BAB 10 KETAHUAN

95 18 0
                                    

Sebelum meninggalkan rumah jaga di atas atap istana, mereka membersihkan tempat itu dengan cermat. Semua sisa makanan- termasuk kertas pembungkus dan kantung plastik bekas tempat air-dikumpulkan, lalu dibuang ke bawah, ke arah sungai yang mengalir deras. Dengan begitu kalau ada orang datang memeriksa ke situ tidak ada lagi tanda-tanda bahwa mereka sebelumnya ada di tempat itu. Setelah semuanya beres, mereka duduk lagi sambil menunggu para penghuni istana tidur. Akhirnya Rudi berdiri.

"Sudah cukup lama kita menunggu," katanya. "Aku membawa dua senter lagi, berukuran kecil. Sebuah untukmu, Jupiter- sedang yang satu lagi kau yang memegangnya, Pete. Tapi baru nyalakan kalau benar-benar perlu! Aku berjalan paling dulu, sedang Elena paling belakang. Nah, kita berangkat sekarang." Satu per satu mereka melintasi tempat yang terbuka di atap menuju pintu sebelah atas tangga. Langit saat itu mendung, dan air hujan sudah mulai jatuh satu demi satu.

Begitu memasuki pintu mereka langsung menuruni tangga. Beberapa kali mereka berhenti sejenak sambil memasang telinga. Tapi tak ada bunyi sedikit pun yang terdengar. Mereka bergerak turun sambil meraba-raba, hanya diterangi cahaya senter di tangan Rudi yang sebentar-sebentar dinyalakan sekejap. Kelihatannya seperti kunang-kunang.

Mereka melalui gang yang gelap, menuruni tangga lagi lalu menyusur gang yang berikut. Bob serta kedua temannya tidak tahu lagi di mana mereka berada saat itu. Tapi Rudi kelihatannya tahu dengan pasti. Beberapa saat kemudian ia mendului masuk ke dalam sebuah kamar. Setelah semuanya masuk, pintu digerendel dari dalam.

"Sekarang kita bisa beristirahat sebentar," katanya. "Sampai di sini kita selamat. Tapi yang tadi itu masih merupakan bagian termudah. Mulai dari sini bahaya selalu mengancam.

Menurutku, mereka tidak mencari kalian lagi dalam istana ini- jadi kemungkinan adanya penyergapan kecil sekali. Sekarang pertama-tama kita harus mencari Labah-labah Perak dulu. Tak peduli apakah kita berhasil menemukannya atau tidak, kemudian kita harus turun ke ruangan bawah tanah. Dari situ kita menuju ke terowongan air limbah. Lewat terowongan-yang

rutenya sudah kuatur bersama Elena-kita akan sampai di gedung Kedutaan Besar Amerika, di mana kalian nanti minta perlindungan. Jika kalian sudah aman, Pengamen akan memasang selebaran di seluruh kota yang isinya mengumumkan bahwa keselamatan Pangeran Djaro terancam dan Adipati Stefan bermaksud hendak naik tahta secara paksa. Setelah itu- yah, kita tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi setelah itu. Kita hanya bisa berharap!

"Sekarang kita keluar lewat jendela lalu turun ke balkon sebelah bawah. Aku membawa tali yang kulilitkan ke perutku. Elena juga membawa tali, tapi yang itu kita simpan saja dulu. Siapa tahu, mungkin nanti diperlukan!"

Rudi mengikatkan talinya kuat-kuat, lalu meluncur turun dari jendela. Pete dan Jupiter menyusul, setelah terdengar bisikan bahwa Rudi sudah sampai di balkon bawah.

Bob dan Elena mengintip ke luar dari balik jendela. Dari arah bawah nampak sinar senter bergerak kian kemari menerangi lantai balkon. Rudi, Pete, dan Jupiter sedang mencari-cari Labah-labah Perak di situ. Mungkin barang itu terselip keluar dari kantung Bob ketika ia jatuh di situ kemarin malam.

Akhirnya cahaya senter padam. Terdengar suara Rudi berbisik ke arah Bob dan Elena, menyuruh mereka turun. Keduanya dengan segera menuruni tali yang kemudian dibiarkan tergantung, supaya kalau perlu nanti bisa naik lagi lewat situ. "Barang itu tidak ada di sini," bisik Rudi ketika semua sudah berkumpul di tempat gelap itu. "Mungkin saja terpental ke luar waktu itu dan jatuh ke sungai. Tapi aku lebih cenderung menduga bahwa Labah-labah keramat itu terlepas dari

genggaman Bob sewaktu ia bergerak lari ke balkon kamar kalian."

Kelima remaja itu lantas mulai beringsut-ingsut menyusur langkan yang kemarin malam mereka lalui. Pinggiran langkan itu melengkung. Kalau salah langkah sedikit saja, pasti akan terpeleset dan jatuh ke sungai yang mengalir di bawah. Tapi dengan jalan beringsut-ingsut sambil merapatkan diri ke dinding, risiko itu bisa dihindari. Setiap beberapa langkah Rudi berhenti sebentar, lalu meneliti bagian langkan di depannya dengan bantuan sinar senter. Siapa tahu- mungkin saja Labah- labah Perak itu terjatuh di situ. Tapi harapan itu sia-sia.

(09) TRIO DETEKTIF : MISTERI LABA-LABA PERAKWhere stories live. Discover now