Bab V

128K 8.5K 76
                                    

Mobil kami berhenti di sebuah rumah besar dengan halaman yang luas. Rumah megah yang bercat warna putih dan bergaya modern. Ini benar-benar bagus. Bahkan kaca-kaca jendelanya besar dan tinggi.

Pak Yoga langsung keluar membuka bagasi dan mengangkat koper-koper kami di teras setibanya mobil berhenti di depan rumah Rafel. ”Makasih ya pak” aku tersenyum mengucapkan terima kasih ke pak Yoga, supir di keluarga kami.

”Sama-sama, non” balas pak Yoga ramah. ”saya sama bi Sumi bakal kangen sama non”

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. ”salam buat bi Sumi ya pak. Tadi aku ga sempat ngucapin”

”Iya non nanti saya sampaikan. Bapak Cuma bisa ngucapin semoga non bahagia tinggal dengan tuan Rafael” Kata-kata tulus pak Yoga membuatku terharu.

”makasih pak”

”Kalau begitu permisi ya non, Tuan” pamit pak Yoga padaku dan Rafael yang dari tadi ternyata menatap aku dan pak Yoga. Pak Yoga mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan rumah Rafael.

"Masuk!" suara tajam Rafael mengagetkanku. Ternyata ia sudah masuk masuk ke dalam dengan membawa kopernya. Dengan cepat aku mengikuti Rafael dengan membawa dua koperku yang berat masuk ke dalam rumahnya yang megah.

Jika luar rumah ini megah ternyata dalamnya luar biasa menakjubkan. Ruang tamu yang kami lewati luas dan terlihat nyaman. Sedangkan Ruang tengahnya penuh dengan dinding kaca menghadap halaman luas, bahkan ada sofa yang nyaman di luar dan dari jauh terlihat kolam renang yang seperti air terjun tanpa ada dinding pembatas. Aku pernah lihat rumah model seperti ini seperti rumah para artis di beverly hills.

”Sampai kapan kamu berdiri di situ?” terlihat wajahnya tidak sabar dan ia berjalan ke arah tangga yang menghubungkan ke lantai atas. Aku mengikutinya sambil mengangkat salah satu koperku yang berat ke atas sampai ke pintu berwarna putih yang berada di dekat tangga.

”ini kamarmu” Rafael membukakan pintu dan pergi meninggalkanku yang menatap kagum kamar yang sangat luas di dominasi warna putih. Aku menoleh ke Rafael yang membuka pintu berwanra hitam seberang kamarku. Sepertinya kami tidak tidur sekamar dan kurasa itu memang keputusan yang baik karena aku masih tidak nyaman dengan kehadirannya berduaan di kamar.

Aku kembali menatap kamar baruku dan masuk ke dalama. Ini benar-benar tempat tidur yang nyaman. Tempat tidur yang luas, meja rias yang diukir dengan cantik dan banyak bantal yang disusun di atas karpet tebal di ujung bawah ranjang di depan tv bahkan ada kamar untuk pakaian tersendiri. Ini luar biasa! Aku berjalan menuju balkon yang menghadap ke halaman samping rumah. Dari atas balkon aku dapat melihat ternyata di di bawah kolam renang yang tak berujung itu ada seluncuran ke bawah kolam yang yang lebih kecil yang di kelilingi taman dan tempat bersantai. Di sisi kiri kanan kolam ada tangga yang juga penghubung ke bawah. Rasanya aku bentah tinggal di sini, di rumah impianku yang menjadi kenyataan.

*****

Setelah hampir sepanjang hari di kamar, aku berjalan menuju ruang makan dan menemukan Rafael yang sedang sibuk mengatur makanan dari kotak bercap nama restauran.

"Maaf aku seharian di kamar" Rafael hanya mengangguk tanpa memandangku. Duh, rasanya jadi salah tingkah. Seharusnya aku yang menyiapkan semuanya.

"Makan" ucap Rafael pelan lalu duduk dan langsung memakan makanan di atas piringnya.

Aku langsung duduk dan memakan makanan yang sudah dia siapkan. Suasana sunyi hanya dentingan suara sendok garpu kami membuatku ga nyaman.

"Em, Raf" panggilku yang menarik perhatiannya. "E, mami papi mana ya? Aku dari tadi ga liat"

"Tinggal di rumah mereka" tinggal di rumah mereka? Jangan-jangan hanya ada aku dan Rafael di rumah ini!

"Kita cuma berdua ya di rumah ini?" Tanyaku memastikan pikiranku.

AdreanaWhere stories live. Discover now