[]Part 14[]

505 68 21
                                    

Reva berjalan cepat dengan mood yang sangat buruk. Kakinya ia hentak-hentakan pada lantai koridor. Tak peduli meskipun ia diperhatikan saat ini. Jangan tanya itu ulah siapa, karna pasti hanya Nathan yang bisa melakukan itu.

Nathan yang berjalan tak jauh dibelakanganya terkikik pelan melihat Reva kesal padanya. Ia heran kenapa Reva bisa sekesal itu hanya karna ia jadikan tumbal untuk mengerjakan soal Fisika di depan kelas saat pelajaran terakhir tadi. Coba, apa Nathan salah melakukan hal mulia seperti itu?

"Re, di depan ada gajah terbang tuh. Awas nabrak," seru Nathan.

Reva tak peduli, dia hanya menggerutu pelan dan terus menyumpah serapahi Nathan dengan mulutnya itu. Kesal, sangat kesal. Karna pemuda badak itu, Reva harus rela mendapat segala wejangan dari guru yang memberitahunya agar belajar Fisika dengan giat. Hal itu terjadi karna Reva sama sekali tak bisa mengerjakan satu soalpun saat di depan kelas tadi.

Reva telah sampai diparkiran, saat ini dia sudah berdiri di belakang motor Nathan. Mengambil helmnya sendiri dan segera memakainya dengan kasar. Setelah itu ia menjauh, berjalan ke depan gerbang dan menunggu Nathan disana.

"Reva!"

Reva menoleh ke arah samping saat dirinya mendengar namanya dipanggil. Senyumnya timbul seketika saat sosok Vivi melambai ke arahnya. Rasa kesalnya seketika sirna hanya karna melihat Vivi.

Reva berjalan cepat menghampiri Vivi. Ia rindu dengan temannya itu. Terhitung sudah sekitar satu bulan setengah mereka tidak bertemu. Oh iya, sudah selama itu juga Reva mendapat hadiah-hadiah seperti coklat dan kawan-kawannya di sekolah. Seram? Tentu saja tidak, gadis itu malah sangat senang dengan itu semua. Apalagi kalau kirimannya adalah susu strawberry dan makanan pedas. Ahh, itu adalah surga dunia untuk Andara Reva.

"Vivi! Kangen banget gue," ujar Reva saat dirinya sudah berada di hadapan Vivi.

Vivi tersenyum lebar. "Gue juga kangen," balasnya.

"Nathan mana?"

Reva mengalihkan pandangannya pada sosok yang berdiri di sebelah Vivi. Sosok lelaki dengan almamater OSIS yang sedang menatapnya datar. Ck, Reva heran kenapa pria itu gemar sekali mengenakan almamater OSIS. Padahal dia akan lebih keren kalau mengenakan Hoody atau jaket.

"Gak tau. Ilang kali, dibawa sama gajah terbang," jawab Reva tidak peduli.

Andra menghela nafasnya. Sudah ia duga bertanya pada Reva tak akan menghasilkan apapun.

Tak lama, motor KLX oren berhenti tepat di tempat mereka. Membuat Reva kembali cemberut.

"Yo, Dra, Vi," sapa Nathan seraya memberikan tos pada mereka berdua.

"Ada acara apa, nih kalian bisa sampe nyasar kesini?" tanya Nathan.

Vivi menggeleng. "Gak ada acara apa-apa. Kami pengen aja ketemu kalian. Udah lama banget, kan?"

Reva mengangguk-nganggukan kepalanya. "Kalau gitu, jalan-jalan, yuk! Tapi gue gak mau bareng Nathan. Nebeng sama Andra boleh, yah?"

Vivi tertawa pelan, pasti kedua orang yang ia temui baru saja berperang. "Kalau gitu, gue sama Nathan, yah? Ada yang perlu diomongin," ujarnya.

Reva melotot seraya menggeleng. Tunggu-tunggu, kalau Vivi bersama Nathan, berarti Reva akan berdua dengan Andra, dong? No, bisa-bisa ia diamuk pacar Andra nanti. Dulu saja saat Reva dan Andra duduk bersebelahan di taman kota, pacarnya Andra marah-marah kepadanya. Padahal, waktu itu tak hanya ada mereka berdua. Vivi dan Nathan pun turut hadir disana.

"Enggak bisa! Gue takut diamuk cewek Jepang itu. Galak banget dia kalau sama gue. Kayak Kunti aja" tutur Reva menyampaikan keresahannya. Andra yang mendengar perempuan favoritnya disinggung, menatap Reva datar. Tidak, tidak, itu bukan datar, tapi lebih ke seram. Reva saja sampai bergidik pelan.

HAMA [COMPLETED]Where stories live. Discover now