[]Part 34[]

285 34 2
                                    

Reva yang tengah merebahkan dirinya di atas sofa seraya menonton acara gosip menghela nafasnya bosan. Ini adalah hari sabtu, yang berarti sekolahnya sedang libur, dan ia sama sekali tak ada rencana apapun untuk hari ini. Akhir-akhir ini ia selalu menghabiskan waktu dalam rasa bosan. Meskipun keadaan rumah yang tenang seperti sekarang adalah hal-hal yang pernah Reva impikan, namun entah kenapa ia malah sangat bosan karenanya.

Reva beralih posisi menjadi tengkurap di atas sofa, kepalanya ia benamkan pada sofanya itu, sedangkan kedua tangannya ia biarkan menumpu hingga menjuntai pada lengan kursi. Gadis itu memejamkan matanya, berharap saat ia terpejam ada sebuah ide yang muncul secara ajaib di kepalanya.

Beberapa saat Reva seperti itu, namun nyatanya ia tak menumukan apapun sama sekali, hanya gelap yang bisa ia lihat saat ia terpejam. "Bosen banget gue, aduh aduh bisa meninggoy karna kebosenan ini," ucapnya.

Plakk

"Astagfirullah."

Reva secara spontan segera bangun dari tengkurapnya saat ia merasakan ada sebuah tangan yang menampar bokongnya. Reva menoleh ke arah kananannya, disana ia menemukan sosok Kirana yang tengah bersedekap dada seraya menyorotnya sinis. "Kamu itu, yah, kalau ngomong jangan sembarangan!" ucap wanita itu.

Reva memajukan bibirnya seraya membenarkan posisi duduknya. "Bercanda, mah, serius banget, sih jadi ibu-ibu," balas Reva.

"Hm saja. Kamu kalau bosen, main sana," ucap Kirana seraya mendudukan dirinya di samping Reva. Mengambil remot tv dan segera memencet salah satu tombolnya. Memindahkan acara yang sedang Reva tonton ke sebuah ftv fenomenal yang sangat menguras emosi.

Reva tak protes, karna memang ia sudah tak bersemangat untuk menonton acara gosip itu lagi. Malas, setiap hari yang ditayangkan itu-itu saja. "Gak ada temen mainnya. Kalo ada juga aku udah cus keluar, mah," balas Reva.

Dengan pandangan yang fokus ke arah televisi, Kirana berucap, "Elvin? Biasanya dia ngapel kesini, tuh. Main sama dia aja."

"Sibuk," jawab Reva singkat.

Kirana tak membalasnya lagi, wanita itu sekarang sedang sangat fokus pada kegiatan menontonnya, melihat sang tokoh protagonis yang difitnah sangat kejam oleh tokoh antagonis.

Melihat Kirana yang anteng sendiri, rasa bosan Reva semakin menjadi. Ia butuh keluar sekarang! Ah, atau ia butuh melakukan kegiatan yang menyenangkan sekarang. Langkah pencegahan agar ia tak depresi. Oke, sepertinya ini berlebihan, tapi, tak apa-apalah, suka suka Reva.

Reva menusuk-nusuk punggung Kirana yang membelakanginya. "Mah, ayo keluar. Beli apa kek, belanja yuk belanja," ajak Reva.

"Malas. Lagi seru-serunya ini. Liat tuh, si jahatnya bentar lagi dapet hidayah," jawab Kirana tanpa menoleh sama sekali.

Reva cemberut, dia menarik-narik pakaian Kirana dan berujar, "Dapet hidayah trus ntar ketabrak mobil. Udah kebaca. Mah, ayo dong tolongin pwincess."

"Diem, Re. Baju mama terkontaminasi tangan kamu, ntar. Lagian kamu, ih, sejak Nathan pindah uring-uringan mulu. Tiap menit gabut, tiap detik gabut. Gak ada gairah hidup banget, sih," ucap Kirana.

Reva memberenggut. "Berlebihan banget, sih mama. Aaaaa, aduh aduh, gabut banget tolonggg, maaaa, aku depresot nih, aaaaa GABUT!" racau Reva seraya membentur-benturkan kepalanya pada punggung Kirana.

Kirana berdecak, mumpung sedang iklan, Kirana berbalik ke arah Reva. Dia memegang kening anaknya guna menahan agar kepala gadis itu diam. "Ke rumah Nathan sana. Bilang, ntar malem kesini, keluarganya Vivi mau dateng. Dia wajib datang. Sana sana, hus-hus," ucapnya dengan tangan kiri yang bergerak seperti mengusir seekor ayam. Sedangkan tangan kananya masih memegang kening Reva.

HAMA [COMPLETED]Where stories live. Discover now