurut dugaanku, kita diikuti karena hendak dilihat apakah kita akan mengadakan hubungan dengan seseorang.

Misalnya saja dengan Bert Young."

Ketiga remaja itu melanjutkan langkah sampai di suatu bagian yang terbuka. Di situ banyak orang duduk-duduk di rumput.

Suatu orkes yang terdiri dari delapan pemain musik berseragam meriah nampak beraksi di atas panggung kecil. Musik alat tiup berkumandang nyaring. Orang-orang di sekeliling ramai bertepuk tangan ketika musik selesai. Tapi dengan segera para pemusik menyusulkan lagu berikut dengan lebih nyaring lagi, seakan-akan tepuk tangan tadi membakar semangat mereka.

(09) TRIO DETEKTIF : MISTERI LABA-LABA PERAKWhere stories live. Discover now