EPILOG

4.9K 455 94
                                    

6570 hari terlewat setelah kepergian kamu.

Semua kenangan yang sempat di buat masih tersimpan rapih di hati.
Semua figura yang melambangkan dirimu masih terpajang dengan rapih di rumah peninggalanmu.
Semua rasa kesedihan yang kau tinggalkan masih membekas di hati.
Barang barang kesukaanmu yang kau tinggalkan, terpajang rapih di lemari kaca yang berada di kamarmu. Yang kini, tampak seperti museum bagiku.

Aku baik baik saja.
Aku hidup dengan sehat bersama anaku dan wanita yang waktu itu kamu bilang cantik.
Sayangnya, wanita itu juga telah meninggalkanku sama sepertimu.

Hidup bahagia dengan seorang anak adalah keinginan semua orang, begitu juga denganku. tapi aku masih merasa kurang karna tidak adanya dirimu di sini. merawat anaku bersama sama seperti sebuah keluarga yang bahagia.

Aku berjanji untuk tak melupakanmu.
Tentunya karna aku masih menyayangimu.
18 tahun hidup tanpamu, rasanya sangat menyedihkan.
Aku, mencintaimu sampai aku kembali pada tuhan.

Seorang laki laki berkacamata dengan pakaian santay yang sedang berada di ruang kerjanya itu menyenderkan punggungnya pada senderan kursi. Melepas kacamatannya dan menaruhnya di saku baju.

Di pejamkannya mata yang sudah mulai terasa sakit akibat terus menerus berhadapan dengan layar monitor itu.

Dia baru saja selesai membuat cerita barunya yang akan di terbitkan minggu depan. Dan itu sangat membuatnya merasa lega. Lega karna dia bisa menyelesaikan ceritanya jauh dari tanggal penerbitan.

Cerita yang ia buat saat ini adalah cerita yang dia ambil dari kehidupannya. Dalam kata lain, ini semua di ambil dari kisah nyata.

Dia, Jay. Tidak tau kenapa dia sangat ingin menuliskan kisah cintanya sendiri dan menerbitkannya. Dia hanya ingin membuat semua orang tau bahwa takdir tidak selamanya berjalan baik.

Terlepas dari semuanya, Jay memutuskan untuk menjadi seorang penulis dibandingkan menjadi seorang pengusaha. Ntah kenapa Jay memeilih untuk menjadi seorang penulis. Yang ia tau, penulis itu bisa mengutarakan isi hatinya.

Ting!

Bel ruang kerjanya berbunyi. Membuatnya mau tak mau harus menyahut untuk bertanya siapa yang membunyikan belnya.

“siapa?” tanyanyansedikit berteriak.

“ini saya tuan” ujar seseorang di luar sana.

Rupanya, itu adalah kepala pelayan rumah ini.

“ada apa bibi?” tanya Jay.

“saya cuma mau ngingetin, kalo tuan muda  akan keluar dari kelasnya 15 menit lagi. apa pak tono yang harus jemput ?” tanyanya.

Jay melirik jam tangannya, benar. Ini sudah hampir jam 12 siang. Anaknya akan keluar kelas sebentar lagi. Dia harus menjemputnya.

Ya beginilah Jay, seorang ayah yang super protektif. Bahkan saat anaknya sudah remaja dan sudah masuk sekolah menengah atas, dia masih harus menjemputnya karna tidak memperbolehkan anaknya memakai kendaraan sendiri.

“gausah bi, saya aja yang jemput Yaowen” jawab Jay

“yaudah, kalo gitu saya pergi dulu tuan” ujar bibi itu lalu pergi.

Jay bergegas mengambil kunci mobilnya. Dia hanya memakai kemeja lengan pendek  berwarna biru langit dan celana pendek selutut.

Jay berjalan keluar dari ruang kerjanya. Memasuki lift agar segera sampai di lantai dasar rumahnya.

Destiny [ JayWon ] || ENHYPEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang