BAB 9 RENCANA MINGGAT

97 19 0
                                    

Sepanjang malam itu Bob, Pete, dan Jupiter bersembunyi terus dalam rumah jaga di atap istana. Waktu rasanya berjalan lambat sekali, seperti merambat. Tapi tidak ada orang muncul untuk memeriksa ke situ-karena keras sekali sangkaan bahwa ketiga remaja itu lari ke bawah, dan bukan ke atas. Tali yang

sengaja dibiarkan terjulur ke balkon sebelah bawah, ditambah dengan sapu tangan Jupiter yang ditemukan tercecer dijalan masuk ke ruangan bawah tanah, menyebabkan usaha pencarian menuju ke arah yang menjauhi tempat mereka bersembunyi.

Setelah Rudi dan Elena pergi, ketiga remaja itu merebahkan diri ke atas bangku kayu. Mereka mencoba tidur. Dan dengan cepat mereka sudah terlelap, walau berbaring di atas bangku kayu yang keras dan baru saja mengalami kejadian yang sangat menegangkan urat syaraf.

Pete bangun bersamaan dengan saat matahari terbit keesokan paginya. Ia menguap sambil menggeliat. Jupiter sudah lebih dulu bangun. Ia bersenam untuk melemaskan otot-otot yang terasa kaku. Pete memasang sepatu, lalu berdiri. Bob masih tidur.

"Cuaca kelihatannya akan bagus hari ini," kata Pete. Ia memandang ke luar lewat celah-celah sempit yang berfungsi sebagai jendela dalam bangunan batu yang kecil itu. "Tapi sialnya, kecil sekali kemungkinannya kita akan bisa sarapan. Makan siang juga tidak. Makan malam, sama saja! Perasaanku akan lebih enak jika bisa mengetahui kapan kita akan makan nanti."

"Kalau aku, perasaanku akan lebih enak jika tahu bagaimana kita bisa keluar dari istana ini," kata Jupiter. "Aku ingin tahu apa rencana Rudi nanti."

"Dan aku ingin tahu apakah Bob apabila bangun nanti bisa ingat lagi tentang apa yang dilakukannya dengan Labah-labah Perak itu."

Saat itu Bob terbangun Matanya terkejap-kejap. Kelihatannya seperti bingung.

"Di mana kita ini?" katanya. Kemudian dirabanya bagian belakang kepalanya. "Aduh-Kepalaku nyeri rasanya. Ah -betul juga, aku ingat lagi sekarang."

"Kau ingat lagi apa yang kaulakukan dengan Labah-labah Perak itu?" desak Pete. Tapi Bob menggelengkan kepala.

"Aku ingat lagi di mana kita berada sekarang ini," katanya. "Dan aku ingat bagaimana kepalaku sampai terbentur- maksudku aku ingat apa yang kalian ceritakan padaku mengenainya. Cuma itu saja."

"Jangan terlalu kaupikirkan soal itu, Bob," kata Jupiter. "Kita harus menunggu sampai ingatanmu pulih dengan sendirinya.

Mungkin itu akan terjadi-tetapi mungkin juga tidak."

"He-ada orang naik ke atap," kata Pete yang saat itu kebetulan mengintip ke luar lewat celah sempit. "Ia memandang kemari!" Kedua temannya ikut berkerumun untuk mengintip ke luar.

Seorang laki-laki yang agak bungkuk berpakaian kusam yang kedodoran serta mengenakan celemek berukuran besar, muncul dari balik pintu yang terdapat di ujung tangga yang menghubungkan lantai atap dengan tingkat sebelah bawah.

Orang itu membawa sapu, pengki, dan selembar kain lap. Ia memandang ke kanan dan ke kiri dengan sikap waspada.

Kemudian diletakkannya alat-alat pembersih yang dibawa, sedang ia sendiri bergegas-gegas menuju ke rumah jaga. "Bukakan pintu, Pete," kata Jupiter. "Ia bukan pengawal istana-dan kelihatannya ia tahu pasti bahwa kita ada di sini." Pete membukakan pintu secelah. Dengan cepat laki-laki itu menyelinap masuk. Ketika sudah berada di dalam, ia menghembuskan napas lega.

"Tunggu!" katanya dalam bahasa Inggris, tapi dengan logat yang kentara asing. "Pastikan dulu aku tidak diikuti orang!" Selama beberapa menit mereka mengintip ke luar dengan tegang. Tapi setelah itu berubah menjadi tenang, setelah memastikan bahwa tidak ada orang muncul dari bawah. "Bagus," kata orang yang baru datang itu. "Aku ini pelayan istana yang bertugas menjaga kebersihan. Aku tadi dengan diam-diam menyelinap naik kemari. Ada pesan dari Rudi. Ia berkata anak yang bernama Bob sudah ingat lagi atau belum?" "Bilang padanya belum," jawab Jupiter. "Bob masih tetap tidak ingat."

(09) TRIO DETEKTIF : MISTERI LABA-LABA PERAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang