[]Part 25[]

328 39 0
                                    

Ting... Tong...

Suara bel terdengar di seluruh penjuru rumah. Hal itu membuat seorang wanita paruh baya yang semula tengah berkutat dengan ponselnya berjalan menuju pintu utama.

Matanya berbinar saat ia membuka pintu dan dihadapannya sudah terpampang jelas gerombolan manusia yang tengah memberikan lengkungan senyum ke arahnya.

"Wahh, rame banget kayak hajatan. Ayo masuk," ujar wanita paruh baya itu. Kata-katanya menghentikan sepasang tangan yang hendak memeluknya. Membuat pemilik tangan itu tersenyum kecut ke arahnya.

"Bisa-bisanya ada ibu-ibu kayak kamu, Kir," ujar pemilik tangan itu.

Kirana yang tak sadar akan kelakuannya mengerutkan dahinya heran. "Emang aku kenapa, May?" tanyanya.

Wanita yang dipanggil May itu tak membalas. Dia hanya mendengus pelan saja. Membuat Kirana mengangkat kedua bahunya tak mengerti.

"Em, yaudah ayo masuk. Disini dingin," ujar Kirana mempersilahkan tamunya masuk.

Mereka semuapun mulai melangkah memasuki rumah minimalis modern milik keluarga Kirana. Wanita itu mengarahkan para tamunya guna menuju ke ruang makan. Dimana disana mereka sudah ditunggu oleh keluarganya. Ya, malam ini mereka akan mengadakan acara makan malam kecil-kecilan yang hanya di hadiri oleh 3 keluarga saja.

"RIONNNNN, KAK REPA KANGEN BANGET."

Semua mata kini tertuju pada sosok Reva yang tengah duduk di kursi makan dengan kedua tangan terentang ke arah sosok anak kecil berumur sekitar 4 tahunan.

Mendapat perkataan seperti itu dari Reva, anak kecil itu beringsut mundur dan memilih berlindung di belakang tubuh kakaknya, Vivi.

"Yahh, Rion gak mau yah sana kakak Reva? Kak Reva sedih nih," ujar Reva dengan nada sedih yang dibuat-buat. Gadis itu bahkan berpura-pura menghapus air matanya. Padahal matanya kering-kering saja.

Erion yang sedikit mengintip Reva mulai merasa bersalah, bocah lelaki itu kini mulai keluar dari belakang tubuh Vivi. Dia tersenyum dan berjalan seperti tengah menjadi pengibar bendera memutari meja guna sampai kepada Reva. Saat sudah dekat, Erion segera memeluk Reva. "Lion mau kok sama kak Leva. Kak Leva jangan sedih," ujarnya.

Reva yang mendapati perilaku Erion seperti ini mulai menerbitkan senyum devilnya. Seperti biasa, Erion mudah sekali di tipu.

Reva mulai mengangkat Erion ke pangkuannya, dia kemudian menguyel-uyel kedua pipi Erion tanpa ampun. Hal itu tentu saja membuat bocah lelaki itu berteriak. "Aaaaa, Kwa Levwa, jwanan mwainin pwipwi Lwion," ujarnya tak jelas.

Reva tertawa puas, dia masih belum mau melepaskan Erion walaupun anak itu terus saja berteriak. Namun, teguran dari Kirana membuatnya terpaksa harus berhenti.

"Re, udah ih. Kasian Rion. Lagipula kita harus mulai makan-makannya, keburu makin dingin "

Reva menurunkan Erion dari pangkuannya. Kemudian bocah lelaki itu mulai berjalan lunglai ke arah orang tuanya. Meminta digendong dan kemudian Rion mulai mengeluarkan air matanya. Sudah biasa, ah, mengapa juga ia harus percaya dengan Reva? Padahal setiap bertemu juga Reva selalu menipunya.

"Usstt, Rion makan dulu, yah. Nangisnya udahan," ucap Mayang seraya mengelus punggung Erion.

"Hiks... Kak Leva nyebelin. Hiks... Hiks..."

"Iya, kak Reva emang nyebelin. Makannya Rion gak boleh nangis, nanti kak Revanya malah makin nyebelin," tutur Vivi ikut menenangkan adiknya.

"Iy... Hiks... Iya, Lion gak nangis. Tap--tapi, Lion mau duduk di paha kakak Andla," ucap Erion seraya menunjuk Andra dengan tangan kanannya. Sedangkankan tangan kirinya ia gunakan untuk mengucek matanya.

Andra yang merasa terpanggil kini menoleh ke arah Erion. Pria itu menerbitkan senyum kecilnya lalu mulai berjalan ke arah Erion. Tangannya terulur guna menggendong anak itu. "Sini," ujarnya.

Erion yang masih sesenggukan kini sudah berada di gendongan Andra. Andra pun mulai berjalan kembali ke arah kursinya yang ada di samping Nathan.

"Nah udah tenang. Ayo dimakan dulu, rumpinya nanti aja," ujar Kirana mempersilahkan mereka semua makan.

Selang beberapa menit, acara makan-makan pun selesai. Para orang tua memilih untuk mengobrol di ruang tamu, sedangkan anak-anak mereka memilih untuk pergi ke halaman belakang.

Andara Reva, gadis berhoody putih itu kini terlihat tengah bersantai di atas sebuah hammock single. Di pangkuannya terdapat sebuah bungkusan snack yang sedang ia makan. Pandangannya tertuju lurus ke arah 4 orang manusia yang terlihat sedang mengobrol satu sama lain. Tak jarang juga, mereka bertingkah usil hingga menimbulkan gelak tawa.

Reva berdecak, ia bosan diam  seorang diri disini. Ingin menghampiri mereka, nanti ada sosok anak kecil yang mengamuk karenanya. Ah, tak adil! Lagian, mengapa juga anak itu marahnya lama begini? Biasanya dengan akting super milik Andara Reva, Erion akan luluh seketika. Namun kini, ah, Reva bahkan tak bisa membayangkan kalau ia tak dapat memegang pipi Erion lagi. Huhuhu.

"Re, lo masih betah menyendiri? Kasian banget," seru pemuda dari depan sana.

"Gu--"

"ABANG! GAK USAH MANGGIL KAK LEVA!"

Reva mendelik saat teriakan Erion menyela ucapannya. Anak itu benar-benar menyebalkan malam ini.

"GUE KAN SAKTI. TENANG AJA, GUE BISA BIKIN KAGE BUNSHIN, MANA PERNAH KESEPIAN," Teriak Reva.

Tak ada sahutan lagi, Reva kini kembali memperhatikan teman-temannya disana. Pandangannya jatuh ke arah sosok Vivi yang tengah mengobrol bersama Nathan. Mereka tampak begitu asik di mata Reva, sesekali keduanya tertawa bersama. Menghiraukan Erion yang kini tengah bermain kejar-kejaran bersama Andra.

Reva melengkungkan sebuah senyum manis, tangannya ia kepalkan dan ia angkat di udara. "Yes! Bener kan mereka cocok," gumamnya.

"Eh, tapi tapi, kasian Vivi kalau sama si badak. Yang ada dijailin mulu dia. Emm, eh, tapi Nathan kan cuma jail sama gue doang. Ah, berarti aman. Keysip, tinggal nunggu tanggal jadian. Muehehehe," celoteh Reva seorang diri.

"Ekhem..."

Reva tersentak saat suara dehaman terdengar langsung di telinganya. Ia menengok ke belakang, tadinya ia akan menghajar orang yang dengan seenaknya berdeham tepat di depan telinganya. Namun, saat sadar orang yang melakukan itu adalah Mayang, Reva mengurungkan niatnya. Bisa masuk Neraka ia kalau benar-benar melakukan itu.

"Eh, tan. Ngangetin aja kayak ondel-ondel," ujar Reva lengkap dengan cengirannya.

"Jadi tante kayak ondel-ondel gitu?" tanya Mayang.

Reva melebarkan matanya, dia segera menggelengkan kepalanya guna membantah ucapan Mayang. "Bukan, tan, bukan. Jangan suuzon dulu atuh," ujarnya.

Mayang terkekeh. "Tante tau kok. Ngomong-ngomong, kamu setuju yah kalau Vivi sama Nathan? Tante denger loh kamu ngomong apa aja," tanyanya.

Tanpa berfikir panjang, Reva segera memberikan kedua jempolnya ke arah mayang. Ekspresinya terlihat begutu meyakinkan sekarang. "Setuju banget, tan," balasnya.

Mayang tersenyum kecil, dia tak membalas ucapan Reva. Wanita itu kini memilih memperhatikan anaknya yang masih berbincang dengan Nathan.

Reva pun sudah tak memberikan atensinya untuk Mayang. Dia memilih kembali memperhatikan ke depan. Ke arah teman-temannya.

=====

Krisar+votenya maniez. Muehehehe.

----------TBC----------

HAMA [COMPLETED]Where stories live. Discover now