23. null

8.1K 1.2K 267
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jeno melepaskan pelukan Mark, wajah pemuda itu terlihat gusar. Mimpinya barusan membuatnya harus berpikir seperti orang dewasa saat remaja seusianya hanya akan bermain-main saja dan mungkin begitulah Mark. Ia menatap tempat tidur baby Jea, jika mimpinya menjadi nyata maka seumur hidup ia tak akan bisa memaafkan dirinya.

Di samping itu, ini juga menyangkut hati dan perasaannya. Jelas di sana ia juga menjadi egois hanya karena membiarkan Mark mengejar cinta wanita lain padahal mereka sudah bersama belasan tahun. Mimpi itu menggambarkan perpisahan dengan alasan tanpa cinta, tapi Jeno dia bukan tidak cinta hanya saja... dia takut terluka dan ditinggalkan.

"Kamu udah baikan?"

Jeno menoleh, melihat wajah Mark yang terlihat khawatir. Memang nyatanya begitu, Jeno berteriak dan terbangun dengan kondisi panik dan bergetar. Wajahnya terlihat pias dengan keringat dan air mata.

"Mark..."

"Hm?"

Namun Jeno diam, matanya hanya terpaku memandang paras tampan di depannya. Walau bayangan menyakitkan ketika Mark berbagi saliva dengan wanita lain melintas di benaknya. Membuat matanya seketika terpejam erat.

"Jeno!" Mark memegang danmengguncang pelan bahu yang lebih muda. "Kamu kenapa? Buka matanya? Hey!" Mark berganti membingkai wajah rupawan Jeno membawanya mendekat sampai ia bisa merasa embus Jeno yang tak stabil.

"Jeno jangan begini! Maafkan aku, aku salah... tolong buka matamu!"

Jeno mendengar hanya saja sulit memandang wajah Mark saat perasaannya sedang sekacau sekarang. Jadilah ia tetap menutup mata walau sudut-sudut mata cantiknya sudah beruraian air mata. Dan itulah saat Jeno merasakan bahwa ia untuk pertama kalinya mengakui bahwa cinta berhasil mengetuk pintu hatinya.

Mark memeluknya, membisikinya kata maaf dan menyuruh Jeno membuka matanya. Dia mengkhawatirkan Jeno, semakin terasa menyesakkan saat melihat pemuda itu menangis dengan mata yang terpejam erat seolah tak ingin melihatnya.

Mark memeluknya, tapi Jeno tak membalas pelukannya. Mark mengerti bahwa mungkin sekarang Jeno teramat membencinya, tapi terlalu lemah untuk lepas darinya. Kesalahan Mark masih sama, ia egois dan memainkan perasaan Jeno. Bahkan ia tadi memilih berkata dusta ketimbang minta maaf sebagaimana yang sudah ia latih sepanjang perjalanan pulang. Mark masih menjadi pengecut yang tak berani mengambil keputusan.

Harusnya ia bisa lebih dewasa, yang menarik Jeno dalam ikatan ini adalah dirinya. Namun ia masih berlaku kekanakan dengan bermain-main dengan pemuda yang merelakan hari mudanya direnggut paksa.

"Maafkan aku... maafkan aku, Jeno. Dari awal semua kesalahanku... jangan begini, ku mohon!" Mark melepas pelukan, kembali ia tatapi wajah kusut penuh derai air mata itu. "Seburuk apa mimpimu? Buka matamu Jeno, aku di sini." Mark menyatukan kening mereka.

Oh My Baby [MARKNO]✔Where stories live. Discover now