Bab VI

125K 7.8K 176
                                    

"Sayang, apa benar kalian besok bulan madu?" Tanya mami Rafael yang datang ke rumah. Kami berbicara di ruang tengah Rafael yang nyaman. Suara dan sikap mami yang ramah membuatku nyaman berbicara dengannya.

"Iya mi" mami Rafael benar-benar berbeda dengan mama. Bukan maksudku untuk membandingkan mereka berdua tetapi rasa sayang mami yang sudah menganggapku seperti anaknya sendiri membuatku terharu. Belum ada orang  yang menyayangiku selain Dylan dan pelayan di rumah mama.

"Bagus, akhirnya kalian bulan madu juga" terlihat wajah mami senang. "Nanti akan pergi kemana?"

Aku menggeleng pelan "belum tau mi. Rafael gak bilang"

"Mungkin supaya bikin kejutan buat kamu sayang" aku hanya tersenyum membalas ucapan mami walau sebenarnya tidak seperti itu. Mana mungkin Rafael menganggap ini bulan madu sedangkan dia sedang ada urusan bisnis.

"Sayang mami punya sesuatu buat kalian" mami mengeluarkan botol kecil cantik berwarna merah seperti botol parfum.

"Ini obat menambah stamina khusus buat Rafael. Kalau kamu liat dia kelihatan capek  kamu tinggal campurin aja beberapa tetes cairan ini di teh atau jusnya. Nanti pasti capek Rafael hilang. Kamu minum juga ya" mami membuka telapak tanganku dan meletakan botol itu ditanganku.

"Jadi ini bukan parfum ya? Aku kira parfum mi. Habis botolnya bagus banget" mami hanya tersenyum mendengar komentarku.

Aku mengagumi botol yang ada di tanganku yang hanya setinggi jari kelingkingku berbentuk seperti kristal dengan bentuk datar di ujung bawahnya.

"Adre, nanti kamu simpan botolnya di tempat penyimpanan make up kamu ya. Takutnya petugas nanti periksa, kan bahaya kalau ketahuan bawa obat di negara orang walo cuman obat penambah stamina" pesan mami yang ada benarnya. Toh kalau dilihat botolnya juga orang kira ini parfum.

"Iya mi. Nanti Adre simpan di tempat make up Adre" mami tersenyum seperti puas dengan jawabanku. Aku membalas senyumannya tapi entah kenapa rasanya ada yang aneh dengan senyuman mami seperti menyembunyikan sesuatu.

******

Aku menatap hiruk pikuk kesibukan orang-orang dari balkon lantai paling tinggi di kamar hotel. Sudah 2 hari di kota yang menjadi salah satu pusat bisnis dan fashion terkenal di dunia tapi tak sekalipun aku keluar dari kamar hotel.

Apa aku nekad aja ya? Toh dari awal kami sampai di kota ini, Rafael sudah bilang kalau aku bebas jalan kemanapun selama di sini bahkan berbelanja dengan kartu kredit gold yang ia berikan. 

Mungkin aku jalan-jalan dan belanja di sekitar hotel aja lama-lama bosan juga hanya melihat dari atas sini. 

Aku mengambil cardigan berwarna putih menyelimuti baju dress yang ku pakai. Lalu mengambil tas kecilku dan keluar kamar. 

Senyuman dan sapaan petugas hotel sangat ramah bahkan mereka memberitahuku dimana letak toko dan tempat yang banyak dikunjungi di dekat hotel. 

Begitu keluar dari pintu hotel, aku disambut dengar hiruk pikuk orang-orang yang berjalan mengejar kesibukan masing-masing.

Entah berapa lama aku larut mengikuti arus kesibukan orang-orang hingga berakhir di taman. Ya, hanya ingin mencari udara segar dan mengingat tak sekalipun suamiku tidur di kamar selama kami tiba di sini. Ia hanya datang mandi, ganti pakaian dan pergi lagi.

Ini bukan bulan madu seperti yang kubayangkan. Meski aku tau kalau Rafael sudah mengatakan kalau perjalanan ini sekalian dengan urusan bisnisnya. Tapi rasanya tetap saja aku ingin kami jalan-jalan menikmati kota, makan berdua atau berwisata menaiki kapal menyebrang pulau ke patung liberty yang terkenal di dunia.

AdreanaWhere stories live. Discover now