28. Kehidupanku

104 30 68
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu Arumi sudah terjadi. Hari ini seperti yang diberitahukan Farhan minggu lalu, sekolah mengadakan acara amal.

Acara amal yang dimaksud adalah setiap ekstrakulikuler menampilkan perwakilan dari masing-masing mereka untuk menampilkan kebisaan tersendiri. Dan grup rohis diwakili oleh Arumi Khairunnisa. Bukan karena paksaan atau disuruh-suruh, Arumi memang menginginkan untuk tampil di depan umum. Ada sesuatu yang harus dibagikannya kepada semua orang termasuk dirinya sendiri.

"Rum, kamu siap?" tanya Farhan.

Lucu saja melihat Farhan bagi Arumi. Dia yang tampil malah Farhan yang gugup. "Kamu keliatan gugup begitu, bukannya aku yang tampil," ujar Arumi diselingi tawa.

Wajah Farhan tersipu malu. "Y-ya ... gimana, ya. Pokoknya semangat," timpal Farhan kemudian menjauh meninggalkan Arumi.

Semua orang sibuk menyiapkan tempat duduk bagi para tamu undangan. Belum lagi ada yang teriak-teriak menyuruh mereka menghiasi panggung agar rapi.

Arumi mengedarkan pandangannya, mencari Karina. Ia ingin mencari dimana gerangan Karina sekarang. Seperti di episode sebelumnya, mereka berdua sudah berdamai dengan kesalahan yang sengaja diperbuat. Karina sudah meminta maaf dan Arumi memaafkannya. Beruntung waktu itu Farhan ditemui oleh Liani– orang yang menjadi penerang dari sebuah perpecahan.

Lagi-lagi, kumpulan geng rudal menghalangi langkah Arumi. "Eitss! Tumben maskernya di pakai, Neng," cibir Lita.

"Tauk, tuh! Padahal udah ketahuan busuknya," tambah Anita yang tiba-tiba muncul membelah kumpulan geng rudal.

Arumi sudah mempan dengan perlakuan sekawan itu. Seperti yang dikatakan Farhan 'jika ada geng rudal, pergi aja.' Arumi melangkahkan kakinya meninggalkan geng rudal beserta Anita. Tentu saja mereka tambah kesal dengan tingkah Arumi.

langkah Arumi tertuju ke rooftop sekolah. Langkah yang tidak terpikirkan itu membawa keberuntungan, Arumi bertemu dengan Karina yang sedang duduk dipembatas rooftop. Tentu saja Arumi dibuat panik.

"Karina! Bahaya, turun dong!" titah Arumi kepada temannya yang berubah dalam semalam itu. Karina menengok ke arah suara. Betapa kagetnya ia yang memanggil itu adalah Arumi. Orang yang telah ia perlakukan semena-mena.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Turun dulu, tapi," pinta Arumi sekali lagi.

Dalam hati Karina telah menyesali perbuatannya. Sungguh tidak pantas baginya untuk melihat Arumi sekarang ini. Walau sudah berbaikan, Karina masih merasa tidak enakan jika bertemu Arumi.

Karina akhirnya turun dari pembatas tersebut. "Mau ngomong apa?" tanya Karina memalingkan wajah dari tatapan Arumi.

Arumi menurunkan maskernya. "Terima kasih, Karin." Lagi-lagi Arumi tidak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih.

Karina tertawa melihat tingkah Arumi yang agak kikuk, padahal dirinya sendiri juga sedang kikuk. "Santai aja kali, Rum. Malahan aku yang mau terima kasih."

Arumi mendekat ke arah Karina, menggenggam erat tangan sahabatnya. Mereka berdua membalik badan mengarah ke sinar matahari pagi yang menyehatkan tubuh. Dengan lantang keduanya bersorak sebuah kata. "Insya Allah sahabat untill jannah!" Setelah bersorak seperti itu keduanya tertawa melepas keraguan sekaligus perasaan bersalah bersama.

Lalu tiba-tiba saja, pintu rooftop dibuka paksa oleh seseorang.

Brakk!

"Aku enggak diajak," ucap Farhan, manyun. Arumi kembali menaikkan maskernya. Tangan yang tadi menggenggam Karina ia lepas melambai ke arah Farhan. "Sini! Ikutan," ajaknya kemudian.

Arumi Khairunnisa <TAMAT>Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon