BAB 8 BOB TIDAK INGAT LAGI

87 19 0
                                    

"Labah-labah Perak itu sudah ada padamu lalu kemudian hilang lagi?" Rudi menatap Bob dengan bingung. "Gawat," kata Elena. "Kenapa sampai bisa terjadi begitu?"

Jupiter menjelaskan duduk perkaranya. Dituturkannya bahwa Djaro mengatakan Labah-labah keramat itu hilang, dan kemudian meminta bantuan Trio Detektif untuk menemukannya kembali. Diceritakan pula bahwa Djaro mengajak mereka ke ruang penyimpanan harta kepangeranan untuk menunjukkan Labah-labah imitasi yang ditaruh sebagai pengganti, lalu menyatakan kecurigaan bahwa Adipati Stefan yang mengambil yang asli dengan tujuan tertentu-yaitu mencegah Pangeran Djaro naik tahta. Kemudian giliran Bob menceritakan

bagaimana ia menemukan Labah-labah Perak asli yang disembunyikan di bawah tumpukan sapu tangannya. "Sekarang mulai kupahami rencana jahat itu," kata Rudi menggumam. "Adipati menyuruh agar Labah-labah Perak disembunyikan dalam kamar kalian. Kemudian ia mengirim

orang-orangnya untuk menangkap kalian. Menurut rencananya, kalian akan ketahuan dengan Labah-labah itu di tempat kalian. Adipati Stefan akan menuduh bahwa kalian mencuri lambang kepangeranan itu, sedang Djaro karena kecerobohannya memberi peluang bagi kalian untuk melakukan pencurian itu.

Nama baik Pangeran akan tercemar karenanya. Kalian bertiga diusir keluar dari Varania, sementara semua hubungan dengan Amerika Serikat diputuskan. Adipati Stefan akan tetap berkuasa sebagai wali negara. Kemudian dengan alasan yang dicari-cari, ia akan memperkuat kedudukannya sebagai penguasa tetap di negara ini."

Rudi merenung.

"Sekarang pun ia masih bisa meneruskan rencana itu, walau Labah-labah yang asli benar-benar hilang. Ia akan tetap mendakwa kalian mencuri lalu menyembunyikannya, walau kami nanti berhasil membawa kalian dengan selamat ke gedung Kedutaan Amerika Serikat."

"Aku masih tetap belum mengerti," kata Pete sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Apa sebabnya Labah-labah Perak itu begitu penting artinya bagi kalian? Umpamanya saja benda itu musnah karena ada kebakaran atau karena sebab lain-kalau begitu lantas bagaimana?"

"Seluruh negeri akan berkabung," kata Elena menyela. "Tapi kesalahan tidak akan ditimpakan pada Pangeran Djaro. Memang

sukar sekali menjelaskan arti Labah-labah Perak Pangeran Paul bagi kami-orang Varania. Benda itu merupakan lambang segala- galanya yang sangat kami cintai: kebebasan, kemerdekaan, dan nasib baik kami."

"Mungkin saja kami ini terlalu percaya pada takhyul," kata Rudi menambahkan, "tapi ada legenda yang menjadi dasar kepercayaan kami itu. Menurut kisah lama, Pangeran Paul sewaktu dinobatkan bertitah, bahwa seperti halnya seekor labah-labah menyelamatkan jiwanya serta mendatangkan kemerdekaan bagi rakyatnya, maka kebebasan dan nasib baik akan selalu terjamin selama Labah-labah Perak berada dalam keadaan selamat. Bisa saja ia tidak benar-benar mengatakan begitu-tapi setiap orang Varania percaya bahwa begitulah yang pernah diucapkan oleh Pangeran Paul. Lenyapnya Labah-labah Perak akan merupakan bencana nasional. Memikulkan tanggung jawab pada Pangeran Djaro atas kejadian itu-biarpun tidak secara langsung-akan menyebabkan rakyat negara kami yang sekarang sangat mencintainya kemudian berbalik dan memperoleh kesan bahwa ia tidak layak menjadi pangeran." "Tidak," sambungnya setelah agak lama termenung, "Adipati Stefan akan keluar sebagai pemenang, apabila kita tidak berhasil mengembalikan Labah-labah Perak yang hilang itu pada Pangeran Djaro."

"Wah-gawat!" kata Bob cemas. "Coba tolong aku mencarinya sekali lagi. Mungkin tadi aku kurang teliti."

Kini Pete dan Jupiter menggeledah kantung-kantung teman mereka itu. Bahkan lipatan celana pun ikut diperiksa. Tapi dalam hati mereka sudah tahu bahwa itu sia-sia belaka. Labah- labah Perak itu tidak mungkin masih ada pada Bob.

"Coba kauingat-ingat, Bob!" desak Jupiter. "Tadi kan masih ada di tanganmu. Kauapakan kemudian?" Bob berusaha mengingat sambil mengerutkan kening.

"Aku tidak tahu lagi," katanya. "Paling akhir yang kuingat adalah bunyi pintu digedor-gedor dari luar, lalu Rudi masuk lewat jendela. Setelah itu segala-galanya lenyap dari ingatan, sampai tahu-tahu aku tergeletak di lantai balkon dan Rudi membungkuk memperhatikan diriku."

Sambil mencubiti bibir bawahnya, Jupiter menyebutkan suatu istilah dari bidang kedokteran.

"Jika seseorang mengalami benturan pada kepala, bisa saja terjadi bahwa orang itu melupakan hal-hal yang terjadi beberapa saat sebelum kejadian itu," katanya menjelaskan. "Kadang-kadang yang dilupakan segala hal yang berlangsung beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu sebelumnya, tapi bisa juga hanya beberapa menit yang terakhir. Ingatan pada hal-hal yang dilupakan itu biasanya lambat-laun datang lagi-tapi tidak selalu begitu! Rupanya itulah yang terjadi dengan Bob.

Ketika kepalanya tadi membentur lantai balkon, ingatannya pada peristiwa beberapa menit sebelumnya hilang." "Kurasa memang itulah yang terjadi," desah Bob sambil

meraba-raba kepalanya yang benjol. "Samar-samar kuingat lari kian kemari dalam kamar tadi, mencari tempat yang baik untuk menyembunyikan Labah-labah keramat itu. Tentu saja saat itu perasaanku sedang gugup sekali! Tapi aku masih ingat bahwa aku tidak jadi menyembunyikannya di bawah kasur, di bawah permadani, atau di belakang lemari-karena kalau di situ pasti akan ditemukan dengan cepat."

"Tindakan yang wajar pada saat begitu ialah memasukkannya ke dalam kantung ketika kau melihat aku tiba-tiba muncul," kata Rudi membantu Bob mengingat-ingat. "Mungkin kemudian terjatuh, ketika kau terpeleset dari tali dan terbanting ke balkon."

"Atau mungkin juga masih ada di tanganku ketika aku bergegas lari ke balkon kamar kami," kata Bob dengan murung. "Lalu ketika aku mulai beringsut-ingsut sepanjang langkan, tanganku terbuka karena meraba-raba dinding dan barang itu terjatuh. Mungkin sekarang ada di langkan. Atau mungkin pula jatuh ke halaman istana."

"Kalau ke situ jatuhnya, pasti akan ditemukan orang," kata Rudi setelah beberapa saat terdiam. "Dan kalau ditemukan, kami pasti akan mendengar kabarnya. Tapi kalau tidak-" Ia memandang ke arah Elena. Gadis itu mengangguk.

"Besar kemungkinannya orang-orang suruhan Adipati Stefan takkan mencarinya dalam kamar kalian," katanya. "Mereka pasti beranggapan Labah-labah Perak itu masih di tangan kalian. Jadi jika sampai besok malam belum ditemukan, kita harus mencarinya di halaman bawah."

(09) TRIO DETEKTIF : MISTERI LABA-LABA PERAKWhere stories live. Discover now