27. pulang (last)

14.3K 1.2K 410
                                    

Jeno mengurung dirinya di kamar

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jeno mengurung dirinya di kamar. Mama Oh dan Marco berupaya membujuk remaja tanggung itu agar keluar dari kamarnya setidaknya mengisi perutnya yang kosong karena sejak kemarin belum makan atau minum. Jeno benar-benar terpuruk, ini membuat trauma baru untuknya yang masih berusia sangat muda. Jeno pikir pernikahan dan cinta itu adalah hal yang pasti, tapi nyatanya semua hanyalah tentang kapan kekecewaan itu datang cepat atau lambat.

"Jeno sayang, ayo keluar, Nak, mamah udah masakin kamu makanan kesukaan kamu, loh." Mamah Oh berupaya membujuk Jeno.

Namun, Jeno masih bertahan mengurung dirinya.

"Mah keknya ga bakalan berhasil kalau cara gini, biarin Marco dobrak pintunya. Jeno setidaknya harus minum."

Guratan kekhawatiran di wajah yang tak lagi muda itu membuat Marco ikut merasakan ketakutan yang sama. Walaupun ragu, mamah oh mengizinkan Marco mendobrak pintu kamar Jeno.

Bruk!

Sekali percobaan tak membuat pintu itu lantas terbuka, Marco harus berkali-kali menubrukkan badannya ke pintu agar terbuka. Mamah Oh merasa makin khawatir dengan keadaan putranya, karena bagaimanapun hal ini juga didasari oleh kesalahannya.

Brak!

Pintu akhirnya terbuka, Mamah Oh dan Marco masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi Jeno. Mamah Oh melihat putranya yang melamun di atas tempat tidurnya, pandangannya nampak kosong dengan kondisi yang terlihat sangat tidak baik. Kulit putihnya terlihat makin pucat, rambut cokelat madunya berantakan seperti habis terkena jambakkan, kantung matanya terlihat hitam juga bekas darah kering yang berada di bawah hidungnya.

Mamah Oh berlari menuju putranya, memeluk anak satu-satunya itu dengan sayang sesekali menciuminya. Mamah Oh menyesal, jika bisa ia ingin mengembalikan waktu dimana ia tidak memaksa Jeno dan mendengarkan penjelasan putranya dibandingkan mempertahankan reputasinya sebagai publik figur. Mengusap kepala putranya, mamah Oh ikut menangis. Selanjutnya ia akan membantu Jeno menyembuhkan lukanya, membebaskan dia dari orang yang berjanji menjaganya tapi malah menyakitinya.

"Mamah janji, mereka tidak akan mendapatkan hak asuh Jea. Mamah akan berusaha untuk kamu, Sayang."

Jeno tersadar, ia melepaskan pelukkan sang mamah, matanya bergetar sambil menatap mamah. "Jeno ga mau pisah, Jeno sayang Mark, Jeno sayang baby Jea... Jeno mau keluarga yang utuh untuk baby Jea."

Mamah Oh membelai dan mengusap wajah putranya, ia menggeleng lemah. "Di sana bukan tempatmu, Sayang."

"Tapi itu rumah Jeno, Mah. Kita udah janji di depan Tuhan, Mark tempat Jeno pulang..."

Dengan berat hati mamah Oh kembali menggeleng. "Maafkan mamah, Sayang. Jangan pernah melihatnya lagi, kita akan pergi dari negara ini dan memulai semuanya di negara lain. Kita dan baby Jea, mengerti?"

Jeno ingin menyangkal, tapi sakit di kepalanya kembali datang membuatnya berteriak kencang. Degup jantunya melambat tapi berdetak keras, membuatnya terasa sangat menyakitkan. Mamah Oh dan Marco menenangkan Jeno, tapi Jeno seakan tak bisa mendengar mereka juga pandangannya samar berubah-ubah.













Oh My Baby [MARKNO]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora