slowmotion | 02. Rumah Besar

962 166 16
                                    

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Terimakasih banyak Pak!" Hyunsuk turun dari taksi sambil membawa tas sekolahnya. Ya, sepulang sekolah ia langsung berangkat ke rumah Tuan Choi, tempatnya akan bekerja.

Sebenarnya tidak langsung pergi, anak itu sempat mampir ke cafe kecil tadi bersama Yeonjun. Membeli es kopi, sekalian makan siang. Setelah itu baru Hyunsuk pergi ke rumah Tuan Choi yang letaknya berada di dalam sebuah perumahan elit khusus pengusaha besar. Bahkan anak itu tadi hampir tak dapat masuk dikarenakan keamanan yang ketat. Hyunsuk diwajibkan lapor dan mendapat konfirmasi jika ia benar-benar tamunya Tuan Choi. Dan sialnya hal ini saja dapat membuat Hyunsuk sedikit takut, ya, Hyunsuk takut para satpam menilai Hyunsuk adalah orang jahat lalu memanggil polisi untuk menangkap dirinya. Bagi Hyunsuk itu menyeramkan.

Namun untungnya itu tidak terjadi. Buktinya Hyunsuk kini tengah berdiri di depan sebuah pagar besi berwarna hitam yang menutupi pekarangan rumah besar tersebut. Sangat tinggi hingga rumah itu hampir tak terlihat dari luar. Hyunsuk berdecak kagum.

Ya walaupun rumahnya tak jauh berbeda.

Hyunsuk memang suka berlebihan, abaikan sajalah.

Setelah puas memandangi pagar tinggi tersebut, Hyunsuk mengulurkan jarinya untuk menekan bel. Dua kali ia bunyikan, kemudian seorang satpam membuka pagar tersebut dari dalam. Mempersilahkan Hyunsuk masuk.

Hyunsuk mengangguk berterimakasih, setelah satpam tadi selesai mengantarkan dirinya ke ruang tamu.

Besar. Sangat luas. Kali ini Hyunsuk boleh berlebihan karena bisa dibilang ruang tamu ini dua kali lebih luas dari ruang tamunya. Interior yang apik, perabotan yang jelas dengan sekali lihat kita akan tahu bahwa itu dibuat untuk milyuner. Hyunsuk merasa miris.

Padahal ia juga anak orang kaya.

Tak lama anak itu duduk di sofa mewah yang kira-kira harganya ratusan juta lalu sang pemilik rumah muncul, Tuan Choi.

Hyunsuk membungkuk sopan memberi hormat pada bos barunya tersebut. Tuan Choi kelihatannya ramah, ia terus tersenyum pada Hyunsuk.

"Jadi gini, saya ini kan punya tiga orang anak, yang sulung sudah kelas tiga SMA sekarang, dan ada Si kembar yang masih umur 5 tahun. Sejak Bunda mereka pergi, Si kembar bener-bener gamau pergi ke sekolah, takut diejek temen katanya karna gapunya Bunda", mulai Tuan Choi sedikit tertawa kecil menceritakan kisahnya pada Hyunsuk. Hyunsuk tentu saja hanya tersenyum kecut tak tahu harus menanggapi dengan cara bagaimana.

"Jadi saya mau cari guru les atau guru privat untuk mereka. Kalau ngandalin kakak mereka wah saya gabisa. Mereka udah ga cocok," lanjut beliau. Hyunsuk agak mengernyit.

"Gacocok? Gimana Pak?"

"Iya, anak saya yang pertama tuh emang udah ga cocok sama si kembar. Ckck mereka berantem terus, di satu sisi kakaknya yang egois gamau ngalah, di sisi lain si kembar juga pecicilan rempong susah diatur. Kadang saya kasian juga sama Si kakak, tapi dia lebih suka pake cara kasar kalo sama adek adeknya, ga tega saya tinggal Si kembar sama dia. takut. dikit dikit mukul, cubit, belum lagi adeknya ngelakuin apapun dibentak. Pusing."

Hyunsuk terkekeh pelan, "sejak Si kembar lahir kakaknya udah begitu pak?"

Tuan Choi menggeleng, "sejak Bunda mereka meninggal, Si kakak berubah. Pribadinya jadi lebih arogan, kadang dingin, dan ya itu tadi, kasar. Sebenernya saya pernah sampe pingin bawa dia ke dokter, tapi saya masih yakin putri saya bukan orang sakit." Beliau sedikit memelankan suaranya.

"Suatu hari nanti pasti saya akan periksakan dia. Karna sewaktu-waktu juga dia bisa ga terkendali amarahnya. Apalagi Si kembar sama sekali gamau nurut dan selalu membangkang kalau sama Si kakak."

Hyunsuk manggut-manggut paham. Sedetik kemudian tuan Choi menepuk pundak pemuda tersebut.

"Maka dari itu..., saya mau minta tolong sama kamu. Jadi guru buat anak anak bungsu saya ya? Ajarin ke mereka cara menghormati orang yang lebih tua, bahkan kakak mereka sendiri. Mudah mudahan juga Si kakak bisa terketuk hatinya dan berhenti kasar sama Si kembar," ucapnya sambil tertawa. Hyunsuk pun juga ikut tertawa walaupun ia tahu itu tidak lucu.

"Kamu siap, Hyunsuk?"

Hyunsuk tersenyum dan mengangguk, "Siap Pak."

Tuan Choi tersenyum lega, "saya jelaskan jadwalnya ya," lanjut pria tersebut mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas kerjanya.

"Kamu bisa datang tiap hari, kecuali sabtu minggu. Tapi kalau kamu mau datang juga gak papa, anak anak sering ga ada temen kalau libur. Untuk jam aktifnya kamu bisa datang sebisa kamu, senyaman kamu saja. Kamu masih sekolah kan? Kalau gitu kamu bisa datang sepulang sekolah, atau malem juga bisa asalkan masih dibawah jam 9," jelas Tuan Choi lagi. Kini Hyunsuk benar-benar paham.

"Oh iya, kamu kelas berapa? Sembilan belas tahun kan?"

"Kelas tiga SMA Pak." Hyunsuk menjawab sembari tersenyum malu. Tuan Choi ikut tersenyum.

"Sama dong kayak anak pertama saya, kelas 3 sma juga. Boleh kok kalian belajar bareng kalau ada waktu. Si kakak kalau di rumah lebih suka berdiam diri di kamarnya."

Hyunsuk tertawa, "iya Pak."

"Saya lebih suka dipanggil Ayah. Panggil Ayah aja sama kayak yang lain ya?" Tuan Choi menepuk pundak Hyunsuk sekali lagi. Hyunsuk mengangguk patuh.

"Paham?"

"Paham, Ayah."

••


•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Soon uncuk manggil ayah aku ayah juga/plak!

Bias kalian di izone n trejo siapa?

SLOWMOTION - Choi Yena [✓]Where stories live. Discover now